Fiat Voluntas Tua

Meninggalkan Atau Tertinggal

| 2 Comments

Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu. (Mrk 10:31)

Rasanya sudah tak terhitung berapa kali saya bercerita tentang siapa santa Clara, yang kami pilih sebagai orang kudus pelindung Sekar, si bungsu. Tidak bosan-bosannya dia ingin diceritakan tentang Santa Clara. Untuk anak perempuan jaman sekarang, yang namanya princess itu tahunya ya Barbie. Anak perempuan saya memang sering kami panggil my princess, tapi bukan princess yang dimainkan dalam film dan gamenya Barbie Dols; yang cantik, fashionable, ramping dan blonde.

Princess yang dimaksud adalah seperti Princess Clara; seorang putri bangsawan yang berani meninggalkan segala harta milik dan kebangsawanannya demi mengikuti panggilan Kristus. Ia meninggalkan warisan dan kastilnya agar bisa melayani orang-orang miskin diluar kastilnya. Tentu orang tuanya kecewa dan memintanya kembali. Tapi ia memilih tidak kembali kepada keluarganya. Ia kehilangan keluarganya dan kekayaannya, tapi bertahun-tahun kemudian justru santa Clara memiliki banyak sekali pengikut di seluruh dunia dan yang sekarang dikenal sebagai suster2 Claris. Mereka lah ‘keluarga’ baru Clara yang saling membangun dan meneguhkan iman. Santa Clara mendapatkan bapak ibu rohani serta saudara2 seiman jauh lebih banyak sebagai ganti apa yang telah ditinggalkannya demi Kristus.

Injil hari ini menjelaskan bahwa Rasul Petrus sudah habis-habisan untuk mengikuti Yesus, dia tinggalkan usaha perkapalannya dan keluarganya. Nothing to loose… mau apa lagi, semua sudah dilepaskan. Ia sudah lebih advance imannya dibanding pemuda kaya yang tidak mau melepaskan harta nya demi kehidupan kekal. Para murid sudah habis-habisan untuk ikut Yesus, mereka secara tidak langsung menanyakan apa jaminannya. Maka Yesus menegaskan, kalau para rasul terus-menerus melekat sungguh-sungguh pada Nya, dan saling meneguhkan satu sama lain maka mereka telah membentuk keluarga baru; inilah persekutuan orang beriman, inilah gereja perdana.

Para murid yang tinggal bersama, saling melayani saling mendoakan dan saling membantu meneguhkan iman. Setelah kepergian Yesus, mereka sempat terpencar, tapi akhirnya disatukan Roh Kudus, kembali membentuk persekutuan umat beriman dalam mewartakan Kabar Baik. Maka Kerajaan Allah dibangun bukan nanti saat kita kembali ke Surga, tapi dibangun sejak kita menjadi pengikut Kristus. Kita perlu untuk saling berbagi, saling memperhatikan saudara seiman dan saling meneguhkan. Dengan demikian itulah Kerajaan Allah sebenarnya yang ada di bumi, itulah komunitas persekutuan umat beriman.

Maka untuk para orang tua, jadilah juga bapak dan ibu rohani bagi anak-anak kita, dan juga anak-anak lain untuk membimbing pengenalan mereka akan cinta Tuhan. Demikian juga kita bangun persaudaraan umat beriman yang saling meneguhkan, sehingga Kerajaan Allah juga ada di bumi tempat kita tinggal. Ini hanya bisa dilakukan bila hati kita sungguh-sungguh melekat pada Yesus. Tidak ada lagi kelekatan harta duniawi, seperti orang muda dalam bacaan kemarin; ia pasti kesulitan mendapatkan kehidupan kekal karena hatinya masih melekat pada hartanya yang banyak.

Marilah kita tidak berhenti dalam kesetiaan dan ketaatan dalam devosi, dalam aturan-aturan agama dan ritual. Tapi senantiasa membangun komunitas umat beriman yang saling menyapa satu sama lain dan meneguhkan iman baik dalam komunitas teritorial (lingkungan) dan kategorial. Kalau tidak maka kita akan sulit untuk bertahan sendiri, sulit untuk tetap setia tanpa dukungan sesama umat beriman lainnya. Yang begini ini, gak akan bertahan lama pasti imannya rontok dijalan karena tidak teruji… akhirnya tertinggal karena memilih menjauhi persekutuan umat beriman, akhirnya menjauh dari Allah.

Oleh karenanya sebelum membangun persekutuan antar umat beriman, kita perlu memiliki relasi yang akrab dengan Tuhan, sangat intim sampai menjadi soul mate lah; dimana tiada dusta lagi diantara kita dengan Tuhan.

==================================================================

Bacaan: Markus 10:28-31
Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.

2 Comments

  1. Email dari mbak Yansi (Manila-Filipina)

    Saya terinspirasi dengan tulisan Bu Ratna, tk bu untuk permenungannya.
    Menjadi Princess dunia memang menarik, blonde, ramping, modis, cantik. Setiap mata akan tertuju dan berdecak. Lawan bicara dan lawan mata tak diundangpun mendekat.
    Sangat berlawanan dengan menjadi Princess surgawi, boro2 dikagumi, asal kita berada langsung di beri cap ibu halleluya lah, si ibu Amin lha, si ibu kudus dan macam2 predikat yang kedengaran kudus tapi nyelekit.
    Mark. 10:28-31
    Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan. .. kelekatan dunia…
    orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat.
    Princess dunia dan surgawi memang beda. Princess dunia semakin bahenol semakin menarik. Semakin disana/i terbuka semakin menggoda dan memikat. Semakin nempel pada godaan maka semakin jauhlah kita dari Tuhan. Maka jika kita anak2 Tuhan, hendaklah mengenakan jubah surgawi agar bisa dibedakan anak dunia dan anak Tuhan. Biarlah dimana kita tampil orang tak melihat diri kita lagi, tetapi kehadiran kita justru menghadirkan Tuhan. Karena jika kita menerima upah selagi di dunia maka tak etis juga jika kita meminta upah di surga nanti. (orang Manado bilang, makang dua pintu dunk).
    Salam,
    Jansi

  2. masalah kesetaraan saat ini sering disalahartikan sebagai kemandirian yang buta.
    beberapa rekan wanita yang asyik dengan karier dan mendewakan kemandirian, sering malah terperosok lebih dalam sehingga mengabaikan kodratnya sebagai wadah kehidupan, sebuah karunia agung yang tak ternilai.
    mereka mengabaikan banyak kewajiban, dan keluargalah yang menjadi korban.
    anak-anak-lah korban pertama, yang tanpa disadari akan melahirkan generasi tanpa hati di kemudian hari.
    tidak mengesampingkan peran laki-laki sebagai pasangan, wanita bagaimanapun juga akan menjadi sosok ibu. entah dalam keluarga, jika dia menikah, atau dalam masyarakat jika dia awam selibat.
    keberadaan wanita sebagai wadah kehidupan, adalah wujud kehadiran kemuliaan Tuhan.
    salam sayang untuk semua ibu…
    nana

Leave a Reply

Required fields are marked *.