Fiat Voluntas Tua

Sakit Melahirkan? Gak Kapok Tuuh..

| 10 Comments

Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan.

Saat-saat kehamilan memang menegangkan tapi juga menggembirakan bagi setiap perempuan. Inilah suatu ‘previlege’ yang hanya dimiliki perempuan. Harap-harap cemas akan keadaan si ‘calon’ bayi. Foto disebelah menunjukkan nyamannya sang jabang bayi yang sedang ‘main-main’ dalam perut ibunya.

Bahkan bisa dikatakan seorang ibu  mempertaruhkan nyawanya bagi sang bayi. Untuk bayi inipun saat menjelang kelahiran  mengalami suatu proses survival yang berpengaruh pada kehidupan selanjutnya. Romo Carol MSF, yang berkarya di Pusat Pendampingan Keluarga Keuskupan Agung Semarang, banyak menangani kasus2 kepribadian anak. Ternyata bayi-bayi yang dilahirkan tidak secara alami (dengan operasi Caesar), memiliki kerentanan kepribadian yang tinggi. Hal ini bisa dibuktikan juga secara medis karena seluruh sel memang mempersiapkan diri secara alamiah menjelang kelahiran. Saya bersyukur semua anak saya dilahirkan dengan normal. Sakitnya? Jangan tanya… suakiiiit luar biasa, susah untuk diceritakan. Hanya ibu yang pernah melahirkan bayi bisa mengerti rasa sakit itu.

Kelahiran pertama dan ketiga yang ditemani suami, sungguh memberikan dukungan luar biasa buat saya. Sayangnya pada kelahiran kedua, suami sedang bertugas ke Belanda untuk satu tahun.   Saat kelahiran kedua saya mengalami pendarahan karena kelelahan menahan sakit dari siang hari; saya baru bisa melahirkan jam 2 pagi saat tenaga nyaris habis. Bahkan saya sempat berhenti mendorong saat kepala bayi di mulut rahim, kejadian ini membekas di kepala bayi seperti lingkaran mengelilingi dahinya karena terjepit . Bekas membiru akibat pembuluh darah yang pecah tersebut, baru menghilang beberapa minggu kemudian.Jam 4 pagi, saya sedang enaknya tidur karena kelelahan di ruang paska operasi, tiba-tiba pipi saya ditepuk-tepuk dibangunkan perawat. Katanya :bu… bangun bu… jangan tidur, coba dilawan ngantuknya. Haaa? orang kecapekan begini kok dibangunin sih, saya masih tidak mau bangun juga. Tapi mereka terus menepuk pipi saya bergantian. Saat itu saya ditinggal sendirian setelah melahirkan, orang tua yang menemani dari sore hingga malam sudah kembali kerumah,

Samar-samar saya dengar ada 2 orang perawat sibuk mondar-mandir. Ada yang ambil es menaruh di perut saya, ada yang menyuntikkan sesuatu. Mereka saling membangunkan saya ” ayo bu… bangun bu, ibu harus bertahan, jangan tidur… bayinya masih butuh ibu” Haaah… ada apa ini??? Dengan rasa mengantuk yang luar biasa, pelan-pelan saya bangun dan menyadari bahwa ternyata saya mengalami pendarahan; darah yang keluar tidak berhenti dan sangat banyak. Dokter yang dihubungi meminta mereka memberikan suntikan untuk menyetop pendarahan. Bahkan kalau jam 5 nanti tidak berhenti mereka harus lakukan tranfusi darah.

Saya hanya bisa menangis berteriak pada Tuhan. Oh God.. I still want to stay with my baby. Help me Lord. Air mata saya mengalir deras. Tidak ada seorangpun di situ. Tidak ada suami, Tidak ada orang tua di samping saya. Tuhan Yesus, tidak ada siapa-siapa disini. Hanya ada Engkau dan saya, saya percaya Engkau pasti mengirimkan Roh Kudus Penolong saat saya mengalami kritis ini. Tolong saya melawan rasa mengantuk ini; rupanya rasa mengantuk adalah tanda seseorang akan mulai kehilangan kesadaran sebelum koma. Dengan tenaga yang tersisa saya menggigit bibir menahan kantuk, mengepalkan tangan dengan sekuat tenaga. Saya begitu lemah, tidak kuat mengangkat kepala dan tangan.

Dengan tak berdaya saya merasakan derasnya darah yang keluar tanpa diiringi rasa mulas karena kontraksi seperti sebelumnya. Duh Tuhan, seperti inikah rasanya Engkau mengucurkan darah bagi ku? Engkau rela mati agar kami bisa hidup selamanya. Engkau telah merintis jalan ke Surga demi kami, manusia yang berdosa. Berbahagialah para ibu yang rela mati demi kehidupan anaknya. Saat melahirkan begini memang saat mempertaruhkan nyawa, segala sesuatu bisa terjadi diluar rencana manusia. Yang normal saja bisa pendarahan begitu, apalagi kalau melahirkan dengan operasi.. wah… Seorang ibu yang berada sebelah saya ; ia melahirkan dengan Caesar, rupanya tanpa diduga menderita alergi. Ia mengeluh karena seluruh tubuh dan tenggorokan menderita gatal, banyak lendir di saluran pernafasan tapi ia tidak bisa batuk karena luka operasinya. Jadi hanya bisa mendesis minta tolong. Duh…

Menit demi menit saya lewati dengan air mata dan doa. Akhirnya pelan-pelan saya mulai merasakan denyut kontraksi, tambah lama tambah kuat. Dan akhirnya pendarahan pun berhenti. Duh Gusti, terimakasih Tuhan, aku diberi kesempatan sekali lagi untuk hidup di bumi. Setiap hari ku, setiap waktuku tidak akan aku sia-siakan, demi anak-anakku dan demi kemuliaan kerajaan Mu. Hari itu saya titip ujub syukur untuk Misa harian lewat Bapak Ibu. Tuhan sekali lagi menyelamatkan nyawa saringan ini.

Saya sungguh memahami kalau ibu-ibu mungkin agak membedakan anak satu dengan yang lain, karena masing2 memberikan pengalaman emosionil dan spiritual yang berbeda saat melahirkan. Pengalaman perjuangan iman ini kurang dipahami oleh mereka yang terpaksa memutuskan melahirkan dengan Caesar. Disaat nyawa dipertaruhkan demi sebuah kehidupan baru, disaat itulah rahmat dan cinta Tuhan mengalir memberi kekuatan untuk bertahan. Tapi segala duka cita melahirkan rasanya saya sudah tidak ingat lagi, begitu melihat tatapan sang bayi dan menyentuh kulitnya. Saya sudah lupa tuh rasa sakitnya, buktinya saya masih berani melahirkan lagi…masih nekad, dengan cara normal juga 8)

Injil hari ini mengingatkan betapapun sulitnya kita hidup di bumi, terutama untuk mengandung dan melahirkan hal-hal yang benar; nanti manakala kita masuk dalam kehidupan baru, semua air mata duka dan kegetiran hidup digantikan dengan sukacita. Roh Kudus menemani kita menghadapi segala tantangan dan ketakutan termasuk saat melahirkan bayi dan saat melahirkan segala yang baik dalam kehidupan ini. Yesus pun sudah menanti kita disana karena Ia sudah merintis jalan ke Surga bagi manusia.

Setelah lolos dari maut, saya semakin mengasihi anak-anakku, tapi terlebih lagi semakin mencintai ibu yang melahirkan saya. Dia pertaruhkan nyawanya juga demi saya. I thank God for giving me such a wonderful mother.

Frens, kalau anda masih ada kesempatan, telpon dan kunjungilah ibu anda. Katakan bahwa anda mengasihinya, berterimakasihlah untuk perjuangannya yang tidak terhitung demi kita. Kita mengenal Tuhan yang tidak kelihatan melalui cinta ibu yang tercurah bagi kita anak-anaknya. Kalaupun ia memiliki kesalahan, Tuhan masih tetap mempercayakannya untuk melahirkan kita.

PS:Data kematian ibu melahirkan di Indonesia menunjukkan bahwa satu ibu meninggal paska kelahiran setiap 30 menit !   Marilah kita ambil bagian dalam setiap usaha menyelamatkan nyawa tiap ciptaan Tuhan, ya ibunya dan juga bayinya karena mereka, ibu dan anak begitu berharga di mata Allah.

============================================================================================

Bacaan  Yoh 16:20-23a

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu. Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku”

10 Comments

  1. aku hampir nangis waktu membacanya…. jadi teringat waktu melahirkan anak pertama ku. aku juga tidak didampingi suami ku… cuma ayah ibu dan tante ku.
    Dan kelahiran anak kedua ku yang penuh makna.. dimana aku tidak merasakan sakitnya…. dan anak itu terlahir dgn berkat yang dari pada Tuhan.
    Thank’s God.

  2. Benar sekali mbak Ita, pengalaman pribadi menghadapi ketakutan saat melahirkan memaksa kita kaum ibu mencari Allah dan bergantung kepadaNya, sang sumber kehidupan. Dan saat kehidupan baru itu datang lewat tubuh kita yang fana, kita hanya bisa menangis mensyukurinya.
    Bagi para ibu yang akan menghadapi persalian. Its ok to be afraid. Tapi Justru ketakutan menghadapi persalinan itu seharusnya menjadi ujian iman, dan bukan kita menyerah, mengalah dan mengijinkan dokter memakai pisau bedahnya sebagai intervensi manusia atas karya Ilahi yang luar biasa ini.

    Mbak Dera, aku gak ngerti soal tafsir mimpi. Yang jelas semoga yang diidamkan bisa sesuai dan bisa seiring langkah menatap hari depan bersama ya.

    Bang Indra maju terus dengan GMKI nya ya, semangat Ut omnes Unum Sint adalah semangat mempersatukan, tidak memecah belah dan sangat menghargai perbedaan.

    Untuk mbak Melati, saya sudah email contoh doanya ya. Semoga anda tetap melatih doa yang keluar dari hati. Biar lagi nggak mood, lagi kering tetap lah berdoa. Ditunggu sharingnya ya. AMDG

  3. Salam kenal Bu. Senang kami membaca blog ibu
    Salam dari Bali
    http://www.yovisasa.com

  4. Semoga anak-anak yang kita lahirkan selalu menjadi anak yang berguna bagi semuanya. sekarang ini saya sedang deg-degannya menghitung hari kelahiran bayi saya. diperkirakannya sich lahirnya 1-2 minggu lagi,pas baca cerita mba saya ngeri tapi mau bagaimana lagi semuanya harus dihadapi,,bener ga….?????saya selalu menyuport diri saya dengan berfikir kalau ibu dan teman-teman saya saja bisa, saya pun harus bisa.

  5. Saya doakan agar mbak Sofie tetap mengandalkan Tuhan menjelang kelahiran bayinya. Percayalah anda pasti diberi kekuatan untuk mampu melahirkan dan mendidik anak-anak yang diberikan dalam iman dan akhlak yang baik. GBU

  6. Terima kasih buat sharingnya yach, sungguh sangat menguatkan. saya sendiri saat ini sedang mengandung anak pertama saya, sedang berjalan 6 bulan dan waktu persalinan yg rencananya akan lahir sekitar akhir Oktober atau awal November 2010. Saya percaya sebagaimana Tuhan Yesus sudah menolong ibu saya dan teman2 yang lainnya pada saat melahirkan, maka saya juga akan bisa melahirkan anak yang sehat dan kuat untuk memuliakan Nama Tuhan Yesus, God Bless you.

  7. Wah… ga sengaja blogwalking ternyata nyampe di sini… Joan terharu loh bacanya…apalagi I’m still a single girl, jadi paham bener perjuangan para mama ya. Sungguh suatu karunia menjadi seorang perempuan ya, dan pastinya kasih Allah selalu menyertai kita yang meletakkan setiap perkara diatas kakiNya. Bravo ibu-ibu Indonesia di seluruh dunia. We love you girls, Jesus loves you, never ever ever give up!!!

  8. aku sih takut ketika melihat orang melahirkan

  9. Tuhan Kok bisa mati iki gimana, kebodohan berjama’ah ini namanya.
    tuhan itu abadi, tuhan itu tanpa batas, tuhan itu tidak ada makluk ciptaanya yang menyerupai…itu yang benar.

  10. sebenarnya aku cuma iseng2 ajah nyari berbagai artikel tentang “a fRiend in need is a fRiend indeed” . tRus aKu iseng ajah buka “Sakit Melahirkan? Gak Kapok Tuuh..” seteLah baca tuLisan di atas..astagah aKu langsung ingat cerita mama ku waktu dia melahirkan aku (katanya tersiksa banget),, gara2 itu juga aku bertekad sama diri sendiri ga mau punya anak kandung (adopsi ajah). tapi seteLah baca tuLisan di aTas aKu muLai beRubah pikiRan,, :) aku terharu banget bacanya,,sampe nangis (bener2 nangis lho).. T.T

Leave a Reply to JoAn Cancel reply

Required fields are marked *.