Fiat Voluntas Tua

No Pain No Gain

| 0 comments

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku ia tidak dapat menjadi muridKu.”

Saat ini saya sedang berada di Surabaya untuk melakukan serangkaian interview sehubungan dengan transformasi budaya perusahaan. Perusahaan ini adalah perusahaan yang bisa dikatakan sangat besar dari sisi volume transaksi dan usianya yang lebih dari 50 tahun. Hebatnya diawali dari usaha pribadi dan bertahan sebagai perusahaan keluarga yang sedang mengarah ke profesionalisme. Mereka sungguh sadar dan mempersiapkan diri bahwa kalau hanya mengandalkan cara berbisnis konvensional kekeluargaan tidak akan membuat perusahaan ini berhasil di tingkat internasional.

Berbicara dengan PresDir, sang komandan, sungguh membuat saya salut dengan kepiawaiannya dan kerendahan hatinya. Untuk mencapai visinya yang tinggi ia memperhitungkan segala sesuatu termasuk bagaimana para karyawan dan front linersnya bertindak berperilaku. Tentang kebersihan, ia kirim staffnya (yang terendah) yang biasa membersihkan toilet dsb belajar di Sutos, mall terbesar di Surabaya. Lalu untuk pelayanan, ia kirim staff General Affair menginap di Hotel Mulia Jakarta beberapa hari untuk belajar bagaimana karyawannya satu sama lain melayani pelanggan. Untuk menghargai lingkungan, setiap saat makan siang lampu-lampu di ruangan dimatikan. AC pun di set pada temperatur tertentu dan tidak bisa diubah lagi karena remotenya di kunci. Sungguh suatu tindakan riil mengajak semua karyawan memahami visinya.

Demikian pula dengan Injil hari ini, untuk mencapai visi kita juga harus mempertimbangkan dan mempersiapkan matang-matang segalanya agar kita bisa sampai pada tujuan. Yesus yang telah menjadi teladan kita sungguh telah menyediakan diriNya agar kita sanggup melewati segala tantangan kehidupan dan percaya serta menerima kebangkitan bersamaNya. Kalau kita pahami  apa yang akan kita dapatkan bersamaNya, maka kita tidak mau lagi ada toleransi bahkan kompromi dengan hal-hal yang berseberangan dengan Allah.  Ada hal prinsip yang harus senantiasa dipegang, termasuk bila kita harus berseberangan dengan orang-orang yang kita kasihi seperti anggota keluarga kita.

Salib adalah lambang perjuangan umat beriman yang siap untuk menyangkal dirinya, siap untuk setia dan taat pada rencanaNya dan tanda pengharapan akan kebangkitan bersama Jesus. Tidak ada usaha yang berhasil sukses tanpa kerja keras, tanpa dimulai dengan langkah-langkah kecil. Maka marilah kita belajar setia untuk memanggul salib langkah demi langkah, baik sebagai pasangan suami istri untuk tetap setia hari demi hari, bagi karyawan untuk setia dan berkarya di setiap hari kerjanya, bagi yang bersekolah melakukan yang terbaik dengan belajar setiap harinya. Kalau kita tahu kita tidak akan kuat menanggung tantangan maka jangan pilih untuk kompromi, tapi lihatlah salib Yesus dan mintalah kekuatan padaNya untuk bertahan sampai langkah berikutnya.

====================================================================

Bacaan  Luk 14:25-33

“Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku

Leave a Reply

Required fields are marked *.