“Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!”
Dimana-mana kita temui krisis kepemimpinan yang parah, baik dari kalangan politik, LSM, organisasi keagamaan sampai ke tingkat mahasiswa pun tidak kurang contohnya. Orang bisa berkata dan bertindak lain saat dipojokkan pada kepentingannya. Krisis kepemimpinan yang berlarut-larut menyeret krisis lainnya, menjadi krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa ini. Sementara bangsa lain mulai bangkit dari krisis ekonomi dunia yang terjadi sepuluh tahun lalu, bangsa kita masih bergulat bahkan seakan maju selangkah mundur dua langkah.
Kita merindukan adanya pemimpin yang konsisten dengan tugas dan misinya, konsisten dengan ucapan dan pengajarannya, tidak mudah terombang-ambing dengan pendapat orang lain bahkan pendapat mayoritas sekalipun. Kalau ada pemimpin seperti demikian, lawan politikpun tidak berani menyentuhnya. Mereka salut dan menghormatinya. Sejarah Indonesia mencatat beberapa tokoh nasional seperti IJ Kasimo, Dr J Leimena bahkan Kardinal Soegijapranata yang terkenal dengan frasa “100 persen katolik 100 % indonesia”. Dari otobiografi mereka kita bisa mengetahui bagaimana mereka diakui, dihargai dan dikenal karena integritasnya tidak terbantahkan.
Injil hari ini mengisahkan kondisi yang kurang lebih serupa terjadi di bangsa Yahudi. Kalau sampai sekelompok tentara, yang budayanya selalu taat dan tunduk pada atasannya, bisa melihat bahwa Yesus punya kharisma; ini berarti mereka pun tidak atau jarang melihat kharisma serupa dari para atasannya. Mereka hanya bisa memerintah, tapi nyeleneh dari aturan yang seharusnya. Bertindak demi dan atas nama Hukum Taurat, tapi juga melanggar Hukum Taurat. Mereka main tangkap, bahkan melanggar proses verbal. Sounds familiar, isn’t it?
Yesus tidak terpengaruh dengan apa kata orang banyak. Dia tidak menjadi stress atau terprovokasi lalu mundur dari pelayananNya walau untuk itu Dia dicari orang mau ditangkap. Ia konsisten pada tugas utamaNya, Ia konsisten dengan pengajaranNya, Ia konsisten melayani orang-orang lemah, sakit dan tak berdaya. Walaupun karena ancaman itu Dia harus pergi dan berpindah-pindah dari desa ke desa lainnya.
Hari ini saya diteguhkan lagi untuk terus bertahan dan fokus pada misi perutusan membawa Amanat Agung beserta karya pelayanan walaupun berat tantangannya. Kadang kita harus berkorban perasaan bahkan mungkin tidak dihargai orang, korban waktu yang terbuang karena penantian yang tak berujung, dan materi yang harus dikorbankan sebagai konsekwensinya. Bisakah saya dan anda tetap setia dalam meneladani Yesus untuk menjadi pemimpin yang berakar pada kebenaran Injil, yang benar dari dulu, sekarang dan selamanya? Semoga terang Roh Kudus tetap menjadi harapan kita ditengah kegelapan yang mengepung kita.
==========================================================
Bacaan :( Yoh 7:40-53)
“Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.” Yang lain berkata: “Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.” Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh-Nya. Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak membawa-Nya? ” Jawab penjaga-penjaga itu: “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: “Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!” Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka: “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” Jawab mereka: “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.” Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya”