Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menetapkan sepuluh tayangan siaran TV bermasalah dan meminta publik untuk mewaspadainya. Tayangan-tayangan tersebut mencakup sinetron serial, variety show, dan tayangan anak.
Adapun tayangan-tayangan yang bermasalah tersebut adalah, Cinta Bunga (SCTV), Dangdut Mania Dadakan 2 (TPI), Extravaganza (Trans TV), Jelita (RCTI), Mask Rider Blade (ANTV), Mister Bego (ANTV), Namaku Mentari (RCTI), Rubiah (TPI), Si Entong (TPI), dan Super Seleb Show (Indosiar).
Penetapan ini didasarkan atas hasil evaluasi tim panelis yang diketuai oleh Prof. Dr. Arief Rahman, wakil ketua Dedy Nur Hidayat Ph.D, dan anggota Dr. Seto Mulyadi, Dra. Nina Armando MSi, Bobby Guntarto, MA, dan Ir. Razaini Taher serta dibantu oleh 11 orang analis.
Dalam kesempatan itu, Ketua KPI Pusat, Sasa Djuarsa Sendjaja menerangkan, suatu tayangan dinilai bermasalah apabila mengandung unsur kekerasan (fisik, sosial, dan psikologis) baik dalam bentuk tindakan verbal maupun non verbal, pelecehan terhadap kelompok masyarakat maupun individual, penganiayaan terhadap anak serta tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan dan kesusilaan.
Hasil penelitian lain:
Acara TV untuk anak yang masuk kategori AMAN:
Minggu 1 dan 2 April 2008
No |
Stasiun |
Judul Acara |
Senin |
Selasa |
Rabu |
Kamis |
Jumat |
Sabtu |
Minggu |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 |
RCTI AnTV Trans Trans Trans Trans7 Trans7 Trans7 Trans7 Trans7 Trans7 TV G TV G TV G TV G |
After School Renovasi Sekolah Surat Sahabat Cerita Anak Main Yuk! Bocah Petualang Laptop Si Unyil Jalan Sesama Si Bolang Ke Kota Buku Harian si Unyil Cita-citaku Dora The Explorer Go! Diego Go Chalkzone Backyardigans |
14.30 12.30 04.30 |
14.30 12.30 04.30 |
14.30 12.30 04.30 |
14.30 12.30 04.30 |
14.30 12.30 04.30 |
15.30 12.30 |
07.30 12.30 |
Penelitian Yayasan Pengembangan Media Anak: “Potret Sinetron Remaja Indonesia” dilakukan terhadap 92 judul sinetron, dengan 362 episode sepanjang 464 jam. Konsep yang dieksplorasi adalah kekerasan, mistik, seks, serta moralitas.
A. Anatomi Kekerasan dalam Sinetron Remaja Indonesia
Kekerasan Psikologis: 40%, di bawahnya kekerasan fisik. Kekerasan psikologis adalah: mengancam, memaki-maki, mengejek, melecehkan, memarahi, memelototi, dan membentak. Kekerasan fisik memperlihatkan kontak fisik antara pelaku dan korban, mulai dari yang sifatnya ‘ringan’ seperti menoyor dan mencubit, sampai yang sifatnya ‘berat’ seperti memukuli dan mengeroyok. Kekerasan fisik bisa melibatkan senjata (seperti menembak dan menikam) atau dilakukan dengan tangan kosong (meninju, menjambak, menampar).
Ekspresi kekerasan verbal (56%) mendominasi adegan kekerasan dalam sinetron remaja. Ekspresi verbal muncul dari kata-kata atau lisan dalam adegan kekerasan.
Motif kekerasan yang disengaja (90%)
Pelaku adegan kekerasan lebih banyak laki-laki (52%) dibanding perempuan (46%).
Pelaku kekerasan nyaris seluruhnya didominasi oleh laki-laki; kecuali, kekerasan relasional yang didominasi oleh peran pembantu perempuan (34%). Berbicara tentang siapa korbannya, laki-laki ternyata juga menjadi korban dengan frekuensi terbanyak. Korban kekerasan fisik terbanyak justru pemeran pembantu laki-laki (32%).
Demikian juga kekerasan finansial yang mengambil korban terbanyak pemeran utama laki-laki (36%).
Perempuan menjadi korban terbanyak dalam adegan kekerasan psikologis (39%), kekerasan spiritual (33%), kekerasan relasional (33%), dan kekerasan seksual (35%).
Hal lain yang patut menjadi perhatian adalah tingginya persentase kekerasan seksual yang dilakukan oleh remaja (68%), kekerasan relasional (62.99%), juga kekerasan spiritual (90.91%)..
Dilihat dari aspek motif kekerasan, remaja mendominasi kekerasan yang disengaja (52.08%) maupun kekerasan yang tidak disengaja (58.36%).
B. Tragedi Mistik dan Supranatural dalam Sinetron Remaja
Adegan mistik yang muncul dalam sinetron kita didominasi dengan visualisasi (76%), yaitu penampakan makhluk mistik. Penampakan ini tidak selalu hantu, tetapi bisa juga berbentuk peri, puteri duyung, bidadari, dan lain-lain.
Ternyata, makhluk gaib merupakan karakter yang paling sering dimunculkan (55%). Pemuka agama hanya muncul dalam beberapa adegan sehingga angkanya tidak cukup signifikan untuk dimasukkan dalam grafik pie ini.
Manusia yang terlibat dalam adegan mistik (43%) lazimnya muncul dalam adegan-adegan yang memperlihatkan interaksi antara manusia dengan makhluk mistik
C. Adegan Seks dalam Sinetron Remaja Indonesia
Adegan seks yang ditemukan dalam sinetron remaja Indonesia sebagian besar berpusat pada ‘hubungan seks’ (57%). Adegannya memang tidak secara langsung memperlihatkan hubungan seks, namun shot pembukanya sudah cukup mengasosiasikan bahwa hubungan tersebut (akan) terjadi. Selanjutnya, adegan ciuman (18%), pemerkosaan (12%), dan kata-kata cabul (10%). Biar sedikit, ditemukan juga adegan telanjang (2%) dan seks menyimpang (1%).
D. Moralitas Sinetron Remaja Indonesia
Hasil identifikasi tersebut memperlihatkan bahwa sinetron remaja kita memang didominasi oleh adegan yang tidak sesuai dengan moralitas (86%). Adegan yang sesuai dengan moralitas (seperti menolong teman, menghormati orangtua, bersikap sopan, berdoa) hanya ditemukan tak lebih dari 14%.
HASIL RISET RATING PUBLIK “MENUJU TELEVISI YANG RAMAH KELUARGA” Yayasan SET, Yayasan TIFA, IJTI, Habibie Center, LSPR
|
Tabel 1.1:
Kualitas Program Acara Televisi
Program Acara |
KUALITAS |
||
Sangat Baik/ Baik |
Biasa Saja |
Buruk / Sangat Buruk |
|
Politik |
39,8 % |
47,6 % |
11,0 % |
Ekonomi |
30,9 % |
57,6% |
9,9 % |
Hiburan |
14,7 % |
23,6 % |
59,2 % |
Anak-Anak |
12,6 % |
38,2 % |
46,1 % |
Agama |
27,2 % |
58,6 % |
13,1 % |
Olahraga |
52,4 % |
42,9 % |
2,6 % |
Kriminalitas |
14,7 % |
33,7 % |
48,4 % |