“yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. ”
Keadilan, belas kasih dan kesetiaan rasanya menjadi jauh dan terasing diantara kehidupan umat manusia di jaman canggih sekarang ini. Saat menghadiri pertemuan antar pemandu Kitab Suci di paroki, dijelaskan bahwa fokus utama dalam Bulan Kitab Suci bulan September nanti adalah memahami Belas Kasih Allah pada kita. Kita telah menerima belas kasih Allah akan manusia sehingga diutusNyalah Sang Penebus lahir sebagai manusia agar kita memperoleh hidup kekal. Maka tugas kitalah menyatakan belas kasihNya melalui keluarga, lingkungan dan masyarakat.
Belas kasih dan keadilan harus dimulai dari keluarga kita sendiri. Apakah kita memberi perhatian yang sama terutama bagi mereka yang paling lemah dan terkecil dari anggota keluarga. Selain anak-anak, pembantu RT juga perlu diperhatikan sebagai bagian kehidupan kita. Kalau kita tidak memperhatikan orang yang terdekat dengan kita, semakin sulit kita memahami nya dalam konteks yang lebih luas lagi. Demikian juga dalam lingkungan kantor dan usaha, apakah seluruh karyawan sudah menerima upah diatas UMR? Adilkah kita kepada orang-orang yang bekerja untuk kita? Sebagai pemimpin dan pengusaha yang memiliki otoritas, kita pun perlu belajar untuk tetap berlaku adil, memiliki belas kasihan yang sama seperti yang ditunjukkan Yesus Kristus sepanjang hidup dan pelayananNya.
Dalam renungan harian Romo Maryo mengingatkan bahwa bilamana upah atau imbal jasa yang tidak layak dan kurang memadai, maka hal ini akan mengundang tindakan anak buah untuk korupsi, jahat atau bermalas-malas dalam bekerja. Bisa juga mangkir dari tugas pekerjaan dan akhirnya usaha kitapun tidak maju dan berkembang seperti yang diharapkan.
Bagi setiap anggota keluarga dan juga para karyawan dan buruh, belajar untuk setia dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan perlu dipelihara agar tidak terseret pada habitus lama yang korup dan malas sehingga bisa jatuh dalam kelompok “muna”. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat (Prof Edi Sedyawati: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur. Balai Pustaka Jakarta 1997 hal 24) Maka kesetiaan harusnya menjadi bagian keseharian kita, setia dalam tugas, setia dalam panggilan, setia pada pekerjaan maupun jabatan kita masing-masing.
Marilah kita mohon pimpinan Roh Kudus untuk senantiasa bersikap adil, memiliki belas kasihan dan terus menerus setia pada tugas dan kewajiban kita sebagai balas cinta kita kepadaNya.
=========================================================
Bacaan: Mat 23:23-26)
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih” (Mat 23:23-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.