Fiat Voluntas Tua

Papaya Mangga Pisang Jambu

| 0 comments

Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.”

Papaya, mangga, pisang, jambu…. Dibawa dari Pasar Minggu.. Disana banyak penjualnya, dikota banyak pembelinya.

Ini lagu jadul banget, lagu anak-anak jaman tahun 60an. Tapi sekarang kalau kita pergi ke supermarket buah papaya dan pisang sudah bukan dari Pasar Minggu lagi, sudah import dari luar negri semua. Pasar Minggu sudah jadi kampus dan mall. Mangga dan jambu pun berlabel, sudah dibudidayakan sehingga tidak kenal musim lagi. Berita baiknya buah lokal mulai di jual dalam kemasan cantik sehingga membawa nilai tambah. Berita buruknya buah import menggelontor pasar buah, konsumen harus membayar lebih bagi biaya packaging serta transportasi dan devisa yang terpotong karenanya. Petani buah tradisional tergilas oleh para kapitalis. Lebih baik tanah kebun dijual ke pengembang daripada pusing mengurus tanaman buah yang kena hama terus.

Kita juga mungkin maunya praktis membeli buah apa saja yang sudah terpajang cantik di depan mata. Apalagi kalau memberi bingkisan terdiri dari buah import kan kesannya ‘keren’ dan bergengsi. Tanpa sadar keputusan kita ini pelan tapi pasti mematikan para petani buah lokal. Kita mau yang instan dan gak mau pusing, gak mau sabar menunggu membaiknya budidaya tanaman lokal. Walhasil harga pun sulit naiknya. Sayangnya semua butuh kerja keras untuk mendapatkan hasil yang baik.

Semua membutuhkan kerja keras, untuk dapat buah yang baik maka pohon yang baik pun harus tetap dipelihara. Diberi pupuk, disiangi dan di pangkas bila perlu sehingga terus menerus berbuah tanpa mengenal musim. Diusahakan jangan kena hama tanaman. Bunga pun dijaga jangan sampai rontok. Kalaupun kita menemukan pohon yang jelek, masih bisa diusahakan untuk disilangkan dengan pohon yang baik. Sehingga dahan dari pohon yang jelek bisa juga menghasilkan buah lebih baik bila dicangkokkan pada pohon yang baik.

TIdak hanya kerja keras, dibutuhkan juga investasi yang sangat mahal bagi teknologi pertanian tepat guna. Saya pernah mampir pada pertanian strawberry yang buahnya besar-besar, harga jualnya memang tinggi. Untuk itu mereka menggunakan teknologi pertanian dari luar negeri yang amat mahal. Sistem penyemaian bunga, pemupukan dan bahkan lebah serta airnyapun menggunakan penanganan dan instalasi tersendiri. Bagaimana pertanian rakyat bisa menandinginya? Maka saya lebih senang menyarankan anak pembantu RT masuk sekolah kejuruan pertanian daripada SMU agar nantinya mereka menjadi tenaga praktisi di lapangan yang siap pakai berguru pada pakar2 IPB. Siapa tahu 20 tahun lagi mereka bisa jadi pengusaha pertanian yang sukses.

Injil hari ini mengingatkan kita untuk menjaga setiap pohon kehidupan yang dihasilkan dari benih yang baik agar terus menerus berbuah baik dan tidak kenal musim. Tidak mudah memang, butuh kerja keras dan komitmen. Sekali saja kita menemukan buah yang tidak baik maka kita perlu memeriksa diri, jangan-jangan dahan bagian kehidupan kita tersebut memang harus dibersihkan dan dipangkas agar kembali berbuah baik. Kitalah pohon kehidupan itu sendiri. Kita perlu bertanggungjawab atas apa yang dihasilkan dalam kehidupan kita. Sudah seharusnya kalau kitaberasal dari benih yang baik, buahnya juga harus baik. Ada kesabaran, sukacita, damai sejahtera, penguasaan diri, kebaikan, murah hati, lemah lembut, penuh dengan kasih serta setia (Galatia 5:22-23)

Kalau saja ada buah lain diluar itu seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora (Galatia 5:19-21); kita tahu pasti awalnya enak saat dimakan tapi berujung kematian. Buah jenis ini berasal dari pohon yang lain. Yang intinya ingin merusakkan pohon yang baik ini. Maka jauh-jauhlah dari bibit-bibit yang merusakkan pohon kebaikan, agar tidak kena benalunya. Sekali kena, susah sekali membersihkannya kecuali memotong dahan tersebut.

Tips: apa salahnya kita makan buah lokal lebih sering daripada buah import? Makan lah jeruk pontianak daripada jeruk RRC. Apel malang dari pada apel australia. Belilah belimbing lebih sering dari pada kiwi australia. Demikian juga untuk memberikan bingkisan atau persembahan dalam Misa, gunakan buah lokal lebih sering. Bukankah buah lokal juga sama saja nilainya dihadapan Tuhan bahkan secara tidaklangsung kita menolong petani kita sendiri, mengurangi sampah packaging, peptisida bahkan menghemat devisa negara.

====================================================================

Bacaan: Mat 7:15-20

“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”

Leave a Reply

Required fields are marked *.