“Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka”
Ada pemeo mengatakan di belakang pria sukses ada wanita hebat, entah itu istrinya atau ibunya. Pastilah ada orang kedua yang mengambil peran dibelakang layar dibelakang kesuksesan seseorang. Mereka ikut beraksi dengan diam dan bertindak serta mengambil keputusan tanpa perlu berkoar-koar demi karir sang pria. Tetapi pemeo tersebut juga bisa diartikan dibelakang pria yang sedang terpuruk pasti ada wanita yang menjadi penyebabnya, entah itu istrinya atau selingkuhannya. Banyak kasus kriminal dan korupsi bila dirunut ke akar permasalahan ternyata diakibatkan karena tuntutan perempuan. Apakah lelaki itu begitu lemah sehingga tunduk pada rengekan wanita persis seperti lagu “Sabda Alam”nya Ismail Marzuki – adakalanya pria tak berdaya – tekuk lutur dikerling wanita.
Dalam bukunya John Gray Men are from mars , women are from venus menjelaskan perbedaan pola pandang yang melatarbelakangi cara mereka berkomunikasi. Para pria mampu melakukan satu hal dan sangat fokus untuk itu, sedangkan wanita bisa melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. Lihat saja kalau si bapak sedang menonton sepak bola, jangan coba-coba diajak bicara hal lain. Sedangkan seorang ibu rumah tangga masih bisa memasak sambil bertelpon dan membukakan pintu tamunya tanpa lupa akan masakannya. Ia bisa memikirkan banyak hal sambil melakukan hal yang berbeda-beda.
Jadi jangan heran kalau ada acara keluarga besar atau acara perhelatan yang melibatkan banyak orang, pasti ada ibu-ibu yang memikirkan segala sesuatu. Bukan hanya itu tapi sampai mengadakannya bahkan melakukannya sendiri kalau perlu. Dalam budaya paternalistik umumnya kaum perempuan memilih berdiam serta tidak menampilkan dirinya. Yang penting tujuan tercapai, itulah kepuasan mereka – posisi dan nama tidak ada artinya lagi.
Maka dalam berbagai kegiatan pelayanan, keterlibatan kaum perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka tidak hanya melayani dengan mengerjakan segala urusan dapur, tapi mereka bisa melakukan banyak hal. Dalam renungan hari ini, kaum perempuan yang telah bertobat ternyata melayani dengan harta bendanya. Kalau ada mobil pasti Yesus sudah disuruh pilih mobil untuk berkeliling kota ke kota. Makanan catering sudah disiapkan di tempat yang akan dituju. Pakaian yang bersih dan pantas pun tinggal telpon dan dikirim sesuai ukuran. Semua dilakukan karena mereka yang telah merasakan jamahan Kristus, ingin ikut ambil bagian dalam membagikan kebahagiaan bagi orang lain. Bukan lagi mencari nama dan posisi bagi dirinya. Itu tidak penting, yang penting adalah rasa syukur mereka akan rahmat keselamatan dan rasa syukur karena telah ikut berbagi dengan orang lain.
Perempuan-perempuan yang bertobat justru membawa rahmat bagi masyarakat sekitarnya karena kekayaan dia dan suaminya digunakan untuk kepentingan orang banyak. Tidak lagi dihabiskan untuk menutupi biaya ‘maintenance’ yang umumnya tinggi karena jabatan/pangkat suami, tetapi digunakan untuk pelayanan – bagi karya keselamatan Allah.
Seandainya semua perempuan benar-benar mengalami perjumpaan dengan Kristus dan kembali kepada jalan Allah, pastilah bukan hanya dirinya ikut terlibat dengan ikut terjun langsung dalam pelayanan tapi seluruh kekayaan yang ada akan dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat agar lebih merata. Tidak lagi disimpan sendiri atau bahkan dihambur-hamburkan untuk memanjakan diri. Karena semua harta itu fana sifatnya.
===============================================================================================
Bacaan Injil Luk 8:1-3
“Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.”