“Janganlah menghalangi mereka datang kepadaKu”
Sebagai koordinator bidang pewartaan, salah satu tugas saya adalah mendampingi seksi Bina Iman Anak di paroki. Beberapa kali kadng menyempatkan mampir ketemu para guru Bina Iman, terkadang juga mengintip bagaimana interaksi anak-anak dalam berbagai kelompok umur. Kalau kita mau jujur ingin melihat potret iman suatu paroki bisa ‘dibaca’ dari kegiatan Bina Iman di hari Minggu.
Kita bisa terkaget-kaget dengan pertanyaan anak-anak yang begitu polos. Ada juga anak yang dengan lugunya menceritakan bagaimana ritual pertengkaran papa-mama yang sering dilihatnya dirumah. Begitu banyak kosa kata anak-anak keluar begitu saja menunjukkan dari mana mereka mendapatkan kata-kata tersebut, apalagi kalau bukan dari pendamping dirumah dan televisi.Belum lagi anak-anak katolik yang meminta nilai agama, yang datang justru orangtuanya memaksa meminta nilai. Lho? Bagaimana bisa memberikan nilai, anaknya saja tidak tahu yang mana dan tidak pernah datang ke sekolah minggu. Saya sering tersenyum kecut melihat tingkah polah anak-anak, bisa dibayangkan bagaimana kehidupan keluarga mereka di rumah.
Suatu keprihatinan mendalam melihat betapa rapuhnya kehidupan keluarga disekitar kita.Komitmen untuk mendidik iman anak secara katolik yang disebutkan pada saat menerima Sakramen Pernikahan umumnya diterapkan sebatas menyekolahkan anak di sekolah katolik dan menitipkan anak di sekolah Minggu. Apa yang dilakukan para guru Bina Iman dan katekis di paroki tentu tidak banyak artinya dibandingkan banyaknya waktu anak-anak bersama dengan orangtua di rumah.
Injil hari ini mengingatkan kita betapa pentingnya memperhatikan anak terutama dalam pengenalannya akan Allah. Mereka sulit memahami Allah yang tidak terlihat, apalagi diusia pra sekolah, mereka hanya bisa melihat apa yang dilakukan orang tua dan apa yang didengarnya dari orangtua. Justru disinilah peran orangtua yang paling besar, mampukah kita mengantarkan anak-anak mengenal Kristus? Atau jangan-jangan kita para orangtua yang menghalangi anak-anak mengenal Kristus karena sikap orangtua yang otoriter, atau justru jarang berbicara tentang Kristus.
Hal mendengarkan anak-anak, saya harus akui kelebihan suami saya. Ia jauh lebih peka mendengar dan menangkap apa yang menjadi isi hati anak-anak. Saat mereka masih bayi dan balita, ia lebih sering bangun terlebih dulu bila mereka terbangun. Kami sadari bahwa kami belum bisa menjadi orangtua ideal, tapi paling tidak kami berusaha mengetahui apa yang menjadi keinginan mereka dan sejauhmana mereka mengenal dan mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Kerinduan kami hanya ingin mereka mengandalkan Kristus dalam hidupnya, karena kemampuan kami terbatas tetapi bersama Kristus tidak ada yang mustahil. Semoga dengan pimpinan Roh Kudus kita terus belajar menjadi orangtua yang lebih baik dari hari ke hari mendengarkan dan memperhatikan pertumbuhan iman anak-anak kita.
=======================================================================================
Bacaan Injil Mat 19:13-15
“ Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ”