Fiat Voluntas Tua

Bukan salah gw

| 0 comments

“Maukah engkau sembuh?”

Sejak dipasang internet broadband di rumah, semua menikmati untuk surfing, chatting dan gaming. Dari mulai ayah, bunda dan semua anak sampai si bungsu bisa berjam-jam didepan komputer dan laptopnya. Ngumpul di ruang keluarga semua, sambil ngobrol juga netting. Makum… unlimited, kagak ada habisnya lah. Tapi kenikmatan ini harus ditukar dengan kehebohan pagi. Semua lupa waktu jadi kesiangan bangun ! Yang mau kuliah pagi terlambat, yang mau ke gereja juga telat, yang ke sekolah teriak-teriak cari buku pelajaran akhirnya terjadilah satu sama lain saling menyalahkan. Kenapa aku gak dibangunin sih? Kenapa juga gak bilang minta dibangunin? Apa salahnya pasang alarm, ada HP kan? Kan kamu sudah diingatkan semalam untuk siapkan buku?
Ah… saya pun ambil bagian juga dalam kehebohan ini, tinggal perintah tapi gak mengecek lagi. Saya sendiri kesiangan juga gara-gara asik ngenet sampai jam 2. Jadi lupa membangunkan mas wisnu seperti biasanya. Pagi hari yang seharusnya dipakai bersyukur, malah menggerutu.
Hilanglah berkat sukacita pagi itu, kita gak dengar lagi suara burung-burung berkicau, yang mengingatkan kita untuk beryukur atas hari yang baru. Kalau saja semua bertanggungjawab akan dirinya, gak perlu sih saling menyalahkan dan cari ‘kambing-kambing hitam’…

Paling sebel memang kalau ketemu orang yang selalu menyalahkan keadaan, mencari siapa yang salah, dan akhirnya mencari pembenaran bahwa ia tidak terlibat didalamnya. Model begini pada akhirnya setelah menyalahkan orang lain juga akan menyalahkan Tuhan untuk keadaan buruk yang menimpanya. Bagaimana ia bisa melihat karya Tuhan kalau tidak pernah mengharapkan Tuhan bisa bertindak mengubah keadaan.

Si sakit yang sudah menderita 38 tahun pasti pengen sembuh, tapi saat ditanya “Maukah kau sembuh” jawabnya ” mau tapiiii… orang lain gak mau nolongin aku ke pinggir kolam, jadinya telat terus deh, saat kolambergolak aku ketinggalan. Itulah kenapa aku gak sembuh2″. Eeeh… saat udah disembuhkan dihari Sabat lalu ditegur orang Yahudi karena mengangkat tilam, dia bilang … disuruh orang (Yesus) itu. Lha yang mau sembuh siapa? Kenapa gak bilang aja : …

Saya mau sembuh tapi besok aja ya, hari ini kan hari Sabat. Padahal belum tentu ia bisa ketemu Yesus lagi yang udah sangat sibuk. Kesempatan belum tentu datang dua kali. Ternyata setelah ketemu Yesus lagi, bukannya bilang terima kasih sudah disembuhkan, malah kasih tahu orang2 Yahudi bahwa Yesuslah yang membuat dia melanggar aturan hari Sabat. Ck Ck..Ck… gak tahu terima kasih banget sih, mendingan gak usah disembuhin aja orang ini. Makanya Yesus bilang: Jangan berbuat dosa lagi. Rupanya Yesus tahu orang ini suka nyalah-nyalahin orang lain. Karena udah disembuhkan dari sakit 38 tahun pun gak bisa bersyukur, malah menyalahkan Yesus. Kurang apa lagi baiknya Tuhan ya?

Percuma saja si sakit disembuhkan, tapi tidak memuliakan Allah, bahkan menyalahkan Tuhan yang membuat dia melanggar aturan hari Sabat. Dia tidak berani bersaksi bahwa kesempatan bertemu Yesus ya hanya hari Sabat itu, sehingga ia bisa sembuh total. Kalau tidak, bisa-bisa ia akan mati karena sakitnya. Untuk selanjutnya orang ini tidak akan mudah melihat karya Allah dalam hidupnya, apalagi memuliakan Allah. Maka hal yang lebih buruk terus akan mengikutinya, ia akan menjauh dari rahmat Tuhan.

Kalau kita ingin keadaan yang lebih baik, perlu ada kerjasama antara kita dengan Tuhan. Untuk bisa sembuh ya harus bertindak untuk bangkit berdiri dan melangkah, dan selanjutnya bersyukur. Kita perlu ambil tindakan merespon kehendak Tuhan dan mensyukuri rahmat Tuhan, menyadari kehadiranNya dalam hal yang sekecil-kecilnya. Setia pada hal yang kecil, maka yang lebih besar pun Tuhan akan berikan. Setia melakukan kewajiban-kewajiban kita dan bertanggungjawab atas apa yang kita lakukan.
Untuk itu dibutuhkan kerendahan hati untuk melihat kesalahan kita juga sampai sekecil-kecilnya. Karena dengan demikian kita menyadari rahmat Tuhan jugalah yang membuat kita bisa terus memuliakan Dia.

Ya Tuhan, aku mau sembuh dari ketidakpedulianku dan memuliakan Engkau sepanjang sisa hidupku. Terima kasih Tuhan kalau aku diingatkan dengan kicauan burung dipagi hari, untuk selalu mensyukuri rahmat Mu dan siap untuk bersukacita menghadapi hari baru.

=============================================

Bacaan: Yoh 5:1-16

“ Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah. ” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka: “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah. ” Mereka bertanya kepadanya: “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah? ” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.