” Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba”
Saat kami sekeluarga mendapat kabar bahwa ibu menderita kanker, rasanya seperti petir menggelegar. Ada rasa sedih, marah dan juga kecewa serta bertanya-tanya pada Tuhan. Kenapa orang sebaik ibu bisa kena kanker? Ibu yang begitu mengasihi dan memperhatikan keluarga, mencintai Tuhan dan sangat sangat sosial serta ringan tangan membantu siapapun. Bagaimana berantakannya kita kalau tidak ada ibu? Apalagi tidak ada riwayat penyakit tsb dalam keluarga, tidak ada satupun yang merokok di rumah. Tidak lama kemudian kami juga harus menerima kenyataan bahwa bapak menderita parkinson, penyakit yang pelan tapi pasti akan menggerogoti aktivitasnya. Sungguh suatu ujian iman bagi kami sekeluarga.
Kami, anak-anaknya, punya pilihan untuk tenggelam dalam kesedihan dan putus asa, tapi bapak dan ibu dengan tabah dan sabar senantiasa mengajak kami terus berdoa berharap dan tidak putus berkarya. Kejadian ini justru membuat kami sekeluarga lebih sering berkumpul dan berdoa bersama, eyang putri dan eyang kakung bersama seluruh anak cucu. Sakitnya bapak dan ibu tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus berkarya. Bahkan disela-sela pengobatan chemotherapynya ibu terus terlibat dalam pelayanan, bahkan pergi memberitakan Injil ke daerah-daerah. Sepertiorang sehat layaknya, walau setelah kembali ke Jakarta, tergeletak kelelahan kehabisan tenaga. Seolah-olah tidak mau kehilangan waktu, tidak mau kehilangan kesempatan yang Tuhan berikan. Semangat menjalankan Amanat Agung pun dituliskannya dalam bentuk buku harian, karena ia tahu hari H nya akan datang.
Sepeninggal ibu, bapak juga tetap berusaha produktif walaupun mobilitasnya berkurang karena harus menggunakan kursi roda.
Hobbynya menulis tidak bisa lagi dilakukan karena jarinya tidak cukup kuat menggunakan tuts mesin tik. Akhirnya ditengah sakitnya, ia memaksakan diri belajar menggunakan komputer. Seluruh hasil tulisan dan pemikirannya dibuat dalam beberapa jam saat-saat sehatnya dalam sehari. Konsentrasi pikiran bagi penderita parkinson adalah pekerjaan yang paling melelahkan dan menguras energi. Tapi justru di saat paling sehat itu ia memilih menggunakannya untuk menulis berbagai kesaksian akan cinta dan kemurahan Tuhan dalam hidupnya. Dengan harapan anakcucunya bisa turut mengenal cinta dan rahmat Tuhan ditengah berbagai kesulitan hidup.
Kedua orang yang istimewa ini Tuhan berikan kepada saya untuk belajar meneladani bagaimana memanfaatkan sisa hidup yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Beruntunglah mereka yang bisa menghitung mundur, tapi kebanyakan dari kita sulit memperkirakan sisa waktu menunggu Hari H tsb. We never knows. Dengan sisa waktu yang ada, di tangan kitalah keputusan untuk mengisinya dan menggunakannya sebagai tanggung jawab umat yang beriman dan bersyukur atas kehidupan yang telah diberikan.
Yesus tahu bahwa tugas yang diberikan Bapa tidak mudah, Ia justru membawa pertentangan diantara kaum Yahudi. Ia dimusuhi dimana-mana sejak memulai pelayananNya diusia 30 tahun. Yesus tahu waktunya akan tiba untuk mengakhiri dan menghadapi pertentangan itu, tapi Dia percaya bahwa Allah menyertaiNya, sehingga waktu yang ada tidak habis-habisnya digunakan untuk mengajar, melayani yang sakit, menyembuhkan. Ia memilih menghindari konfrontasi karena lebih mengutamakan tugas pewartaan karya Ilahi. Pagi-pagi buta Ia sudah berdoa dan siap bekerja sampai jauh malam tanpa mengenal lelah dan hari libur.
Sejauh mana semangat pewartaan dan pekabaran Injil membuat kita mau berkorban melayani orang-orang lemah dan tersingkir ditengah kesibukan kita. Yesus telah mengorbankan nyawaNya untuk kita, sekarang tergantung kita bagaimana menanggapiNya. Kalau ibu dan bapak saya yang sudah lanjut dan sakit-sakitan masih semangat memberitakan Injil memanfaatkan sisa tenaga dan waktu yang ada, rasanya saya yang masih (merasa) muda dan sehat perlu belajar banyak untuk memilih bertindak bijaksana; terutama saat harus memilih antara menghabiskan energi untuk konfrontasi atau memilih menyingkir sambil tetap memberitakan Injil dan melayani sesama. Satu hal yang pasti dalam pilihan kita, Allah adalah setia dengan janjiNya, Ia menyertai kita dalam suka dan duka sampai akhir jaman.
===========================================================
Bacaan (Yoh 7:1-2.10.25- 30)
“Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun… Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam… Beberapa orang Yerusalem berkata: “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba”
March 8, 2008 at 11:55 am
Thanks Ratna for the article. Keep it running, I always read it. Cheers.
March 8, 2008 at 4:04 pm
Hi Broer , long time no C. No news is Good news? Salam untuk Imel ya. Hope we can meet next week @ Shang.
RA