Sudah hampir setahun saya pindah ke tempat kost baru di areal perumahan kelas menengah ke atas itu, yang hampir semua rumah terbalut pagar tinggi berjeruji dan berduri, bahkan kadang saya tidak pernah melihat bentuk rumah indah yang terhalang oleh pagar indah nan mahal harganya lebih dari harga rumah ayahku di kampung halaman. Rasanya aku terkurung dalam sangkar emas. Untuk tetangga yang disamping dan di depan rumah pun aku tak pernah mengenalnya bahkan melihat wajah mereka saja susah. Apakah aku kuper (kurang pergaulan) mungkin saja benar. Tanpa membela diri tapi bagaimana mungkin kita bisa bertemu dengan orang-orang di sebelah rumah kita bila antara dia dan aku ada tembok pemisah, bahkan anjing-anjing yang harga makanan dan perawatannya lebih mahal dari biaya hidupku di Manila dalam sebulan.
Injil hari ini menceritakan tentang kisah orang Samaria yang baik hati, yang hatinya tidak pernah terbatasi oleh tembok permusuhan antara Israel dan bangsanya Samaria, yang cintanya mengalir tanpa bertanya siapa yang dibantu, yang tanpa merasa menjadi sebuah kerugian bila ada kesempatan untuk bisa menyalurkan kasih kepada orang lain, siapa pun dia. Cinta orang Samaria seharusnya ada di hatiku sehingga bisa meruntuhkan tembok-tembok tinggi di sekitar rumahku untuk menyapa jiwa di sebelah pagar dan tembok pemisah. Cinta orang Samaria hendaknya menjadi obat penjinak anjing-anjing herder yang dijadikan penjaga rumah-rumah mewah itu. Namun, hati cuma menjerit karena terkadang hati tak mampu melompati dan meruntuhkan tembok-tembok pemisah itu.
Semalam seorang suster bertanya kepadaku ketika membaca status renungan malam; “Romo, kalau berbuat baik trus di perlakukan tdk adil …bahkan di musuhi gimana ayooo?” Dan, aku menjawabnya; “Emangnya suster ikut romo atau Yesus? Ayo!….kalau ikut aku pasti bosan untuk berbuat baik jika suster menghadapi situasi yang suster sebutkan…tapi kalau ikut Yesus maka tak pernah bosan…Emangnya Ia pernah berhenti berbuat baik ketika ada yang menfitnah, mengejek, bahkan mengkhianati Dia? Cinta-Nya terus mengalir tanpa bisa dihadang oleh tembok kesombongan dan pengkhiantan sesama-Nya, hanya dengan harapan agar yang dicintai berubah dan bertobat.”
Saudaraku, aku hanya datang lewat renungan pagi dan mengetuk pintu hatimu untuk memisahkan sekat-sekat yang kita bangun untuk bertanya siapakah tetanggaku, karena kadang pertanyaan seperti ini membuat kita hanya memasukan sebagian orang di dalam daftar kita seperti dalam daftar pertemanan di facebook, sedangkan yang lain kita bisa tolak (ignore). Karena itu, bertanyalah kepada dirimu sendiri; “Apakah aku telah menjadi seorang tetangga yang baik bagi siapa saja yang kutemui atau ada disekitarku?” Kalau belum maka inilah yang harus Anda lakukanlah; Mulai sekarang berjuanglah untuk menjadi seorang tetangga atau teman yang baik bagi siapa saja yang Anda jumpai dalam perjalanan hidupmu. Engkau pasti bisa melakukannya.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***