Fiat Voluntas Tua

Prosesi Dalam Minggu Suci (dari BS Mardiatmadja, SJ)

| 0 comments

Siap-siap merayakan Minggu Suci menyebabkan saya tertabrak pada fenomena prosesi. Di kebanyakan daerah sekarang jarang diadakan prosesi orang katolik. Lama dirasakan bahwa prosesi kerap ditangkap sebagai arak-arakan berbau politis atau sok-menang atau sombong. Dalam Minggu Suci ada beberapa prosesi yang baunya bukan pawai kemenangan atau demo politis.

Prosesi Minggu Palma memang ditangkap oleh para ’lawan Yesus’ seakan-akan bernada pawai kemenangan. Maka Ia disuruh membungkam orang-orang yang berteriak. Padahal kalau diperhatikan, prosesi Minggu Palma mulai dengan tidak disengaja. Yesus mengutus murid untuk merencanakan ’santap malam’ dan lalu Ia masuk ke Yerusalem. Tanpa iklan sebelumnya, masukNya ke Yerusalem itu diketahui orang sehingga mereka bereaksi spontan. Jadilah ’prosesi Minggu Palma’. Prosesi tanpa rencana.

Prosesi berikut adalah prosesi dari kamar santap malam menuju ke Kebun Zaitun: suatu prosesi diam dan lebih merupakan ’prosesi tradisional’ karena dikatakan bahwa Yesus sudah sering mengajak para Rasul untuk prosesi ini guna berdoa. Prosesi Yesus yang biasa ya untuk berdoa di tempat sepi ini. Itulah prosesi tradisional Yesus dengan para sahabatNya. Prosesi hening, penuh permenungan, dan dalam nada Thomas Aquino disebutkan penuh misteri.

Dalam rumus ritual, prosesi itu diwujudkan dalam prosesi Umat Katolik ketika Misa Kamis Putih usai. Waktu itu meja altar dibersihkan dan Sakramen Mahakudus diantar ke altar peristirahatan, menantikan penyambutan Jumat Suci. Prosesi ini penuh keprihatinan sehingga tidak memakai lonceng biasa, melainkan lonceng kayu. Oleh sebab itu, tidak tepatlah kalau ada yang memakainya sebagai alasan menirukannya dalam suatu prosesi yang disebut ’adorasi’ dengan penuh kemuliaan di sementara komunitas. Thomas Aquino juga memakai doa yang serba ’sederhana’: ”Adoro te devote, latens Deitas” (Aku memujaMu penuh bakti, ya Keilahian yang bersembunyi”).

Prosesi itu berkebalikan dengan prosesi lain sekitar lima jam sesudahnya, yaitu ketika Yesus digelandang oleh para satpam Imam Agung. Sesudah Yesus dikuatkan oleh malaekat yang diutus saat Yesus ditulis sebagai sedih sampai keringatnya berdarah-darah, para satpam Imam Agung mendatangiNya diantar oleh Yudas dengan cium istimewanya. Prosesi itu didahului dengan terjengkangnya para satpam itu mendengar jawab Yesus: tak menduga, bahwa si tersangka itu begitu berani menantang mereka yang mau menangkapnya. Prosesi menuju rumah Imam Agung itu berlangsung secara diam-diam, karena mau menghindari reaksi banyak pengikut Yesus. Dalam suasana serupa itu juga terjadi prosesi dari rumah Imam Agung menuju ke rumah Pilatus, dari rumah Pilatus ke penginapan Herodes maupun dari tempat itu kembali kepada Pilatus. Hanya saja, prosesi yang terakhir itu sudah menjadi prosesi yang cukup ramai, karena provokasi satpam sudah menjadi sedemikian kuat sehingga perhatian massa sudah membesar. Namun prosesi ini merupakan prosesi pengadilan: suatu prosesi yang sudah diduga oleh Yesus dan sudah dikuatirkan oleh para Rasul. Prosesi ini pasti bukan dalam suasana triumfalistik dari sudut pengikut Yesus.

Prosesi sesudah vonis terhadap Yesus adalah prosesi yang sekarang sering disebut ’Jalan Salib’. Dalam prosesi ini para lawan Yesus mencium bau kemenangan karena putusan Pilatus, dan dalam hati para murid prosesi ini sarat dengan kedukaan. Banyak murid tidak berani menampakkan diri. Menurut tradisi hanya sedikit sekali yang ikut prosesi. Film Mel Gibson hanya memperlihatkan Maria dan para murid sembunyi-sembunyi. Prosesi ini sepi dari rasa triumfalisme atau rasa dramatis atau pertunjukan, seperti tampak sebagian di Filipine dan Oberammergau.

Suasana duka juga menyelimuti prosesi lain sesudah Jumat pukul tiga, ketika Maria dan Yohannes serta beberapa murid memberanikan diri untuk menurunkan Yesus dari salib dan membawaNya ke tempat peristirahatan keluarga Yosef Arimatea. Prosesi ini sama sekali tidak tenang; agak terburu-buru dan dikejar-kejar waktu menjelang Sabbat Besar. Suatu prosesi yang tidak berbau kemuliaan.

Dari keseluruhan prosesi dalam Minggu Suci itu, sebenarnya kebanyakan bernada prosesi iman. Bahkan prosesi Minggu Palma juga prosesi penuh kepercayaan; bukan prosesi bernada demo sama sekali. Kalau demikian, mungkin sekali kita dapat membangkitkan kembali nada dasar prosesi para murid Yesus Kristus yang mewarnai Minggu Suci ini dalam ”processio” sejati: artinya ”maju bersama dalam iman”.

Leave a Reply

Required fields are marked *.