Fiat Voluntas Tua

Atas Nama Tuhan (Dari Samsi Darmawan)

| 0 comments

Mencoba mengaplikasikan perkataan Yesus dengan keadaan negara kita saat ini, tampaknya relevan sekali, begitu banyaknya orang, kelompok dan partai berlomba-lomba menjual Tuhan atau berbuat sesuatu dengan mengatas-namakan Tuhan. Mulai dari yang halus, baik-baik, yang bermuka dua, hingga yang fundamental juga yang merasa diri adalah wakil atau utusan atau tentara Tuhan.

Sungguh mengerikan, karena dengan mengatas-namakan Tuhan, seolah-olah mereka sudah mendapatkan kuasa mutlak dan boleh bertindak apa saja terhadap siapa saja atas nama Tuhan. Hal ini juga pernah dialami oleh Gereja pada abad pertengahan, dimana segala sesuatu yang bertentangan dengan Gereja itu sama dengan melanggar hukum Tuhan, maka harus dibinasakan. Hal demikian ini, mungkin saja dialami juga oleh agama-agama lain yang terdahulu.

Saya mencoba membagi perkembangan agama-agama tersebut dalam beberapa tahap, yaitu:

Tahap pertama adalah tahap diperkenalkannya agama atau ajaran baru tersebut oleh mereka yang diutus dengan mewartakan kemana-mana sambil mencari pengikut.

Tahap kedua adalah tahap ditentangnya agama atau ajaran baru tersebut, sehingga perlunya gerakan diplomasi atau politik sambil bertahan, dimana mereka yang sudah mapan mulai terganggu.

Tahap ketiga adalah dilarangnya agama atau ajaran tersebut, sehingga melakukan gerakan gerilya atau bawah tanah atau sembunyi-sembunyi untuk bertahan dan terus berkembang. Biasanya banyak memakan korban, karena dimusuhi oleh agama atau aliran mapan yang merasa terganggu. Hal ini sedang dialami oleh aliran Ahmadyah.

Tahap keempat adalah agama atau ajaran ini mulai survive sehingga menjadi aliran baru yang dapat terus berkembang dan memperluas pengaruhnya, sudah mulai diperhitungkan keberadaannya.

Tahap kelima adalah tahap balas dendam, dimana agama aliran baru ini sudah semakin kuat dan balik menindas aliran-aliran yang menentang, bahkan cenderung menghabisi yang lama karena merasa benar, mau menang sendiri dan diutus oleh Tuhan sehingga menimbulkan kerusakana dimana-mana.

Tahap keenam adalah tahap kesadaran atau masa pertobatan, dimana Agama Katolik sudah masuk dalam tahap ini, mau menerima kehadiran aliran lain atau berdampingan dengan agama lain, memahami hakekat manusia sebagai ciptaan Allah dan menghindari kekerasan.

Tahap ketujuh adalah tahap pembudayaan, dimana agama tersebut sudah menjadi budaya atau sikap hidup sehari-hari, aliran dan agama, seperti yang dialami bangsa China dengan budaya Budha, Konghucu dan tao sudah menyatu dalam keseharian mereka, juga India atau Bali dengan budaya Hindunya. Seperti contoh seorang etnis China mungkin saja beragama Katolik, Islam atau Protestan, tetapi mereka tetap saja melakukan ritual Imlek, Peh Chun, Cap Go Meh dan lain-lain. Seperti juga masyarakat Jawa dengan tradisi Keraton dan filosofi wayangnya, walaupun dalam agama yang mereka anut tidak mengakui itu.

Tahap kedelapan, adalah tahap dimana kita semua hidup seperti di Surga. Artinya kita hidup dalam damai, bahagia, makmur dan sejahtera. Tercapainya hubungan harmonis dialam semesta ini.

Catatan:

Antara asli dan palsu makin sulit dibedakan, bahkan seringkali yang palsu justru lebih bagus dari yang asli, karena dalam perkembangan dari hari kehari, yang asli umumnya statis dan tidak melakukan perubahan apapun, sedangkan yang palsu terus memperbaiki diri dan menawarkan kelebihan-kelebihan , maka bukan tidak mungkin yang asli menjadi palsu dan yang palsu mendapat legitimasi menjadi asli.

====================================================================

Bacaan :Mat 7:21-29

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya. ” Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”

Leave a Reply

Required fields are marked *.