“Banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih”
Rasanya saat menjelang bulan puasa buanyak sekali undangan pernikahan, gak hanya pesta dan ijab kabul di gedung tapi juga pemberkatan di gereja. Sampai bingung membagi waktunya. Lebih repot lagi kalau kebagian tugas menjadi panitya. Persiapan untuk dandan para wanita bisa berjam-jam. Tinggal pilih mau antri di salon apa antri di ruang rias. Bedanya cuma di dompet; dibayarin yang punya hajat atau mau bayar sendiri.
Dengan alasan praktis dan tidak mau tersiksa, banyak yang memilih untuk tidak lagi menggunakan sanggul jawa klasik yang berat dan kain kebaya yang ketat. Bapak-bapak juga memilih pakai jas atau kemeja batik saja daripada pakai beskap yang membuat sesak nafas, hhmmm…tapi kalau panitya kan gak bisa menolak dong? Nggak usah nawarin diri jadi penerima tamu deh, kalau memang tidak mau berlelah-lelah sedikit.
Urusan untuk pesta perkawinan saja bisa ribet, apalagi bagi mereka yang punya hajat. Memang ada jasa WO (Wedding Organizer) tapi tetap saja ada kekhawatiran seperti misalnya terlupa mengundang seseorang, waaah… bisa digunjingkan sekampung deh. Yang punya ‘gawe’ memang yang paling pusing, datang sedikit sedih juga, datang banyak pasti deg-degan kalau-kalau makanan tidak cukup. Untuk para undanganpun sikapnya bermacam-macam, sekedar setor muka atau memang ‘mumpung’ gak masak dirumah. Jaman jadi anak kost dulu, kalau dapat undangan pesta kawin, pasti tidak dilewatkan. Kesempatan untuk perbaikan gizi kan?
Waktu jadi penganten duluuu, diantara tumpukan hadiah yang menggunung (belum jaman pakai amplop sih) kami mendapat beberapa kotak dibungkus kado rapih, tapi kalau dibuka bungkusnya didapati ada kertas bekas, majalah bekas bahkan ada yang kosong…. Aya-aya wae. Pernah juga kami dapat undangan perkawinan, agak membuat kening berkerut. Gambar bunga dicoret, jadi tidak terima kiriman bunga. Gambar bungkusan kado juga dicoret. Nah gambar amplop lah yang dilingkari, tapi gak cuma itu… masih dilengkapi dengan nomor bank account segala. Halaaah…. ada juga model zakelijk begini?
Sering kita dengar idiom “Don’t judge the book by it’s cover” yang artinya secara tidak langsung : jangan menghakimi seseorang dari tampak luarnya saja, siapa tahu ada maksud baik didalam hati/pikirannya. Kenyataannya yang datang ke pesta kawin dengan pakaian pantas pun, niatnya macam-macam. Sebagai manusia kita tidak bisa melihat apa yang tersembunyi.
Injil hari ini justru mengingatkan bahwa ‘buku’ itu memang telanjang, tidak perlu cover lagi. Tuhan bisa langsung melihat isi hati manusia yang paling dalam, terutama saat kita datang ke perjamuanNya. Apakah kita tulus ingin bersyukur, atau ingin doa kita didengar bahkan memaksa agar diberi jawaban semau kita dengan memberikan kolekte lebih banyak …nyoba-nyoba nyogok agar jawaban doa kita sesuai dengan yang kita mau. Atau ingin dilihat orang seperti orang Farisi ? Bukan kali ya.. Tapi ada beberapa orang yang memang seperti itu saat datang ke Misa, ingin mempertontonkan kemulusan kulitnya, ya punggung atau pinggangnya, dengan baju yang sebenarnya lebih pantas dipakai ke mall daripada ke gereja.
Semoga setiap kali kita datang menikmati perjamuan Tubuh dan Darah Kristus, kita sungguh-sungguh memiliki hati yang murni dan tulus. Hati yang layak untuk memuliakan dan menyembahNya. Kita juga diingatkan harus senantiasa mempersiapkan diri untuk suatu pesta besar dikemudian hari. Undangan disebarkan kemana-mana, kesiapapun juga, tapi sayangnya tidak semua orang mau mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Maka kalau untuk undangan pesta kerabat saja kita mau berlelah-lelah mempersiapkan diri selayaknya, apalagi kalau kita mendapat undangan ke Istana Merdeka, tentunya kita juga mempersiapkan yang terbaik bagik Pesta Kawin Anak Domba.
===============================================================================================
Bacaan Injil Mat 22:1-14
“Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”