Fiat Voluntas Tua

Ti …Rotiiii….

| 2 Comments

boy with his lunch box “Di manakah kita akan membeli roti” ( Yoh 6:1-15)

Bukan sekali dua kali saya dibuat terperangah dengan pemikiran polos anak-anak. Pernah suatu kali saat Sekar kelas 2 SD, saya kumpulkan dan sortir seluruh hasil karya ekskul melukisnya. Yang dapat nilai A+ saya bingkai dengan kaca. Maksud awalnya tentu untuk dipajang di sepanjang dinding ruang keluarga. Entah dia melihat acara apa di televisi, dia bertanya pada saya: bunda mau beli lukisanku gak? Aku jual deh harga spesial Rp 100.000 saja. Lho? kok dijual? saya tanya mengapa dijual, bukannya itu lukisan yang dia sangat banggakan? Untuk apa uangnya? Dia menjawab, uangnya aku mau kasih romo untuk bayarkan anak-anak yang tidak bisa membayar uang sekolah. Romo kan pasti gak bohong ya? Wah… disatu sisi bangga juga, punya anak sebelia ini tapi sudah peduli dengan sesamanya. Dia berikan lukisan2 kebanggaannya untuk dapat membantu anak-anak lain yang tidak dikenalnya. Disisi lain, malu hati juga, dia melakukannya dengan segala keterbatasannya sementara saya diam saja tidak bertindak apa-apa.

Nyata benar bedanya bila bertemu orang dewasa, kalau ditanya: bersediakah membantu karya pastoral umat sebagai pengurus lingkungan atau Dewan Paroki? Sudah ketebak litani yang akan disebutkan. Sebagian besar kurang memiliki kepekaan pentingnya peranan penggembalaan umat. Soal waktu yang terbatas, kemampuan tidak ada, nanti begini dan begitu, bagaimana dengan pasangan yang keberatan dsb dsb. Intinya: not me laaah… not know laaah…

Injil hari ini juga mengingatkan kita adanya cara pandang berbeda dalam menjawab pertanyaan Yesus saat menghadapi ribuan orang yang lapar ” Dimana kita mendapatkan roti?”Orang dewasa langsung berpikir secara logika, dimana beli ribuan roti dalam waktu singkat. Dikali harga roti saat itu, kalau upah sehari sedinar = Rp 50.000,- maka nilai 200 dinar sekitar Rp 10 juta rupiah. Tidak ada seorang pun yang pegang tunai sekian banyak. Tapi ternyata seorang anak menangkap kegelisahan tersebut, dia pun tidak berdaya menghadapi sekian banyak orang. Tapi ia hanya ingin berbagi dengan apa yang dia miliki. Paling tidak bekal makanan yang diberikan ibunya, mungkin bisa dimakan bersama 2-3 orang anak lagi. Ketulusan seperti anak kecil inilah yang membuat Tuhan Yesus turun tangan menggandakan yang hanya sedikit tadi.

Ikan bicara tentang sumber kehidupan, dimana para murid aslinya berprofesi sebagai nelayan. Ikan-ikan dari danau hasil tangkapan nelayan, mengenyangkan orang banyak. Mereka sedang dalam proses ditransformasikan dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Artinya dengan profesi yang kita miliki, dengan talenta dan keahlian yang ada, Tuhan bisa melipatgandakan karya kita agar bermanfaat bagi banyak orang. Tentunya perlu ketulusan dan kerelaan seperti seorang anak yang menyerahkan segala yang ada padanya, walaupun dengan resiko bisa-bisa dia juga tidak mendapatkan apa-apa demi orang banyak. Dengan ketulusannya, satu langkah kecil di duplikasikan dan dibagi ke banyak orang. Satu langkah kecil yang tulus dilakukan bersama-sama dilakukan, memiliki efek multiplikasi yang amat dahsyat.

Efek multiplikasi ini lah yang saya alami sekarang. Sampai subuh begini xaxa, tim panitya lomba slogan kampanye peduli sampah, belum selesai melakukan kompilasi data. Sudah lebih dari 3,500 slogan yang masuk dari 700an peserta dari dalam dan luar negeri. Efek multiplikasi melalui internet membantu menyampaikan pesan sederhana tentang pentingnya kesadaran dan kepedulian akan penanganan sampah. Ini hanya mungkin terjadi dengan keterlibatan banyak tangan dari orang-orang yang berkehendak baik dalam memforward email dan memasang poster lomba slogan dimana-mana.

Maka marilah kita persembahkan segala yang ada pada kita, bahkan segala kehendak baik, waktu dan talenta kita untuk diserahkan dan dilipatgandakan oleh Tuhan agar menjadikan orang lain kenyang dan dipuaskan. Tidak hanya yang lapar akan makanan dan pakaian, tapi juga lapar akan sentuhan dan sapaan, lapar akan kasih sayang, lapar akan pekerjaan, lapar akan perhatian. Saat kita menyadari ada yang ‘lapar’ disekitar kita, beranikah kita mulai menawarkan: Ti Rotii….Siapa mau roti? Saya punya lima roti dan dua ikan, mau kah…

=====================================================================

Bacaan Yoh 6:1-15

“Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Seorang dari murid-murid- Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya:” Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid- Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.

2 Comments

  1. Na,
    Wah..wah..kalau di Indo aja udah kayak gini, menolak membantu karya pastoral apalagi disini ya??? Disini juga baru saja kami rasakan betapa susah mencari orang yang benar-benar mau bekerja di ladang Tuhan. Pengorbanan yang pasti bukan hanya waktu, tetapi juga tenaga dan kadang-kadang uang…. Sebagai salah satu pengurus disini, waktu saya & Adri dari hari ke hari sampai tidak berasa…penuh sekali banyak sekali yang harus dikerjakan. Tetapi akhir-akhir ini kami rasakan juga walaupun cape tapi ada rasa puas di hati, karena masih bisa memberikan “something” kepada sesama.
    Sekali lagi, salut buat blog kamu dan karya mu..jangan berhenti ya, semoga terus dilimpahi rahmat dan ilham yang banyak dari yang Diatas. DONNY.

  2. Donny kangen banget , gak ketemu puluhan tahun ya? Kamu jadi dedengkot paroki di LA ya? Disini juga ada LA tapi Lenteng Agung hehehe…
    What I have here is just a small thing compare to what He has done to me.
    Inget gak sih, jaman kita SMA, model gw begini tukang bolos dan nyontek, malu banget deh. But Thank God for saving my life. Kita saling mendoakan ya don, salam untuk Acong eh Adri (….gw belum kenal ya?). Semoga Tuhan melipat gandakan karya kalian di LA untuk menjadi suka cita bagi banyak orang. GBU sist

Leave a Reply

Required fields are marked *.