“Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?”
Di sepanjang hari kedua rekoleksi Dewan Paroki kali ini, melalui homili romo paroki peserta dibawa untuk mengingat kembali apa yang telah kami lalui dari kemarin. Setelah melihat ‘potret’ melalui data dan fakta yang ada di paroki dengan segala dinamika umat didalamnya lalu kami mencoba merumuskan visi ke depan. Tadi pagi Romo Vikjen memberikan arah dasar pastoral di Keuskupan Agung Jakarta yang kalau diperes habis hanya tinggal “Pemberdayaan Umat Basis”. Tempat dimana kita berada itulah umat basis, yang ingin selalu ingin bertemu dan ingin membantu sama lain. Akhirnya kita diajak kembali kepada pertanyaan basic: Siapa yang akan mewujudkannya?
Memang paling mudah mengatakan saya ingin ini, kami ingin melihat begitu, sebaiknya harus begini dsb, dsb. Sama mudahnya dengan orang-orang Farisi yang sukanya menunjuk-nunjuk siapa yang melanggar aturan agama, siapa yang tidak taat dsb. Kita perlu merenungkan kembali sebenarnya apa manfaat baptisan kita dan apa pula dampak dari baptisan yang kita terima. Kalau tidak ada yang mengerjakan visi yang indah-indah itu maka keadaan paroki akan sama saja tidak berubah 5, 10 bahkan 15 tahun kemudian. Perlu disertai komitmen masing-masing pengurus untuk ambil serta mewujudkan impian tersebut.
Kita sering menutup mata dengan keadaan umat disekitar kita, apa yang mereka butuhkan dan apa yang menjadi prioritas mereka. Sama seperti Daud mengalami keadaan dimana prajuritnya kelaparan. Persis keadaan yang dialami Yesus yang sedang dalam perjalanan, muridNya juga kelaparan. Apa tindakan kita sebagai pemimpin dan pemuka umat menghadapi keadaan yang serupa disekitar kita? Kita sering berhenti hanya memperkarakan perkara sepele mengenai aturan-aturan, tapi tidak menyadari fungsi kita sebenarnya sebagai bagian dari Gereja. Dengan menerima baptisan, kita diakui sebagai warga Gereja. Kita menerima martabat imam, nabi dan raja. Berarti kita bisa ambil bagian dalam menguduskan masyarakat ditempat kita tinggal, menggembalakan satu sama lain untuk menerima rahmat Ilahi. Kita harus berani membawa warta kebenaran serta bertindak atas nama keadilan serta siap menjadi pemimpin bukan pecundang.
Maka sebagai pemimpin umat, sebagai pengurus Dewan Paroki termasuk pengurus lingkungan, marilah kita memahami makna baptisan kita. Sehingga kita tidak terjebak pada kepemimpinan semu dan menjadi ‘farisi-farisi’ baru yang lebih mengutamakan aturan daripada mengutamakan relasi dengan Sang Pencipta.
=====================================================================
Bacaan Luk 6:1-5
“Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid- Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata: “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Lalu Yesus menjawab mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutny a, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?” Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”