Sumber: Catholic Update ©1989 – A Walk Through the Mass; www.americancatholi c.org Disesuaikan dengan : 1.”Tata Perayaan Ekaristi” oleh Konferensi Waligereja Indonesia; Penerbit Kanisius; 2. Katekismus Gereja Katolik Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell. net/yes
BAGIAN KETIGA : LITURGI EKARISTI
Setelah Liturgi Sabda kita bergerak ke meja perjamuan. Sama seperti perjamuan di rumah seorang teman, kita 1) mempersiapkan perjamuan, 2) mengucap syukur dan 3) membagi makanan (kita makan dan minum). Dalam Misa ritual seperti itu disebut 1) persembahan, 2) doa syukur agung dan 3) komuni.
A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN
Persiapan Persembahan
Pada jaman gereja perdana, setiap umat membawa roti dan anggur ke gereja untuk digunakan dalam Misa dan dibagikan kepada petugas gereja dan kaum fakir miskin. Sekarang persembahan serupa diwujudkan dalam bentuk persembahan kolekte. Petugas liturgi akan mengumpulkan uang kolekte dari jemaat dan menyerahkannya kepada imam di altar bersama-sama dengan persembahan roti dan anggur. Imam meletakkan roti dan anggur di meja altar. Kemudian imam mencampurkan air dengan anggur dan membasuh tangannya untuk membantu kita mengenangkan Perjamuan Malam Terakhir. (Mencampurkan air dan anggur serta membasuh tangan adalah hal yang biasa dilakuan orang-orang Yahudi dalam perjamuan di jaman Yesus).
Doa Persiapan Persembahan
Imam mengajak kita untuk berdoa agar persembahan kita diterima oleh Tuhan. Kita menjawab “Amin’ atas Doa Persiapan Persembahan dan berlutut / berdiri untuk mengikuti Doa Syukur Agung.
B. DOA SYUKUR AGUNG
Doa yang panjang ini membawa kita ke puncak perayaan Misa dan inti iman kita. Meskipun kata-kata dalam Doa Syukur Agung ini bervariasi dari Minggu ke Minggu, tetapi susunannya tetap sama: 1) Kita memohon kepada Tuhan untuk mengingat segala karya penyelamatan yang mengagumkan dalam sejarah penyelamatan kita. 2) Kita mengenangkan puncak karya penyelamatan kita yaitu, Yesus Kristus, dan teristimewa kenangan yang ditinggalkan- Nya bagi kita pada malam sebelum Ia wafat. Kita mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan- Nya. 3) Setelah kita mengenangkan dengan penuh syukur segala karya penyelamatan yang telah dilakukan Tuhan bagi kita di masa lampau, kita memohon Tuhan untuk tetap melakukan karya penyelamatan Kristus di masa kini: Kita berdoa agar kita dapat menjadi satu tubuh, satu roh dalam Kristus.
Dialog Pembuka
Doa diawali dengan dialog antara imam dan umat. Pertama-tama imam menyapa kita dengan “Tuhan bersamamu.” Kemudian imam bertanya apakah kita telah siap untuk menuju meja perjamuan dan memperbaharui janji baptis kita serta menyerahkan diri kepada Tuhan: “Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan.” Dan kita menjawab bahwa kita sudah siap: “Sudah kami arahkan.” Kita diajak untuk bersyukur kepada Tuhan Allah kita. Dan kita menjawab: “Sudah layak dan sepantasnya.” Dalam bahasa Yunani ‘ucapan syukur’ disebut ‘eukaristia. ‘
Prefasi
Imam masuk dalam Prefasi – ‘prefasi’ diambil dari bahasa Latin yang artinya “di hadapan muka”, di hadapan hadirat Tuhan. Kita dibawa kehadirat Tuhan dan diingatkan betapa baiknya Allah kepada kita.
Kudus
Sementara perbuatan Allah yang ajaib dinyatakan kepada umat, umat tidak dapat menahan luapan kegembiraan mereka dan bernyanyi dengan nyaring: “Wow! Wow! Wow! Betapa luar biasanya Allah kita!” Dalam bahasa ritual Misa, seruan itu dinyatakan dengan “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu.”
Imam melanjutkan doanya, memuji dan memuliakan Tuhan, serta memohon rahmat Roh Kudus untuk mengubah persembahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Ia kemudian mengenangkan kejadian pada saat Perjamuan Malam Terakhir – dasar Ekaristi. Pada saat yang penting ini kita menyatakan misteri iman kita: “Kristus telah wafat, Kristus telah bangkit, Kristus akan kembali.” Imam melanjutkan kenangan akan karya penyelamatan yang agung: sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus.
Doa untuk persatuan dan bantuan doa. Rasa syukur atas karya penyelamatan Allah mendorong kita untuk berani menyampaikan permohonan dengan penuh keyakinan, yaitu permohonan kita yang paling pokok dalam setiap Ekaristi: Kita berdoa untuk persatuan. “Kami mohon agar kami yang menerima Tubuh dan Darah Kristus dihimpun menjadi satu umat oleh Roh Kudus” (DSA II). Dalam doa tersebut kita menambahkan doa untuk Bapa Suci di Roma dan untuk Bapa Uskup kita; kita berdoa untuk kaum beriman, semua orang lain yang telah meninggal dunia dan teristimewa untuk diri kita sendiri, yaitu bahwa dengan bantuan doa para kudus kelak kita boleh datang ke perjamuan kudus di surga.
Kita rindu akan hari yang mulia itu dan saat imam mengangkat roti dan anggur yang telah dikonsekrasikan, imam bersama-sama dengan para kudus di surga mengangkat suara dan berdoa demi kemuliaan Tuhan dalam nama Kristus: “Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu, Allah Bapa yang Mahakuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa. Kata “Amin” yang kita ucapkan sesudah doa ini menyatakan persetujuan serta partisipasi kita dalam seluruh rangkaian doa Ekaristi.
(Bersambung ke Tahapan Misa – 4)