Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Pernah merasakan jadi orang miskin? Orangtua kita pasti punya sederet cerita hidup di jaman susah. Kata mereka masih lumayan hidup di jaman penjajahan belanda dimana mereka masih bisa makan; tapi dijaman pendudukan jepang, hidup benar-benar susah. Makan nya bulgur, nasi ketela bahkan bajunya pun kain bekas bungkus karung terigu. Sedemikian susahnya sehingga mereka berjanji anak-anak mereka jangan sampai hidup susah lagi. Ternyata generasi sekarang tidak jauh dari kemiskinan juga.
Kemiskinan membuat orang tidak berdaya. Tidak berdaya saat harus membeli minyak tanah, dan terpaksa kembali mencari kayu bakar untuk memasak. Tidak berdaya karena harga beras gila-gilaan. Tidak berdaya saat harus membeli seragam sekolah. Tidak berdaya saat harus menebus obat dan biaya rumah sakit. Tidak berdaya saat atap rumah berlubang karena lapuk. Tidak berdaya karena tidak ada yang memberi pinjaman untuk usaha karena surat tanahpun tak punya. Tidak berdaya karena tidak ada yang mau menikah dengan orang yang tidak punya penghasilan. Tidak berdaya karena tidak tercatat akibat tidak mampu bayar KTP dan akte kelahiran. Akhirnya tidak berdaya membayar biaya tanah makam. Maka ada beberapa buku mengatakan orang miskin tidak boleh sekolah, tidak boleh sakit. Masih bisa ditambah: tidak boleh menikah dan tidak boleh mati.
Bila Injil hari ini dikatakan pada mereka yang masuk kategori miskin berdasarkan standard WHO, yaitu mereka yang hidup dibawah standard US$ 2/hari, maka ada 104,5 juta orang Indonesia yang akan marah karena dikatakan berbahagia dengan kemiskinannya. Hampir ada satu dari dua orang Indonesia masuk kategori miskin. Lalu apa bahagianya jadi orang miskin yang tidak ada akses kemana-mana?
Orang miskin adalah orang yang tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa. Yang mau dikatakan dalam 1 dari 8 Sabda Bahagia ini adalah orang-orang yang mau mengosongkan dirinya dihadapan Allah. Tidak memiliki apa-apa, tidak membawa apa-apa, tidak membawa titel dan segala talenta serta kekayaannya. Ia tidak berdaya dihadapan Allah penciptanya, yang memberikan ia hidup dan akan memanggilnya kapan saja. Apa yang ada pada mereka hanyalah ‘titipan’ Allah semata, yang harus dikelola dan dipertanggungjawabkan kepada Sang Pemilik.
Hanya orang-orang yang sadar akan ‘kemiskinan’nya dibandingkan kekayaan Allah, mampu memiliki Kerajaan Surga. Orang seperti ini, yang sadar bahwa ia tidak memiliki apa-apa saat datang ke dunia, dan akan kembali kepadaNya TANPA membawa apa-apa pula, pasti memperlakukan segala sesuatu yang ada padanya untuk memuliakan Tuhan. Keluarganya adalah sarana kemuliaan Tuhan , harta-benda, titel dan profesinya adalah juga sarana untuk memuliakan Tuhan. Kesehatan dan usahanya juga adalah pemberian yang perlu dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Marilah kita tetap menyadari diri kita, mengosongkan diri dihadapan Allah. Merasa miskin karena Kristus. Tetapi kita menjadi kaya karena selalui menapaki hidup keseharian kita dalam pimpinan Roh Kudus. Maka marilah kita bergandeng tangan menggunakan segala yang Tuhan berikan dan titipkan kepada kita agar kita bisa membantu orang miskin disekitar kita untuk bangkit keluar dari ‘kemiskinan’nya. Segalanya hanya bagi bertambahnya kemuliaan Allah. AMDG
=================================================================
Bacaan : Mat 5:1-12
“Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid- Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”