“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya”
Semua yang baik itu berasal dari Sang Sumber kebaikan – berasal dari Yang Diatas - sumber kebijaksanaan. 3Yoh. 1:11 Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah.
Pada dasarnya setiap manusia punya sisi baik tapi juga punya sisi yang lemah. Tantangan kita adalah mengakui bahwa kita masih memiliki kelemahan, tidak menyombongkan kebaikan – karena memang bukan milik kita, tapi bersumber dari hati yang peka untuk mendengar bisikan halus Sang Pencipta. Maka diperlukan kesadaran tinggi untuk selalu menjaga apa saja yang keluar dari hati dan pikiran serta muncul sebagai ide dan perkataan. Kalau perkataan itu buruk, tidak mendatangkan kebaikan dan sukacita apalagi damai di hati orang lain – mendingan tidak usah diperkatakan lah.
Maka untuk membantu mengingatkan diri setiap saat, saya menempatkan gambar pokok anggur di atas ini sebagai background di laptop saya. Maklum pekerjaan saya menuntut saya tidak bisa jauh dari laptop. Sehingga saya senantiasa diingatkan setiap kali akan memulai dan mengakhiri pekerjaan, saya memaksakan diri merenungkan sesaat apakah hari ini saya sudah menjadi ranting yang benar, yang mau menempel erat pada sang Pokok Anggur yang benar? Apakah saya protes saat harus menekan keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hati? Bukankah itu menjadi proses yang harus saya lewati sebagai ranting yang benar, yang harus dibersihkan dari berbagai benalu kehidupan?
Bicara tentang gambar anggur yang ranum di laptop saya, sering juga client saya melihatnya di layar lebar bertanya dan memberi komentar “wah bagus amat gambarnya bu? itu gambar kebun anggur ibu?” Hehehe… bukanlah, itu gambar kebun anggur di Cina, dapatnya juga di internet. Saya jelaskan juga gambar itu untuk mengingatkan saya bahwa hari ini hidup saya harus berbuah kebaikan bagi orang lain, menjadi manis dan menyegarkan orang lain. Bukan berbau busuk, pahit dan melukai orang lain.Merekapun sependapat dengan saya, walaupun berbeda iman.
Tidak ada manusia yang sempurna – semua orang juga tahu – tapi hal ini tidak bisa menjadi pembenaran akan kesalahan dan kekurangan kita. Kita harus menyadari dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi dan menghindari berbagai kesalahan yang tidak perlu dilakukan. Sebelum semua terlambat, bahkan sebelum melukai orang lain, tidak ada salahnya kita berdiam sedetik-dua detik bertanya : apakah perkataanku ini mendatangkan sukacita atau malah melahirkan dukacita dan luka ? Kalau akhirnya keluar juga dan kita sadar itu salah, akuilah kesalahan itu dan minta maaf. Memang dibutuhkan kerendahan hati untuk minta maaf. Tidak banyak orang mau melakukannya.
Kebiasaan ini perlu dilatih senantiasa. Bukan hanya kepada diri kita sendiri, tapi juga kepada anak-anak dan disekitar kita. Katakan apa yang seharusnya mereka katakan, nyatakan bahwa apa yang mereka sebutkan telah mendatangkan luka dan kekecewaan orang lain. Hhhmmm… mungkin anda menjadi orang yang tidak populer karenanya, tapi apakah menjadi murid Kristus itu memang mencari popularitas? Itulah salib pertama kita, pasti dijauhi oleh orang-orang yang tidak suka mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Itulah esensi menjadi terang dan garam – Menjadi garam adalah memberi bukti dengan menunjukkan perbuatan diri sendiri, tetapi menjadi terang harus berani menyatakan dengan perkataan.
Marilah kita senantiasa menyediakan diri untuk diproses terus-menerus untuk menjadi ranting yang benar, yang setiap harinya melahirkan kebaikan, mengucapkan kata-kata yang positif dan membangun semangat. Tidak mengeluh sana-sini, mencela siapapun dan menyalahkan pihak-pihak lain. Kalaupun kita memberikan kritik – berilah kritik membangun dan berikan usulan perbaikan. Kita tidak ijinkan diri kita menjadi ranting yang berbuah asam, kecut dan pahit bagi orang lain. Kita mau ‘dibersihkan’ agar menjadi ranting yang senantiasa berbuah manis tanpa mengenal musim. Saat susah pun tetap berbuah kebaikan bagi orang lain. Kita mau ambil bagian menjadi pihak yang bertanggungjawab untuk membawa kebaikan bagi sekitar kita, sekecil apapun itu tetap buah kebaikan – buah dari ranting yang benar yang berpegang pada pokok anggur yang benar.
===============================================================================================
Bacaan Injil Yoh 15:1-8
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”