Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala — Pesta St Lukas
Hari ini kita memperingati pesta St Lukas, yang menuliskan Injil Lukas dan Kisah Para rasul. Ia mengisahkan perjalanan hidup Yesus yang dimulai dari kemiskinan di Bethlehem sampai kemuliaan di Jerusalem. Dimulai dari kawanan kecil keluarga Nazaret menjadi gereja perdana yang akhirnya sampai terpencar ke seluruh penjuru dunia. St Lukas menunjukkan bahwa untuk menjadi pengikut Kristus, kita harus siap menyerahkan diri secara total meninggalkan semuanya untuk memiskinkan diri. Dengan menjadi miskin kita bisa dengan rendah hati dan meninggalkan ketakutan kita untuk mau diubahkan menjadi serupa dengan Yesus.
Empat tahun lalu saya menghadapi keraguan besar sebelum mengambil keputusan masuk ke dunia politik. Selain minimnya pengetahuan dan tidak ada sanak keluarga yang politikus, sebagai perempuan jawa apalagi katolik, saya termasuk ‘hewan’ langka di dunia asing ini. Tetapi pengalaman pergi ke berbagai pelosok daerah di Indonesia membuat hati saya teriris melihat ketidak-adilan, kemiskinan dan semakin besarnya jurang antara kehidupan kota dan di daerah terpencil. Berdoa dan berpuasa bagi bangsa dan negara menjadi bagian dari ‘prayer list’ saya. Sampai suatu saat sebaris sabda Tuhan rasanya menampar saya dalam Yes 6:8 “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Beranikah saya menjawab seperti nabi Yesaya: “Ini aku, utuslah aku!”.
Setiap kesempatan yang menyenangkan bagi kita sudah pasti tidak akan disi-siakan. Kalau ada yang tanya siapa mau ikutan makan-makan, pasti banyak yang mau ikut. Tapi kalau ditanya siapa yang mau tanggungjawab untuk memberi makan, pasti tidak ada yang angkat tangan. Maka pertanyaan di atas tidak mudah dijawab saat kita berdoa bagi bangsa dan negara, dan Tuhan kembali bertanya ” Ok Aku jawab doamu, tapi siapa yang Ku utus?” Yang sudah-sudah, kita akan menjawab ” Ini aku Tuhan, utuslah dia!” sambil menunjuk orang lain yang kita rasa lebih mampu. Ini bukan untuk saya dan kita siap dengan litani alasan-alasan untuk menolak.Not me, not this time.
Setelah melalui doa dan puasa, firman inilah yang meneguhkan saya untuk berani menjawab seperti Yesaya “Here I am Lord !”. Dengan disertai restu dari dua laki-laki yang terpenting dalam hidup saya, suami dan bapak – ibu sudah almarhum – maka saya melangkah mempersiapkan semuanya sendiri. Tidak kenal seorangpun di kepengurusan partai, melangkah sendiri ke sekretariat partai dan nongol di KPUD untuk menyerahkan seluruh berkas saya. Saya terdaftar sebagai caleg suatu parpol dengan no 13, nomor sial kata orang dan nomor buntut karena saya orang terakhir yang mendaftar.
Hasilnya? Saya memang tidak dapat apa-apa, tapi nomor urut 1 berhasil duduk di DPRD DKI. Bagi saya pribadi kejadian empat tahun lalu bukan suatu kegagalan, justru kejadian tersebut adalah langkah pertama dalam memasuki dunia baru yang asing, gelap dan menakutkan. Tapi saya melihat suatu perjalanan iman dimana saya digiring seperti domba masuk dunia politik yang penuh serigala. Ketemu domba berbulu serigala dan banyak juga serigala berbulu domba. Sejak saat itu saya dituntut untuk terus menerus mengasah diri dan batin, mengamati, membaca, mempelajari dan menganalisa segala sesuatu. Belajar adalah kata yang tidak pernah mati buat saya, termasuk belajar punya hati karet yang tahan banting.
Kalau saya masih bertahan saat ini di dunia yang kata orang kotor dan menjijikan, itu bukan karena kemampuan dan kekuatan saya. Injil Lukas hari ini telah mengingatkan perjalanan iman saya empat tahun lalu, bagaimana takutnya saya masuk dunia ‘asing dan gelap’ ini. Saya bisa membayangkan takutnya para murid disuruh pergi masuk desa dan bersiap-siap bertemu dan diserang para ahli Taurat dan orang Farisi. Seperti itulah takutnya saya juga, rasanya tidak berdaya dan berat untuk melangkah. But one thing I know, Sang Gembala ada menyertai dibelakangku. Ia mengutus para murid berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kalau saya bertahan pada rasa takut saya, maka saya tidak akan berani melangkah dan tidak akan sampai di titik dimana saya berdiri sekarang.
Sekarang saya bisa tersenyum mengenang kejadian empat tahun lalu, God is soooo good. Tuhan mempertemukan saya dengan banyak teman-teman baru yang memiliki visi yang sama bagi bangsa ini. Banyak orang menjadi miskin karena sistem yang hidup dalam masyarakat. Maka masuk kedalam dunia politik adalah salah satu cara untuk menjangkau mereka yang tersisihkan dan merubah sistem yang mengatur kehidupan bermasyarakat agar bersifat adil bagi banyak orang. Perjalanan dan perjuangan bangsa ini masih panjang, tapi saya tahu Sang Gembala Agung masih bersama saya dan saya tidak akan ditinggalkanNya sendiri.
He is my Shepperd. Tuhanlah Gembalaku, tak kan kekurangan aku.
===================================================================
Bacaan Lukas 10:1- 9
10:1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.
10:2 Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
10:3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.
10:4 Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan.
10:5 Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.
10:6 Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.
10:7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.
10:8 Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,
10:9 dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
October 18, 2008 at 9:09 pm
Ibu Ratna yang baik,
Salam kenal, saya Widi Nugroho dari Rumbai Pekanbaru. Saya baru tahu webiste ibu hari ini secara kebetulan pada saat saya sedang surfing internet. Tulisan2 ibu sangat memberikan inspirasi. Saya mohon ijin ya bu untuk bisa memakai tulisan2 ibu sebagai bahan renungan dan sharing ke umat di Rumbai. Saya bersama teman2 saat ini juga sedang membimbing anak-anak calon penerima Komuni Pertama. Mohon doanya agar semuanya berjalan lancar.
Salam Kasih.
October 18, 2008 at 9:43 pm
Salam kenal juga dari saya, senang sekali kalau saya bisa ikut membantu karya pelayanan anda di Rumbai. Walaupun fisik tidak bisa ada disana, tapi monggo silahkan di bagikan apa yang ada disini. Untung ada internet ya, sedikit banyak bisa menambah inspirasi di Rumbai. Yang penting sumbernya juga disebutkan, apakah dari Santo Lukas, pengalaman romo A dsb; maklum saya juga dapat nya dari mereka-mereka juga mas …hehe…
Semoga anak-anak semakin mengenal Tuhan dan mencintaiNya sedari kecil melalui bimbingan anda. Selamat berkarya mempersiapkan pemimpin Indonesia masa depan. AMDG
October 24, 2008 at 1:09 am
Salam kenal, Bu Ratna.
Pengalaman Ibu menggetarkan. Pilihan untuk berani maju, lepas dari soal terpilih atau tidak, di tengah keprihatinan Ibu akan kemiskinan anak negeri, sungguh merupakan jawaban berani atas tawaran Tuhan. Saya yakin jawaban Ibu itu bukanlah yang terakhir…dan Tuhan pasti menyertai Ibu.
salam, rudy hermawan cm
October 24, 2008 at 10:23 pm
Terima kasih romo untuk dukungan dan doanya. Perjalanan masih panjang kiranya setiap tapak yang dilakoni dan disyukuri. Saya percaya adanya penyelenggaraan ilahi apalagi kalau kita ingin menjadikan segala sesuatu menjadi lebih baik. AMDG