“Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka”
Mengapa umumnya orang malas membayar pajak? Dari jadul banget juga ditulis didalam Kitab Suci bahwa aturan membayar pajak pun perlu ditaati. Jaman raja-raja di Jawa pun rakyat sudah harus membayar upeti sebagai tanda ketaatannya pada raja. Jaman penjajahan apalagi, kata cerita ortu dulu sampai semua yang dimiliki habis diambil penjajah. Yang ada hanya kerja rodi, kerja dan kerja terus.
Orang asing pun juga membayar pajak,bahkan bisa lebih mahal karena mereka mendapatkan penghasilan dari negara tersebut. Maka tidak heran kalau para pemegang paspor WNA ditangkap karena melanggar hukum. Tidak memiliki ijin untuk bekerja dan akhirnya tidak membayar pajak pada negara. Kitapun kalau tinggal dan berusaha di luar negeri harus tunduk pada aturan kewajiban membayar pajak negara setempat. Semua warga negara yang tinggal dan menikmati penghasilan wajib membayar pajak, apalagi orang asing. Mereka sudah tinggal dan menikmati penghidupan di wilayah tersebut dan tentunya semua akibat fasilitas jaminan keamanan dan penghidupan yang dibangun suatu negara.
Kalau kita hidup di masa semua jauh lebih nyaman, umumnya kita malas membayar pajak karena ingin mendapatkan ‘lebih’ dan menahan semua yang ada pada kita tetap menjadi milik sendiri. Apa yang didapat adalah hasil usaha sendiri sehingga layak kalau hanya dinikmati untuk diri sendiri. Alasan lain kita malas membayar pajak karena ‘tidak yakin’ bahwa pajak yang disetorkan akan dikembalikan dalam bentuk perbaikan dan penyediaan fasilitas publik. Apalagi dengan maraknya kasus korupsi, orang semakin malas membayar pajak karena yang dikorupsi adalah uang rakyat juga. Kita sering lupa bahwa kemudahan yang kita nikmati, baik dalam bekerja dan berusaha, adalah juga hasil usaha pemerintah sebagai penguasa (no matter what) dan juga karena karya penyertaan Ilahi dalam hidup kita.
Membaca Injil hari ini, agak aneh juga jawaban rasul Petrus terhadap pertanyaan kewajiban membayar pajak. Ia mengatakan bahwa Gurunya membayar pajak, tapi saat ditanya Yesus Ia katakan orang asing yang membayar pajak. Pajak sebesar dua dirham sebenarnya kecil nilainya, hanya upah dua hari kerja yang pastinya tidak dibayarkan setiap bulan. Sebagai warga Yahudi mereka harus tetap membayar pajak Bait Allah. Tapi sebagai Raja dari segala raja, pemilik Bait Allah, seharusnya Yesus lah yang menuntut rakyat dari KerajaanNya untuk membayar kewajibanNya. Bahkan orang asing yang mampir ke Bait Allah pun wajib membayar pajak untuk pemeliharaan Bait Allah. Yesus sebenarnya tidak wajib membayar pajak Bait Allah karena Ia adalah Raja yang menguasai segala kehidupan. Justru Yesus membayar Nya dengan darah dan hidupNya demi rakyat yang menjadi tanggungjawabNya seperti yang dikatakanNya pada murid-muridNya bahwa Ia harus menderita dan dibunuh serta wafat dihari ketiga.
Yesus tidak mau berbantah-bantahan gara-gara pajak dua dirham yang tidak seberapa nilainya tapi bisa menjadi batu sandungan yang akan menghalangi rencana keselamatan Allah. Maka Ia tetap melakukan aturan yang sebenarnya tidak perlu Ia lakukan, agar murid-murid dan pengikutNya yang lain juga ikut melakukannya. Sebagai rakyat harus menunjukkan ketaatan kepada raja, sebagai umat juga menunjukkan ketaatan akan aturan di Bait Allah. Kitapun sebagai ciptaanNya wajib memberikan apa yang ada pada kita, kehidupan kita kepada Allah karena hidup kita ada di tanganNya. So, jangan ragu-ragu lagi, bayarlah pajak dan awasi penggunaannya. Berikan juga yang terbaik bagi Dia hari ini juga.
”Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada ALLAH apa yang wajib kamu berikan kepada ALLAH.” (Mat. 22:19-22)
====================================================================
Bacaan :Mat 17:22-27
“Pada waktu Yesus dan murid-murid- Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan. ” Maka hati murid-murid- Nya itu pun sedih sekali. Ketika Yesus dan murid-murid- Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: “Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?” Jawabnya: “Memang membayar.” Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: “Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?” Jawab Petrus: “Dari orang asing!” Maka kata Yesus kepadanya: “Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.”
August 11, 2008 at 6:50 pm
Cerita dari Matius ini tidak pernah saya baca (sengaja dilewatkan ? :D) Menarik sekali cerita ini bagaimana caranya pemerintah seharusnya mengambil pajak. Kristus telah memberikan cara bagaimana seharusnya pajak itu diambil. Akan tetapi juga menarik bagaimana Kristus tetap membayar pajak walaupun tidak sesuai dengan pemikiranNya. Tingkat kepatuhanNya akan peraturan sangat menginspirasi karena kepatuhan lebih penting daripada menimbulkan konflik terhadap pemerintah. Senang sekali bisa mengetahui, mengenal dan merenungkan Matius ini…
August 11, 2008 at 11:06 pm
Maka kalau kita mengaku orang katolik tapi tidak mau membayar pajak, rasanya dia belum membaca perikop ini ya. Padahal Yesus saja membayar pajak demi ketaatan Nya pada aturan dan juga Ia menjaga jangan sampai menjadi batu sandungan. Semogakita juga tidak menjadi batu sandungan ya. Jadi sudah punya NPWP kah?? hehe…