Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.
Dalam sebuah episode Kick Andi ditayangkan betapa kelamnya kehidupan remaja ibukota yang sudah begitu jauh dari norma yang umum. Para remaja ini terlibat seks bebas karena berbagai hal diantaranya terlalu dini melihat gambar porno bahkan menjadi korban pelecehan seksual serta minimnya perhatian orang tua. Narasumber yang juga seorang psikolog dimana ia melakukan riset tersebut mengatakan bahwa kehancuran generasi muda ini merupakan akibat lemahnya peran orang tua. Bangsa ini dinilai sebagai A Fatherless country. Ada ayah tapi tidak dirasakan keberadaannya oleh sang anak, tidak secara psikis dan spiritual. Demikian juga dengan ibu yang bekerja, sehingga anak-anak dibesarkan secara ‘outsourced’ apakah ke guru les, guru agama dan sekolah. Persis seperti domba yang hidup tanpa gembala dilepaskan ditengah serigala.
Hati yang tergerak, adalah hati yang bisa memahami perasaan orang lain sebelum mereka mengatakannya. Yesus mengajarkan dan melatih para muridNya, juga kita semua untuk belajar memiliki kepekaan dan kepedulian yang luar biasa. Sungguh tidak mudah, bahkan seorang ibu sekalipun sering tidak memahami apa yang diinginkan anaknya. Apalagi seorang ayah yang jarang meluangkan waktu untuk berbicara dengan anaknya akan sulit mengenali apa yang perlu dan ingin disampaikan kepada anaknya. Tidak heran hubungan anak dengan orangtua hanyalah sebatas hubungan status saja.
Lalu bagaimana kita memiliki hati yang seperti milik Yesus ini?Mungkinkah? Mungkin sekali tapi semua perlu latihan dan kemauan tinggi. Memiliki hati yang mudah tergerak, bukan sekedar jatuh hati atau jatuh iba, adalah membayangkan apabila kita menjadi orang lain. Membayangkan kalau kita seperti orang banyak yang berjam-jam mengikuti Yesus tanpa makan, membayangkan merasakan kelaparan. Membayangkan orang sakit bertahun-tahun yang tidak ada harapan sembuh. Membayangkan menjadi orang kesepian tidak punya teman. Membayangkan orang miskin tidak punya rumah dan pekerjaan. Membayangkan itu semua membuat kita berpikir : apa yang kita bisa lakukan untuk mereka ? Kalau saja kita tidak bisa melakukannya untuk ’semua’ orang, paling tidak untuk satu orang yang ada disekitar kita, yang ada di lingkungan kita. Terutama untuk anak-anak kita sendiri. Jangan sampai mereka dibesarkan oleh media dan lingkungan yang tidak sehat. Lha kalau dengan orang-orang yang disekitar kita saja hati kitapun sudah tumpul, masa iya kita bisa peduli dengan orang yang tidak kita kenal?
Maka kalau saja semua orang memiliki hati seperti hati Tuhan Yesus, hati yang mudah tergerak melihat orang banyak disekitarnya yang menderita kelelahan dan kelaparan, ah… alangkah indahnya Indonesia. Negeri ini dipenuhi oleh orang-orang berhati mulia, saling membantu dan memperhatikan orang lain yang kesulitan dan berkekurangan. Yang tidak memperkaya dan mengenyangkan diri sendiri, yang tidak tamak hati dan rakus melahap rejeki orang lain. Satu saja dari kita memiliki hati seperti Tuhan Yesus ini, maka pasti ada kelimpahan terjadi disekitarnya, ada gerakan memberi dan berbagi sehingga yang ada adalah sisa berkat yang melimpah yang dinikmati orang banyak. Sehingga semua orang bersuka cita karenanya. Mari lakukan setiap langkah seberapapun kecilnya, yang penting dapat membuat orang disekitar kita merasakan sukacita karenanya. Satu senyuman pun bisa menular ke banyak orang, apalagi kata-kata pujian dan penghiburan bisa menyembuhkan banyak orang. Tindakan berbagi dan menolong pasti bisa dilipatgandakan demi kebaikan orang lain.
===============================================================================================
Bacaan Injil Mrk 6:30-34
“Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.1 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.”