Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu. Jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu”
Pengalaman pribadi yang minim di dunia politik, akhir-akhir ini membuat saya harus memilih sikap yang sejalan dengan Ajaran Kristus untuk bisa berbuah di ‘dahan’ politik. Saya setuju dengan pendapat Nurul Arifin di acara Metro TV saat diskusi tentang artis yang berkiprah di politik. Sebagai artis mereka dilirik parpol karena punya ‘nama’, mungkin awalnya dianggap sebagai ‘pemanis’ atau ‘vote geter”. Ternyata modal nama saja tidak cukup, sebagai artispun mereka harus mempersiapkan diri melewati proses pendewasaan dan kematangan berpikir serta berani bertindak dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Maklum dunianya berbeda sekali dengan dunia artis yang “dugem”.
Setiap pengurus dan kader harus melalui proses pematangan, kadang harus membersihkan carang dan ranting agar dapat berbuah kebajikan. Proses ini tidak bisa instant, tidak bisa juga hanya berorientasi 5 tahun. Yang dicari bukan pelari sprinter, tapi pelari maraton. Proses ini menjadi menyakitkan saat kita harus memotong ranting yang tidak berbuah. Apakah itu menyangkut sikap kita yang kurang mau belajar dan mengembangkan diri atau saat kita harus tegas dalam menghadapi ‘ranting-ranting’ lain yang tidak berbuah bahkan menjadi benalu yang membahayakan yang lainnya.
Bila dengan dialog dan diplomasi tidak dapat menyatukan segala kehendak untuk mencapai tujuan baik, sering kita harus memilih berseberangan demi kepentingan yang lebih besar. Kita harus menentukan sikap untuk dapat menghasilkan yang baik. Bukan buah yang dinikmati sendiri tapi rasanya asam bagi orang lain, tapi buah yang bisa dinikmati banyak orang dan bisa memuliakan Nama Tuhan.
Injil hari ini meneguhkan kita, bahwa kita sudah dipilih untuk pergi dan berbuah banyak. Untuk itu kita pun harus siap menempuh proses pembersihan pada ranting-ranting yang tidak bersih dan tidakberbuah baik. Dalam setiap pengutusan bagi yang telah menerima baptisan, akan selalu menemukan pertentangan antara keinginan menuruti Firman dan melawan FirmanNya. Baik pertentangan di dalam diri sendiri atau antara kita dengan orang lain. Inilah arena pengasahan dan pembentukan iman kita. Sabda Tuhan adalah ukuran yang selayaknya dipakai untuk menentukan apa yang bisa di kompromikan dan kapan kita harus mengambil sikap tegas.
Maka kalau sampai ada 17 guru SMA yang tertangkap karena ‘membenarkan’ hasil UAN anak didiknya, juga anggota DPR yang mengusulkan pembubaran KPK yang pendiriannya telah disetujui parlemen; pertanyaan kita adalah ukuran apakah yang akan dipakai menentukan yang baik? Kalau saja semua pihak berkehendak baik mau konsisten melakukan segala sesuatu mencapai cita-cita mulia bagi Indonesia, tentu dituntut ketegasan dan komitmen dalam menentukan sistem pendidikan dan membongkar segala praktek KKN. Dengan demikian kita masih ada harapan adanya ‘buah-buah’ yang baik dihasilkan di Indonesia. Ranting-ranting yang berbenalu memang harus dibersihkan agar bisa berbuah. Iman tanpa perbuatan baik adalah mati.
Sehingga sebagai pengikut Kristus senantiasa harus saling mengasihi satu sama lain. Kita benci segala perbuatan yang melawan Firman Tuhan, tapi kita mengasihi orang yang berbuat. Kita berdoa bagi mereka yang sedang ‘lupa’ dan berharap agar mereka mau dibentuk dan diproses untuk menjadi ranting yang berbuah baik. Bisa dibayangkan efek negatif bagi keluarga mereka akibat perbuatan yang memalukan itu.
Demikian pula kita, siapkah diri kita untuk berani mengambil sikap terbuka untuk berdialog tapi tidak untuk kompromi hal-hal yang bertentangan dengan SabdaNya. Ada kalanya saat kita tidak hendak berkompromi dengan ‘dunia’ di sekitar kita, maka ‘zona nyaman’ kita menjadi taruhannya; bisa pekerjaan, posisi serta kesempatan promosi dan usaha. Bukan hanya terjadi didunia politik, tapi disetiap tempat dimana ada interaksi manusia didalamnya bisa terjadi konfrontasi dan kompromi. Tapi selama kita menempel pada pokok anggur yang benar, percayalah buah damai, suka cita, dst tinggal tetap didalam kehidupan kita. Ampunilah mereka yang menganiaya kita karena namaNya, mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. Paling tidak kalau kita bertindak benar sesuai dengan FirmanNya,maka anak-anak kitapun akan melihat dan melakukan yang benar.
=====================================================================
(Yoh 15:18-21)
“Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku”