Fiat Voluntas Tua

POKOKNYA……..

| 0 comments

“Kasihilah Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan”

Waktu anak-anak masih balita, paling pusing kalau mereka sudah bilang “pokoknya…” Apakah itu saat makan, pokoknya aku gak mau ada sayuran, pokoknya aku maunya punya yang ini, pokoknya aku gak mau mandi sekarang… Perlu dicari cara kreatif sehingga mereka mau melakukannya sesuai yang kita mau. Supaya tidak terjadi adegan memilukan maka setiap kali masuk toko mainan, kita membuat perjanjian mau apa kita masuk ke toko mainan, mau lihat-lihat mainan ya hanya “lihat” tidak minta dan tidak beli. Itu berlaku bagi semua anak. Sehingga mereka belajar “menahan diri” tapi tetap ada kesempatan window shopping.

Kadang kita pun sering terjebak dengan “pokoknya” persis anak kita sendiri.. pokoknya kalau ayah bunda sudah bilang tidak ya tidak. Pokoknya aku mau begini, kamu harusnya ngerti dong. Pokoknya itu nantilah, yang penting kita datang ke pak anu dulu, anak-anak bisa menunggu. Permasalahannya adalah siapa yang menjadi sumber dalam membuat keputusan? Aku sebagai pusatnya, Tuhan atau sesamaku? Seolah-olah orang lain lebih penting, tapi sebenarnya keamanan posisiku lebih penting sehingga kunjungan ke pejabat menjadi lebih penting daripada menemani anak.

Setiap Sekar SMS “what time you are going home? I am sleepy already. Don’t be late mom” Ada rasa sesal dan sesak di hati, ………..

apakah aku sungguh-sungguh melayani Tuhan, atau aku melayani egoku sendiri agar terkesan bertanggungjawab dan berdedikasi dihadapan orang lain?

“Kasihilah Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan” Kalau saja kita berani mengatakannya, kita gak jauh dari Kerajaan Allah. Sedikiiiit lagi, tapi sayangnya masih diluar. Soalnya untuk bisa masuk kedalam Kerajaan Nya tergantung pada apa kita berani dan konsisten melakukannya. That’s another question to answer.

Bisa gak pikiran kita berubah menjadi :Pokoknya asal apa yang kukerjakan dapat memuliakan Tuhan, pokoknya asal pasanganku/anak2ku/ karyawanku mendapatkan yang terbaik dariku.Pokoknya asal aku bisa menolong mereka yang miskin, lemah dan tersingkir ini.

Buat aku sendiri, gak penting lagi bagaimana kehendak dan pikiran serta perasaanku, asal Tuhan dimuliakan, asal orang lain didahulukan, asal orang-orang yang kukasihi berbahagia.

Dear Lord, please guide me today , to choose the best decision to glorify You, to be more sensible to others.

====================================================

Bacaan

Markus 12,28-34

 

Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus. http://www.ekaristi.org/bible/images/px.gif

Leave a Reply

Required fields are marked *.