“Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”
Orang sering menunggu-nunggu saat lilin ulang tahun berjumlah 40, ya pemeo “Life begins at 40″ begitu banyak dipercaya. Sukses dan gagalnya kita terlihat pada usia 40. Apakah kita berhasil sukses secara duniawi sehingga mulai hidup “senang”, mau begini bisa, kesana ayo. Maka kalau bisa ambil program pensiun dini diusia ini, dianggap sebagai suatu keberanian untuk menandakan diri sukses dan siap pensiun. Tapi kalau pada usia 40 masih juga berkutat dengan kesulitan keseharian, maka hidup yang sebenarnya adalah hidup menghadapi masa tua yang ‘sulit’ bukan hidup ‘senang’ lagi.
Anggaplah masa 15 tahun cukup untukmembina karir sejak usia 25 tahun. Tapi fenomena yang terjadi akibat tingginya kompetisi, orang-orang muda berlomba mengejar karir dan keinginannya sekuat mungkin, bahkan kalau perlu menunda perkawinannya. Akhirnya yang terjadi di kota besar banyak ditemui para profesional muda dengan usia kepala 3 sudah keluar masuk ke RS Harapan Kita. Urusan pasang ring, operasi jantung by-pass sampai stroke berkali-kali akibat gaya hidup yang tidak seimbang. Walhasil saat mencapai usia 40 uang tabungannya yang sedianya untuk cadangan masa depan anak, terpaksa diambil untuk pengobatan lanjutan. Life ends at 40?
Seandainya saja kita sadar bahwa tujuan hidup kita sebagai pengikut Kristus, tidak lain dan tidak bukan adalah menjalankan Amanat AgungNya, maka di usia berapapun kita bisa tetap menikmati kehidupan bersamaNya. Pesan terakhir Yesus adalah kepedulian utama kita. Baik yang mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga bahkan pengusaha perlu menyadari bahwa dimanapun mereka ditempatkan maka Injil lah yang diberitakan. Karakter Kristus yang peduli akan sekitarnya harus tampak nyata. Kesuksesan hidup tidak dilihat dari mata dunia, tapi dilihat sejauh mana kita ambil bagian dalam pemberitaan Injil; karena untuk itulah Yesus sengsara, wafa tdan bangkit untuk kita.
Bacaan Injil hari ini mengingatkan dua hal. Pertama, Yesus hendak mengingatkan orang banyak bahwa kesembuhan yang ada hanyalah bagian dari pertobatan. Yang paling penting adalah kita berbalik kepada Allah. Tapi orang banyak lebih mencari Yesus untuk bisa menyembuhkan kerabat mereka. Sekarangpun masih banyak orang datang keberbagai retret dan KKR/KRK dengan harapan disembuhkan, tapi lupa bahwa yang paling penting adalah hati yang berbalik kepada Allah. Kebahagiaan tidak cukup diukur dengan kesehatan, tapi ukurlah sejauh mana kita mengasihi Allahdan sesama. Apa gunanya seseorang sembuh tapi kehilangan nyawanya karena tidak mau bertobat, tetap saja tidak mencari Tuhan padahal usia bertambah terus. Life ends at 40.
Kedua tentang kegiatan Yesus yang tugas utamanya sebagai pemberita Injil, Ia tidak pernah menetap pada satu kota terus menerus. Ia harus meninggalkan zona nyaman akibat senantiasa disanjung orang-orang disekitarnya, diminta untuk tinggal lebih lama lagi dan ini berarti menikmati fasilitas yang disediakan. Ia tidak terpesona dengan fasilitas dan kemudahan yang diberikan kepadaNya. Sebagai pengikut Kristus kita juga harus selalu siap pindah dari satu zona nyaman ke tempat lain yang kurang nyaman. Kita harus siap beradaptasi dengan situasi dan tanggungjawab baru, apakah itu promosi atau mutasi. Anggaplah tugas baru ini sebagai suatu kesempatan melakukan ‘misi’ atau panggilan tugas pekabaran Injil yang telah menanti ditempat lain. Bila senantiasa bergantung pada Amanat Agung maka resiko apapun akan kita hadapi sebagai bagian dari salib yang kita tanggung: His last command is our first concern.
=====================================================================
Bacaan Luk 4:38-44
“Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu
menghardik demam itu, dan penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias. Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea”