Paling melelahkan memang kalau sudah ketemu dengan mereka yang tidak percaya dengan apa yang kita katakan. Entah dia yang kepala batu, atau kita yang keras kepala dan ngotot harus diikuti. Apa saja argumentasi kita, selalu dibantah dengan berbagai alasan. Dimana-mana saya ketemu orang model begini, susah diajak dialog terbuka tanpa emosi; kadang selek dengan anak-anak, dengan keluarga, di kantor, di gereja bahkan di rapat2 partai. Kalau sudah begitu malay rasanya untuk menghabiskan energi, akhirnya milih ketik A – B – C – D – E : Aih Booo… Cape Deee… Euy..
Injil hari ini mengingatkan kita bahwa Yesus pun mengalami hambatan dan tantangan dari orang-orang yang merasa paling tahu isi Kitab Taurat, tapi justru mereka yang paling keras menghalanginya. Yesus akhirnya malas menanggapi pertanyaan mereka karena ….hati mereka tertutup akan kebenaran. Bahkan Yesus mengatakan mereka pasti mati, karena tidak percaya pada Yesus.
Yesus termasuk militan, yakin sekali bahwa apa yang Dia lakukan benar, gak ragu-ragu lagi. Tidak mudah diombang-ambingkan dan tidak mudah terprovokasi. Hubungan Nya yang begitu akrab dengan Allah Bapa, membuatNya tunduk 100 % pada perintah Bapa. Inilah yang membuat orang-orang akhirnya percaya kepadaNya. Yesus pun yakin bahwa dalam kondisi seperti apapun Bapa tidak akan pernah meninggalkanNya. Termasuk saat Ia ditinggikan, menderita disiksa dan tergantung diatas kayu salib, Ia melakukannya karena itulah yang berkenan pada Bapa. Gak penting bagaimana perasaanNya lagi, yang penting Ia menyenangkan BapaNya dengan melaksanakan tugas yang diberikan.
Setiap akhir Perayaan Ekaristi, kitapun diutus mewartakan kasih Nya. Bisakah kita tetap militan, tidak mudah berkompromi dan tidak mudah terprovokasi dengan berbagai godaan duniawi? Beranikah kita menanggung salib dan setia mengikuti rencana Allah dalam hidup kita? Percayakah kita bahwa pengorbanan kita menyenangkan Bapa? Semoga kita tidak termasuk golonga ahli Taurat yang membahas serta berfalsafah menentukan cara terbaik agar doa kita dijawab seperti mau kita.
Hanya orang-orang yang rendah hati dan mau berpaling pada Yesus serta dapat memahami apa yang Bapa inginkan dalam hidup kita. Kata kuncinya : mari kita perbaiki relasi kita dengan Tuhan dan tidak berbantah-bantahan denganNya. Yesus tidak jauh dari kita, Dia hanya sejauh doa.
==============================================
“Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepadaNya.”
(Bacaan: Yoh 8:21-30)“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Aku akan pergi dan
kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat
Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Maka kata orang-orang Yahudi
itu: “Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke
tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?” Lalu Ia berkata kepada
mereka: “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia
ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu,
bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya,
bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Maka kata mereka
kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: “Apakah
gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan
dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku,
adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang
Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara
kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah
meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan
bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku
berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan
Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan
Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-
Nya.” Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya
kepada-Nya”