Manusia hidup bukan dari roti saja
Godaan akan kebutuhan “kampung tengah” , keinginan dikenal, disanjung, dihargai dengan perlahan tapi pasti bisa menggiring kita menjauh dari Allah. Bahkan bisa mentuhankan diri sendiri sampai pada tataran “saya tidak perlu Tuhan lagi”, karena saya bisa melakukannya dengan kekuatan dan kemampuan saya.
Rasa cukup memang relatif, demikian juga rasa “kenyang”. Ada yang berani bilang: saya gak ngoyo kok dalam hidup ini, asal cukup rumah 5 untuk anak2ku, cukup mobil 5 dan cukup waktu untuk keliling dunia. Melatih diri untuk berhenti menyuap makan sebelum kenyang, adalah latihan jasmani bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan. Tapi juga dalam olah batin dan rohani kita, belajar mengatakan “cukup” pada diri sendiri membutuhkan kemampuan untuk mengakui dan mengenali diri sendiri. Tidak mudah untuk berani berkata “tidak, saya sudah cukup, sampai disini saja” bilamana datang tawaran bertubi-tubi, bisa juga merupakan godaan2 yang bisa menjerat kita kepada kenikmatan dipuja dan dicari orang.
Masa puasa ini perlu kita manfaatkan untuk mengenali kelemahan dan juga kemampuan pribadi. Kelemahan mana yang perlu diakui dan membawa kesadaran kita bahwa kita masih membutuhkan rahmat Tuhan untuk melengkapi hidup kita. Kemampuan pribadi pun perlu dipahami agar dapat kita persembahkan dalam mengambil bagian karya Tuhan dibumi, untuk menyapa orang-orang lain dalam menerima rahmat Tuhan dan agar mereka memiliki kesempatan hidup yang lebih baik.
Kalau berhenti pada pantang daging, pantang jajan, pantang merokok, rasanya kok masih di”kulit” .. belum resep di ati. Coba kita melatih raga dan batin kita untuk berani berkata tidak untuk kesempatan berbohong, kesmpatan korupsi, berani berpantang “nyampah” dan berani berpantang ” boros” baik boros waktu, boros bensin, boros uang.
Alih-alih pantang “nyampah” dan pantang “boros”… atau malah menciptakan habitus baru “Ubah sampah jadi berkah” atau “ubah sampah jadi rupiah”…
lha pantang marah dan tersinggung aja belum bisa kok… Hanya gara2 gambar cover Tempo aja masih kepancing untuk marah…
Bacaan : Matius 4:1-11
Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat- Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.