“Sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku ? “
Soal mengampuni memang termasuk yang paling mudah dikatakan daripada dilakukan. Kalau soal enteng ya cincailah, nothing, peanut lah, mungkin kita dengan mudah melupakan kesalahan orang lain. Tapi kalau sudah menyinggung harga diri, melukai hati dan merobek jiwa rasanya duuuh… gimana gitu! Apalagi kalau yang bersangkutan tidak merasa bersalah, mengingkarinya bahkan melemparkan kesalahan pada orang lain. Gemes banget deh.
Secara harafiah saja bisa dibayangkan sulitnya melatih diri memberikan pengampunan. Menurut aturan Yahudi memberikan pengampunan tiga kali sudah maksimal bila seseorang berbuat salah sampai tiga kali. Setelah itu perkaranya bisa diajukan pada Imam Besar untuk menjatuhkan hukuman. Maka kalau Rasul Petrus menawarkan tujuh kali pengampunan sebenarnya sudah extra ordinary, luar biasa melebihi apa yang telah digariskan dalam Hukum Taurat. Tujuh memang angka yang sempurna bagi orang Yahudi, salah satunya karena Yahwe menciptakan dunia dalam 7 hari. Jadi Petrus menawarkan sudah maksimal pengampunannya.
Yesus mengatakan tidak cukup tujuh kali, meskipun tujuh adalah angka sempurna. Tapi tujuh puluh kali tujuh. Halaah… empat ratus sembilan puluh kali?? Siapa yang sanggup sih? Misalnya nih, ada orang yang menyakiti hati kita dan ternyata orang tersebut juga sering ke gereja yang sama. Anggap saja ia sendiri juga tidak mau mengakui kesalahannya walau anda sudah mengingatkannya. Bila anda bertemu dengannya setiap minggu bisakah anda salami dan berkata ” Gpp , saya mengampuni anda kok” Minggu depannya diulang lagi, terus menerus sampai 490 kali. Maka kita membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk bisa terus mengampuni. Sanggup kah??
Tapi bukannya hal yang sama juga kita lakukan pada Tuhan? Kita telah melanggar Firman Allah berkali-kali tapi tidak merasa bersalah, mengingkarinya dan ada sejuta alasan untuk pembenaran atas kelakuan kita. Kita tidak juga mau mengakuinya melalui Sakramen Tobat yang telah disediakan bagi kita. Padahal kasih Bapa melimpah untuk menerima kita kembali akibat penyesalan atas pengakuan segala kesalahan kita. Hal ini juga tanpa sadar kita lakukan bagi orang lain, kita melukai perasaan dan hati orang yang terkasih dengan perkataan dan tindakan kita.
Maka hanya karena penyertaan Roh Kudus lah kita mampu melepaskan pengempunan, mampu mengampuni orang lain. Sebenarnya memberikan pengampunan juga adalah pemulihan akan luka kita sendiri, hati yang terluka karena perlakuan orang lain. Memaafkan juga membuat kita hidup lebih tenang, tanpa rasa marah dan kecewa serta mengangkat kepahitan hati. Pengampunan membuat hidup kita tinggal senantiasa dalam damai sejahtera Allah. Justru kita lah yang perlu dipulihkan agar bisa senantiasa beryukur karenanya.
Mari kita doakan Doa dari St Fransiskus dari Asisi agar kita menjadi pembawa damai dengan memberikan pengampunan.
=====================================================================
Bacaan Mat 18:21-27)
“Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.”