Fiat Voluntas Tua

Iman Seorang Prajurit (Source Unknown)

| 2 Comments

Seorang professor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer. Di sana , ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, Ralph, penjemputnya di bandara.

Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju tempat pengambilan bagasi. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka, kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas.Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi sang professor dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

”Dari mana Anda belajar melakukan semua hal itu?” tanya sang professor.

”Melakukan apa?” tanya Ralph.

”Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu?” desak sang professor.

”Oh”, kata Ralph, “Selama perang…” ”Saya kira, perang telah mengajari saya banyak hal.”

Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam . Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.

”Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah.” Katanya. ”Saya tidak pernah tahu, apakah langkah berikutnya adalah pijakan terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki serta mensyukuri langkah sebelumnya.”

”Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini. Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang bermakna bagi orang lain.”

Moral of the story

Nilai manusia… tidak ditentukan dengan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup. Kekayaan manusia bukan apa yang ia peroleh, melainkan apa yang telah ia berikan.

Selamat menikmati setiap langkah hidup Anda dan BERSYUKURLAH SETIAP SAAT…

Banyak orang berpikir bagaimana mengubah dunia ini dan berdiskusi bagaimana mengubah bangsa ini. Hanya sedikit yang memikirkan bagaimana mengubah dirinya sendiri…

2 Comments

  1. Shaloom…!
    Kisah yang menarik, kadang saya berpikir karena saya masih muda jadi ‘buah’ saya belum kelihatan. Biarlah orang2 tua yang senior yg berkontibusi dalam pelayanan karena ‘buah’ mereka sudah matang

    Ternyata,… tiap saat sebenarnya aku pun mampu menghasilkan buah. Karena kapan lagi kita harus menghasilkan buah untuk kemulyaan Kristus jika bukan hari ini. Bukankah, (di ladang ranjau) kita harus memperhatikan tiap langkah, karena siapa yang tahu apa yg terjadi pada langkah berikutnya?

    Langkah yang ku ambil hari ini, akan ku penuhi dengan buah pelayanan, pertobatan, roh u/ kemuliaan nama Yesus.
    Tuhan Yesus memberkati!

    Deny Imanuel sumakul

  2. Salam kenal buat mas Deny dan mbak Felicia.

    Betul sekali, kita mulai dari langkah yang kecil dan mulai berakar untuk siap bertumbuh dan berbuah dimanapun… justru selagi kita muda. Tidak ada kata terlambat untuk kemuliaan Tuhan. Dia selalu memberi kita kesempatan.

    Mbah Justinus semangat banget deh, saya jadi terpacu untuk menulis terus nih. Aku sudah tambahkan beberapa artikel, masih banyak kok. Sabar ya. Tx untuk semangatnya biar menular kemana-mana ya mbah.

    AMDG

Leave a Reply to Deny Imanuel Sumakul Cancel reply

Required fields are marked *.