Metode Sharing 7 langkah – Perumpamaan Tentang Anak Yang Hilang (Luk 15:11-32)
Umumnya metode pendalaman KS (Kitab Suci) disampaikan dalam bentuk ibadat sabda. Kali ini kita diajak untuk mencoba mempraktekkan pendalaman KS dengan metode sharig 7 langkah. Sebelum mulai silahkan dipersiapkan salib, lilin dan lagu-lagu yang akan dinyanyikan.
Lagu Pembuka: Kidung Syukur 9 – Betapa baiknya Engkau, Tuhan
Tanda Salib dan Salam
P: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U: Amin
P: Semoga Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, Cinta Kasih Allah dan Persekutuan Roh Kudus beserta kita
U: Sekarang dan selama-lamanya
PENGANTAR
Dalam pertemuan kedua ini, dipakai metode sharing yang terdiri dari 7 langkah. Dengan mengikuti ketujuh langkah ini secara cermat, diharapkan sharing kita akan lebiht erarah kepada satu aspek yang paling berkesan dan menemukan kedalaman ketika dihadapkan dengan pengalaman hidup kita sehari-hari (satu kata atau kalimat saja).
Percikan singkat (tidak untuk dibacakan)
Kisah ini merupakan perumpamaan yang ketiga dikisahkan oleh Yesus untuk menanggapi kritikan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Dalam konteks Yahudi meminta warisan ketika orang tua masih hidup jelas sebagai tindakan durhaka. Kedurhakaan seorang anak kepada orangtuanya termasuk dosa yang serius dengan ancaman hukuman mati (Ulangan 21: 18-21). Kondisi anak bungsu semakin lama semakin parah. Mencapai puncaknya ketika ia ingin memakan ampas yang menjadi makanan babi. Kondisi yang ekstrim ini melengkapi proses kedosaan yang semakin lama semakin parah.
Si bungsu mengalami penderitaan rohani dan jasmani. Si bungsu sadar dan pulang dengan keyakinan bahwa bapaknya akan mengampuni. Sang bapa menyambut baik kepulangan anaknya. Tidak ada sedikitpun tanda bahwa bapa itu marah atau setidaknya ebrsikap dingin atas kepulangan si bungsu. Bagi bapa si bungsu adalah tetap anaknya apapun yang sudah ia lakukan.
Melihat anaknya pulang, ia tergerak oleh BELAS KASIHAN. Dia ‘berlari’ menyambut si bungsu. Menurut tradisi Yahudi ‘berlari’ bagi orangtua dianggap sebagai perendahan martabat. Namun karena BELAS KASIHAN dan SUKACITAnya begitu meluap, dia tidak peduli dengan martabatnya. Apa yang dianggap sebagai perendahan martabat ternyata justru menjadi ungkapan kasih yang mengagumkan.
Betapa sedih hati bapa, ketika anak bungsu kembali ke pelukannya, ternyata anak sulung justru ‘melepaskan diri’. Ia iri hati dan tidak bersukacita. Namun bapa yang baik itu dengan sabar mengingatkan kepada anaknya yang sulung (ayat 32).
Yang utama dalam kisan ini adalah SIKAP BAPA yang baik terhadap anak-anaknya, lebih-lebih para pendosa yang mau bertobat. Jika orang-orang Farisi dan ahli Taurat merasa ada dipihak Allah, pasti mereka akan setuju atas tindakan Yesus yang terbuka kepada kaum pendosa yang bertobat. Jika mereka menolak ajakan Yesus, mereka sama saja dengan anak sulung yang masih harus ditunggu pertobatannya.
Tahap Permenungan
Langkah I: Mengundang kehadiran Tuhan – Mengundang Tuhan supaya membuka hati masing-masing peserta dengan menciptakan suasana doa dan mengingatkan masing-masing bahwa Tuhan hadir ditengah-tengah kita sehingga terbuka bagi Sang Sabda yang sungguh hadir dalam iman. Dimohon salah seorang umat mengantar doa.
Langkah 2: Membaca Teks Kitab Suci – Fasilitator menyebut teks yang akan dibahas bersama. Kemudian meminta kesediaan salah seorang umat untuk membacakannya dengan jelas. Selama pembacaan, ajak peserta lain mendengarkan dalam suasana meditasi. Setelah teks dibaca, hening sejenak. Kemudian Fasilitator mengundang peserta kedua untuk membacakan teks sekali algi. Sementara itu peserta yang lain menutup Kitab Sucinya dengan maksud agar Firman Tuhan dapat meresap dalam hati.
langkah 3: Memperhatikan Teks – Peserta diajak masuk ke dalam suasana hening, membaca kembali teks KS dalam hati. Dalam hening peserta memilih kata atau kalimat singkat yang menantang dan menggugahnya. Kemudian fasilitator mempersilahkan umat secara bergiliran mengungkapkan kata, ungkapan atau kalimat singkat yang dipilih. Setiap kata atau kalimat yang telah disebutkan TIDAK BOLEH dikomentari. Yang diperlukan adalah menikmati bersama-sama kehadiran Tuhan dalam sabdaNya.
langkah 4: Mendengarkan (hening) – Fasilitator mengajak peserta mendengarkan sabda Tuhan dalam keheningan. Teks dibaca sekali lagi didalam hati, sambil membiarkan Tuhan menyapa dan berbicara kepadanya. Dalam keheningan itu, peserta dapat mencari/menemukan apakah teks ini:
- menambah pengetahuan tentang Allah, menunjukkan kesalahan/dosa
- Teguran/nasehat untuk memperbaiki kelakuaknl memberikan penghiburan atau peneguhan
- Mendidik dalam kebenaran, mengingatkan akan janji-janji Tuhan
Langkah ini membantu peserta untuk masuk dan tinggal didalam hadirat Allah dan masuk kedalam situasi teks.
Langkah 5: Berbagi (Sharing) – Peserta diajak membagikan apa yang didengar dalam hati atau apa yang diperoleh selama renungan. Kata, ungkapan, kalimat mana yang menggugah peserta secara pribadi. Disusul dengan mengungkapkan pengalaman rohani atau penghayatan pribadi sehubungan dengan kata/ungkapan/kalimat yang menggugah, menantang tadi. Hendaknya dihindari kesan menggurui, mengajar atau mengkotbahi orang lain. Pengungkapan diri ini bermaksud membantu teman lain agar semakin tumbuh dalam iman. Maka sebaiknya digunakan kata “saya” bukan “kita” atau “kami”.
Langkah 6: Mencari pesan (tanggapan) – Pesan Tuhan dicari bersama. Ini merupakan saat bagi para peserta untuk memeriksa hidupnya masing-masing dalam terang Sabda Tuhan. Masalah yang dibicarakan perlu dibahas dan dipecahkan dalam suasana persaudaraan dan dengan kesadaran akan kehadiran tuhan. Dapat juga dibahas apa yang baik dilakukan oleh peserta secara pribadi maupun kelompok, Hendaknya ditentukan siapa yang melakukan apa dan kapan. Jika ini bukan pertemuan pertama, maka sebalum berbagi tugas diminta peserta memebrikan laporan terhadap tugas yang telah dijalankan dalam minggu/periode sebelumnya.
langkah 7: Mengungkapkan dalam doa -Peserta diajak untuk berdoa secara spontan. Sabda Tuhan, berbagi pengalaman akan Tuhan dan macam-macam masalah yang sempat dibicarakan adapat menjadi landasan doa. Kelompok sedapat mungkin mempersatukan ketiga unsur: Sabda Tuhan, pengalaman spiritual, masalah kehidupan dalam doa pribadi. Diakhiri dengan pujian/nyanyian untuk menutup pertemuan.
Berkat
P: Tuhan beserta kita
U: Sekarang dan selama=lamanya
P: Semoga sharing iman yang kita lakukan ini dapat membawa pertumbuhan iman dan perubahan diri serta selalu dilindungi, diberkati dan dibimbing oleh berkat Allah yang maha kuasa, Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U: Amin
P: Dengan demikian sharing iman kita saat ini sudah selesai
U: Syukur kepada Allah
P: Marilah kita terus mencintai Tuhan dengan mencintai sesama
U: Amin
lagu Penutup: Kidung Syukur no 215: Saya Mau Iring Yesus