“Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?”
Setiap orang yang familiar dengan teknologi digital pasti pernah mendengar istilah WYS WYG – apa yang kita dapatkan sebagai output seperti print-out dokumen akan berbentuk persis seperti apa yang kita lihat di layar monitor komputer/laptop. Kita bisa merubah format dokumen word dalam bentuk 2 kolom, atau powerpoint dalam bentuk notes – maka keluarannyapun akan berbentuk seperti yang kita lihat di layar. Canggih dan sangat praktis. Berbeda sangat jauh dengan saat kita memproduksi dokumen dengan mesin tik manual. We just take it for granted. Padahal apa yang kita dapatkan saat ini adalah akibat kreativitas dan keberanian segelintir orang yang ‘memvisualisasikan’ apa yang ingin didapatkannya, mereka berjuang menerobos segala paradigma dan kebiasaan yang ada di masa itu. Revolusi digital dan komputasi menggantikan revolusi mesin cetak.
Demikian pula dengan iman, iman yang bertumbuh akan selalu memperbarui pemahaman dan kebiasaan kita. Iman yang bertumbuh akibat pertobatan akan mendorong kita untuk berupaya menjadi lebih baik. Tidak berhenti sampai disitu, iman yang bertumbuh juga akan menggerakkan kita untuk menolong orang lain menjadi lebih baik. Iman yang bertumbuh tidak hanya menumbuhkan kreativitas dan persistensi perjuangan yang terus menerus, bahkan bisa membuahkan pertobatan orang lain.
Inilah yang didapat oleh empat orang yang mengusung si lumpuh, yang ingin bertemu dengan Yesus Kristus. Ia tidak berdaya dan tidak mampu bergerak dengan kekuatannya sendiri. Ia membutuhkan orang lain menemukan kesembuhannya. Hanya 4 orang yang tergerak hatinya melihat keinginan si lumpuh untuk sembuh dan mereka mencari akal berupaya membawa si lumpuh mendekati Yesus. Iman mereka secara kolektif mendorong kreativitas dengan menjebol dinding atap rumah. Kreativitas membutuhkan pengorbanan waktu dan upaya ke empat orang ini. Mereka memiliki visualisasi yang jelas bahwa si lumpuh ini pasti bisa sembuh asal bisa berjumpa dengan Yesus. Tidak jelas apakah mereka meminta ijin pemilik rumah untuk menjebol atap. Mereka sadar bahwa mereka berpacu dengan waktu. Yesus tidak mudah ditemukan karena berpindah-pindah dari desa ke desa serta selalu dikerumuni banyak orang. Its now or never. Dan mereka tidak mau kehilangan kesempatan itu. Mereka membuat apa yang mereka yakini menjadi kenyataan.
Apakah kita memiliki iman sebesar ini? Its now or never, its now or it will be too late. Tidak menanti kesempatan kedua. Mereka berani memvisualisasikan bahwa temannya yang lumpuh ini harus sembuh asal bisa bertemu dengan Yesus. Apapun halangannya mereka tetap berupaya, kamus putus asa tidak ada dalam pikiran mereka. Sehingga akhirnya mereka mendapatkan apa yang ‘dibayangkan’, mereka mendapatkan teman mereka si lumpuh disembuhkan Yesus.
Semoga kita tidak hanya berani ‘memimpikan’ apa yang menjadi cita-cita kita, tapi juga memvisualisasikan apa yang dapat diperoleh bagi mereka yang tidak berdaya yang membutuhkan pertolongan kita. Kita tidak disibukkan dengan impian-impian pribadi, demi keluarga sendiri, anak-anak sendiri. Tapi kita mau berupaya dan berjuang dengan berbagai kreativitas untuk menolong dan membantu mereka yang tidak berdaya agar dapat mengalami perjumpaan dengan Kristus. Satu orang bertobat maka seluruh isi Sorga bersorak, tetapi dibutuhkan upaya dan perjuangan serta kesabaran untuk mendampingi seseorang mengalami pertobatan. Berita baiknya kita pasti dapat melakukannya, berita buruknya : tidak mungkin dilakukan tanpa melalui pertobatan pribadi.
Marilah kita saling mendoakan dan saling membantu satu sama lain mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus, bukan hanya di masa adven ini tetapi dalam setiap kesempatan yang kita terima. Its now or never decision. Marilah penuhi pikiran kita dengan berbagai cara menemukan ‘si lumpuh’, mencari cara bagaimana membawa sebanyak mungkin orang-orang ‘lumpuh’ yang gak sadar bahwa mereka membutuhkan Kristus. Pikiran-pikiran demikian akan membuat kita semakin kreatif, semakin cepat tanggap bukannya menjadi reaktif dan pasif menunggu sampai ada permintaan. Pikitan-pikiran demikianlah yang diinginkan Tuhan, karena Ia selalu ingin mencari satu domba yang tersebar disekeliling kita, yang terpisah dari kawanannya.
Mari kita pasang ‘radar’ untuk dapat menangkap kelumpuhan yang ada disekitar kita. Belum tentu kita memiliki kesempatan kedua untuk menolong ‘si lumpuh’ yang kita jumpai hari ini. Segala kelelahan dalam upaya menembus kerumunan orang banyak serta usaha menjebol atap rumah pasti terbayarkan karena sukacita akibat satu orang bertobat. Kita bisa merasakan sukacita di Surga manakala kita mampu membawa seseorang mengalami perjumpaan dengan Kristus seperti si lumpuh yang disembuhkan tadi. Semua itu hanya untuk semakin besarnya Kerajaan Surga. AMDG !
===============================================================================================
Bacaan Injil Luk 5:17-26
“Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: “Hai saudara, dosamu sudah diampuni.” Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: “Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: “Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.”