“Aku lemah lembut dan rendah hati”
Sejak ada Face Book (FB), banyak sekali undangan reunian, mulai dari reuni SD, SMP, SMA sampai kuliahan.Apalagi sekarang ditambah ada BlackBerry (BB)…. wah grup BB nambah terus, sehingga sering bikin hang. Semakin sering janjian untuk sekedar ketemu ngopi bareng akhirnya berlanjut sampai nobar-nonton bareng. Yang awalnya berniat makan malam, tanpa disadari lebih lama ngobrol dan becanda sampai lupa pesan makanan dan minuman. Yaaaah… makan dan minum kan bisa nanti, tapi jumpa kawan lama itu bisa meredam perut yang keroncongan ternyata ya? Kalau diperhatikan dari wajah-wajah yang hadir ,saat itu semua nya pasti cerita dengan ceria, hhhmmm….. paling senang kalau banyak yang bilang ” aduuh naaaa, kamu kok awet muda ya?” Mungkin maksudnya ‘kelakuan’nya masih sama seperti dulu, gak ja’im.- lebih tepatnya gak malu kalau sudah tua
Tetapi ada hal yang tidak dapat disembunyikan dan harus diakui. Semuanya memang sudah sama-sama beranjak tua atau berumur en tidak muda lagi, tepatnya tidak mau juga sih dibilang tua karena ada yang lebih senior lagi. Kalau diperhatikan lagi diantara wajah-wajah yang tampak sumringah sehingga terlihat lebih muda, ada juga wajah-wajah yang tampak lebih tua dari usianya walaupun sama-sama seumur. Cerita punya cerita, diujung pertemuan akhirnya muncullah pengakuan mereka yang wajahnya ‘menua’ bahwa mereka menghadapi kesulitan hidup yang cukup berat. Tapi sebenarnya kalau mau jujur, yang berwajah sumringahpun bukan berarti tak kurang bermasalah juga.
Perbedaan itu disebabkan dari sejauh mana kita menghadapi tantangan dan beban kehidupan. Kesulitan dan tantangan hidup silih berganti, dari urusan keuangan, keluarga, kesehatan dsb. Mereka yang menanggungnya sendiri akhirnya memang kepayahan. Tapi mereka yang mau meluangkan waktu untuk berdoa serta rajin beribadah, punya pasangan atau tempat berbagi-rasa yang saling meneguhkan ternyata memiliki kekuatan extra untuk menanggungnya dari hari ke hari.
Tidak percaya? Silahkan dipraktekkan kegiatan berikut ini dipagi hari. Sebelum memulai aktivitas harian, kita berdoa kepada Tuhan dan minta untuk diberikan kesabaran pada hari itu. Maka percayalah bahwa hari itu kita akan dipertemukan pada situasi atau seseorang yang membuat kita mau marah dan menjadi tidak sabar. Artinya doa kita memang manjur dan langsung dijawab Tuhan. Dia ingin kita jadi lebih sabar sesuai permintaan doa kita, maka diberikanlah situasi dan kondisi untuk menguji kesabaran kita. Artinya, mereka yang mengawali hari dengan berdoa sesaat seperti menyiapkan diri untuk menghadapi kejadian-kejadian hari itu. Sedangkan mereka yang belum terbiasa memulai dengan doa, pasti terbawa terus pikiran dan beban pada hari-hari sebelumnya, sehingga semakin hari semakin berat dan bisa terkaget-kaget dengan adanya tambahan masalah baru lagi.
Datang kepada Tuhan dengan kerendahan hati adalah juga sebuah keputusan yang diambil untuk mengakui bahwa Dia akan menyertai kehidupan kita, terutama mendampingi kita menyelesaikan tanggungjawab dan tugas perutusan kita. Tidak, Ia tidak akan mengambil tugas dan tanggung-jawab tersebut dari kita, karena Ia ingin kita menjadi kuat dan dewasa dalam iman sehingga pada akhirnya bisa menyelesaikan tugas dengan penuh rasa syukur serta memuliakan Dia. Ia akan membawa dan menuntun kita menyelesaikan tugas dan tanggungjawab untuk mencapai tujuan hidup kita. Dia tetap pasangkan kuk dileher kita seperti sapi yang harus siap bekerja membajak sawah. Maka seberat apapun tantangan hidup ini, percayalah ada Dia yang setia menemani kita senantiasa sampai akhir zaman.
Semakin berat kuk, tugas dan tanggungjawab yang kita terima, semakin besar dibutuhkan rahmat Tuhan karena semakin banyak yang harus dikerjakan. Dia mengarahkan kita melalui kelembutanNya, tidak pernah memaksa, tidak membebani dengan tugas yang diluar kemampuan kita, Dia memimpin kita untuk mencapai dan menyelesaikan tujuan hidup sambil terus memuliakan Dia selama kita ‘membajak’ di ladang Tuhan. Dialah Allah Immanuel, yang setia dari dulu, sekarang dan selamanya. Jadi walaupun tugas serasa tidak habis-habisnya, kesulitan silih berganti membuat jiwa dan roh kita terkadang letih, lesu, lelah bahkan melemah, tetapi manakala kita menyadari bahwa kita tidak sendiri, kita bisa terus mengandalkan Dia yang telah terpasung dikayu salib dan bangkit dihari ketiga. Life is full with options, termasuk memilih untuk berjalan sendiri atau berjalan bersama Dia. Semoga kita memilih keputusan terbaik yang membuat kita tetap bisa sumringah.
==============================================================================================
Bacaan Injil Mat 11: 28-30
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”