Fiat Voluntas Tua

Ex Abundantia Cordis : Inner Beauty

| 1 Comment

Kalimat itu berarti “keluar dari kelimpahan hati”. Dalam kalimat itu tersirat bahwa pusat kehidupan manusia adalah hati. Berbeda sekali dengan yang dikatakan oleh Rene Descartes,”Cogito ergo sum”, yang berarti “aku berpikir maka aku ada”.

Pernah menonton film “Beautiful mind”? John Nash yang menjadi pelaku utama dalam film itu semula hidup berdasarkan rumus-rumus yang sangat ia kuasai. Akhirnya, ia menjadi setengah gila. Film itu menarik ketika kegilaan John Nash disembuhkan oleh isteri yang sangat mencintainya. Sembuhlah John Nash dan di suatu seminar ia memberi kesimpulan,”Bukan ‘aku berpikir maka aku ada’melainkan ‘aku ada karena aku mencinta’”.

Rupanya ada pergeseran pemahaman mengenai pusat kehidupan manusia dari pikiran menjadi hati. Karena, cinta tidak berpusat pada pikiran melainkan hati. Maka, kalau hati manusia kotor, kata-kata dan tindakannya akan kotor pula meskipun kadang-kadang manusia berusaha menutup-nutupi. Kalau hati bersih, kata-kata dan tindakannya juga bersih tanpa harus dibuat-buat. Berdasarkan pengalaman ini, kalimat “ex abundantia cordis” muncul.

Berdasarkan pengertian di atas, kita bisa memahami kritik Yesus kepada orang Farisi,”Kalian membersihkan cawan dan pinggan bagian luar, tetapi bagian dalam dirimu penuh rampasan dan kejahatan.” Orang Farisi sangat teliti dalam tata cara peribadatan tetapi tata cara itu tidak berpengaruh dalam kata dan tindakan mereka.

Sebenarnya, ukuran benar dan tidaknya suatu peribadatan bukan diukur dari bagus dan tidaknya, teliti dan tidaknya jalan upacara melainkan dari buah-buah yang dihasilkannya. Ibadat yang benar akan membuat orang gembira, orang merasakan adanya persaudaraan, dan orang merasa aman. Kalau orang merasakan sebaliknya, yaitu sedih, bermusuhan, dan merasa terancam berarti ibadatnya keliru.

Demikian pula, kalau ada orang dikatakan ‘baik’, bukan dilihat dari kata-kata yang diucapkan melainkan dari perbuatannya. Kalau orang sekarang mengatakan bahwa ukuran kecantikan bukan pada fisik melainkan “inner beauty” sebenarnya merupakan ajakan untuk merombak hati agar menjadi bersih. Kebersihan hati membuat orang tampil cantik.

Polesan-polesan bagian luar memang akan menambah cantiknya penampilan tetapi hanya sementara. Kebersihan hati juga membuat orang mampu untuk mencinta siapa saja dan apa saja. Membersihkan hati lebih penting daripada sekedar membersihkan tangan sebelum makan seperti yang dilakukan oleh
Yesus. [R.Maryono,SJ]

=====================================================================

Bacaan Luk 11:37-41

11:37 Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan.
11:38 Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.
11:39 Tetapi Tuhan berkata kepadanya: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.
11:40 Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?
11:41 Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.

One Comment

  1. Scribo ergo sum, aku menulis maka aku ada. Terimakasih telah mengada lewat tulisan ini. Berbagi inspirasi! salam.

Leave a Reply

Required fields are marked *.