” Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”
Kalau membaca iklan lowongan kerja di berbagai harian, melihatnya sebagai suatu ironi Disisi lain tingginya angka pengangguran ternyata tidak berkurang dengan banyaknya lowongan kerja yang tersedia. Ratio antara mereka yang mendaftar sebagai pencari kerja dan jumlah orang yang diterima bekerja besar sekali. Demikian pula jumlah pengusaha yang berhasil dengan mereka yang ‘baru ingin’ mencoba menjadi pengusaha. Ada suatu proses panjang yang harus dilewati untuk menjadi yang ‘terpilih’ diantara yang berminat.
Demikian pula tidak ada orang yang tidak ingin hidup bahagia di akhirat nanti. Semua berlomba-lomba ingin hidup kekal bahkan Sang Pemilik Surgapun mengundang semua orang untuk datang dan menikmati Perjamuan Besar yang telah disiapkan. Tetapi ada proses yang harus dilewati untuk bisa sampai di titik akhir nanti. Setiap undangan harus mempersiapkan dirinya agar layak untuk hadir disana, tentunya tepat pada waktunya dan tidak terlambat.
Injil hari ini mengingatkan kita tentang pentingnya menentukan skala prioritas didalam menapaki kehidupan ini. Kalau ditanya memang semua orang ingin kehidupan kekal, tetapi saat diminta untuk mempersiapkan diri maka selalu saja ada alasan untuk menundanya. Ada hal-hal yang menurut kita lebih penting daripada hidup kekal.Kita pikir kita punya waktu untuk mempersiapkannya kemudian hari. Weleeeh… tahu-tahu kita baru tersadar betapa cepatnya waktu 5-10-bahkan puluhan tahun terlewat begitu saja. Daaaan… deposito waktu kita semakin menipis.
Mother Theresa menyatakan bahwa kita diciptakan bukan menjadi orang yang sukses, tetapi kita dilatih untuk menjadi orang yang setia. Setia menetapkan skala prioritas dan melakukannya dari hari ke hari dari waktu ke waktu. Tidak terganggu dan tergoda dengan berbagai hal duniawi. Mereka yang setia dapat melihat setiap momen sebagai kesempatan untuk mempersiapkan diri lebih baik. Sehingga mereka senantiasa bersyukur karena hari ini adalah kesempatan memperbaiki kelemahan yang telah dilakukan.
Setia saat semua baik-baik saja itu mudah. Setia saat keuangan dan kesehatan prima tidak sulit. Tetapi setia saat kesulitan menjepit, pada saat harapan menipis bahkan impianpun menjauh itu sulitnya setengah mati. Banyak orang memilih tidak setia pada cita-cita dan impiannya karena kecewa dengan keadaan saat ini. Apalagi setia pada Tuhan yang tidak terlihat ditengah gelapnya kehidupan? Percayalah Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup dan sungguh memahami air mata dan kesedihan kita. Ia ada bersama kita dan tidak pernah meninggalkan kita. Allah Bapa setia dengan janji yang telah difirmankannya, kitalah yang belum terbukti setia. Semoga kita dengan pimpinan Roh Kudus menyerahkan diri untuk senantiasa setia dan berupaya mempersiapkan diri dari waktu ke waktu sehingga kita didapati siap dan layak menikmati Pesta Perjamuan yang telah disediaka Bapa Di Surga.
==========================================================================================
Bacaan Injil Matius (22:1-14)
Pada suatu ketika Yesus berbicara kepada para imam kepala dan pemuda rakyat dengan memakai perumpamaan. Ia bersabda, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan nikah itu tetapi mereka tidak mau datang. Raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain dengan pesan, ‘Katakanlah kepada para undangan: Hidanganku sudah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih. Semuanya telah tersedia. Datanglah ke perjamuan nikah ini.’ Tetapi para undangan itu tidak mengindahkannya. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap para hamba itu, menyiksa dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu. Ia lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Kemudian ia berkata kepada para hamba, ‘Perjamuan nikah telah tersedia, tetapi yang diundang tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kalian jumpai di sana ke perjamuan nikah ini. Maka pergilah para hamba dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan nikah itu dengan tamu. Ketika raja masuk hendak menemui para tamu, ia melihat seorang tamu yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya, ‘Hai Saudara, bagaimana Saudara masuk tanpa berpakaian pesta?’ Tetapi orang itu diam saja. Maka raja lalu berkata kepada para hamba, ‘Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap; di sana akan ada ratap dan kertak gigi.’ Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”