Setiap kali saya mendengar dan membaca Sabda Bahagia, saya rasakan ada getaran yang menggelora di hati tapi sulit diceritakan. Lalu terlintas cuplikan film The Passion of the Christ, perjuangan akhir Yesus sampai di kayu salib. Sabda Bahagia mengingatkan saya akan paradoks kehidupan yang harus kita hadapi bila kita mau disebut anak-anak Allah, betul hanya bagi yang mau masuk ring-1 nya Allah.
Memang menyejukkan kalau kita termasuk diantara ribuan pendengar yang duduk dengan diam mendengarkan Yesus bersabda di atas bukit, tanpa distorsi, tanpa loudspeaker. Kita duduk berjam-jam dengan tenang diantara orang-orang yang mencari pengharapan, mencari kesembuhan dari Yesus. Yesus tidak sekedar TePe -Tebar Pesona, nyatanya ribuan orang menanti-nanti dan bahkan mengikutiNya. Ia dicari-cari karena dianggap sebagai sumber kebahagiaan, pengharapan dan kedamaian. Bahkan murid-murid ikut menikmati ketenaran Nya, mungkin bahkan jadi lebih galak, mengatur protokoler bahkan mengusir anak-anak yang mengerubungi Yesus karena dianggap menghalangi jalan Yesus.
Kotbah diatas bukit menyatakan paradoks yang harus kita terima sebagai satu paket, kita diingatkan untuk jangan jadi pendengar saja . Jangan berhenti dan memilih terpesona karena janji2Nya saja, tapi berani bertindak sebagai pelaku Firman. Sejuk memang mendengar Berbahagialah… berbahagialah.. ..berbahagialah… rasanya semua orang mau menikmatinya.
Tapi saat Sang Guru berjalan menghadapi penganiayaan demi kebenaran, dicela dan difitnah, kemana orang-orang yang ribuan itu? Kemana mereka yang terpesona dengan ajaran Nya? bahkan yang sudah disembuhkan dari kebutaan, kelumpuhan dan ditahirkan? Dia ditinggalkan sendirian tanpa pengikut sama sekali. Bahkan murid-murid yang selalu ada didekat Nya, yang di ring-1 juga menghilang, mencari selamat sendiri. Petruspun menyangkal bahwa dia as-prinya Yesus.Tinggal ibunya yang setia dan dengan kekuatan dan ketabahan luar biasa, sanggup bertahan mengikuti sampai di kaki salib.
Mampukah kita menjadi pembawa Sabda Bahagia seperti Yesus? tidak berdaya dan berserah, menjadi miskin di hadapan Allah dan karenanya mengandalkan kemurahanNya? Mampukah kita jadi penghibur ditengah orang yang berduka cita? Menjadi lemah lembut ditengah kekerasan dan ketidak pedulian ?
Bermurah hati kah kita ditengah keegoisan dan ketamakan pribadi di sekitar kita?
Mampukah kita bertahan dan membela kebenaran saat bertemu dengan orang yang lapar dan haus akan kebenaran sehingga mereka dipuaskan dan disegarkan? Siapkah kita juga menerima aniaya dan celaan bahkan difitnah karena berani berkata benar?
Siapkah kita ditinggalkan teman2 yang tadinya memuji2 kita, bahkan tega menelikung kita demi kepentingan pribadi dan keselamatan masing2?
Baru kalau semua jawaban adalah YA maka upah besar sudah menanti di sorga.
Ya Tuhan, mampukan saya menjadi pelaku Firman Mu agar lebih banyak orang mengalami perjumpaan dengan Mu, mengalami kasih Mu yang luar biasa dalam perjalanan kehidupan mereka di dunia ini.
==========================================================
Bacaan : Matius 5:1-12
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid- Nya kepada-Nya. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.
.