Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.
Kami baru saja memiliki anak anjing, Bozo namanya, mungkin baru 2 bulan usianya. Begitu lucu layaknya bayi kecil yang senang bila didekatnya ada orang-orang yang dicintainya, yang menangis bila ditinggalkan dikandangnya. Ia tidak begitu suka dengan berbagai makanan yang ditawarkan, tetapi ia lebih suka dibelai dan digendong. Dalam waktu singkat kami mengenal apa yang ia sukai dan tidak sukai, tidak lagi memberikan makanan yang tidak diminatinya.
Mutiara kalau diberikan kepada perempuan yang senang bersolek tentu menjadi sangat berarti. Ia akan menyambutnya dengan senyum terlebar yang dimilikinya. Tetapi kalau diberikan kepada babi, yang tidak mengerti berapa mahalnya mutiara itu selain tidak bisa dimakan, maka barang mahal itu hanya akan diinjak-injak diatas kubangan lumpur disekitarnya.
Perumpamaan Injil hari ini menggunakan dua binatang, anjing dan babi. Mereka diberikan sesuatu yang mereka tidak pahami nilai dan artinya. Dengan kata lain, sia-sialah segala usaha pewartaan Sabda kalau kita tidak memahami apa yang diinginkan orang lain walaupun kita tahu betapa mahalnya Sang Sabda yang telah berkorban bagi keselamatan kita. Tidak ternilai, bahkan seperti harta karun yang tersembunyi yang banyak dicari orang. Kita perlu memahami apa keinginan orang lain, apa kata Firman Tuhan dan selanjutnya kita berikan sesuai yang diperkatakan Tuhan, entah itu disampaikan melalui perbuatan, tindakan ataupun perkataan yang memang mengena pada sasarannya.
Firman memang harus diberitakan, tetapi terlebih lagi bukan hanya dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan. Cara-cara pemberitaanpun beragam dari verbal dan nonverbal, tertulis dan terkatakan. Bisa juga lewat untaian lagu, kata-kata bahkan tarian. Apapun bentuknya perlu dijiwai dengan semangat kasih, dengan landasan iman dan memberikan pengharapan.Tetapi yang lebih penting lagi adalah juga perlu mempertimbangkan kepada siapa pesan Tuhan ini disampaikan.
Maka kalau Firman Tuhan tidak diterima, apalagi diolok-olok oleh sang penerimanya, yang salah adalah si pemberita Firman yang tidak peka dengan kebutuhan orang lain. Kalau dibutuhkan adalah kemampuan kita mendengarkan, maka jangan kita berikan segala kuliah Perjanjian Baru yang panjang lebar. Bila yang dibutuhkan adalah pekerjaan, maka kita bantu carikan peluang kerja lewat jaringan pertemanan kita, bukannya di kotbahi tentang Mat 6:33. Lha kalau dengan anjing peliharaan sendiri saja kita juga berusaha mengenali kebutuhannya, apalagi bila kita bergaul dengan orang-orang disekitar kita. Hukumnya gak sulit : Treat people the way you want to be treated.
Firman memang harus diperkatakan, tetapi juga diamalkan. Walk The Talk. Lakukan apa yang dikatakan dan katakan apa yang dituliskan didalam Firman Tuhan. Tantangannya adalah apakah kita yakin bahwa yang kita lakukan benar ? Benar-benar sesuai dengan Firman Tuhan? Apakah yang kita katakan sesuai dengan Firman Tuhan? Itu tergantung sekali seberapa sering kita membaca Firman Tuhan. Kita tahu kapan seseorang disebut Pancasilais atau tidak, apabila ia mengamalkan seluruh sila dalam Pancasila…. itu kalau kita hafal Pancasila. Maka persis apa yang dikatakan pemeo : tak kenal maka tak sayang, bagaimana kita bertindak dan berkata dengan benar sesuai Firman Tuhan – Walk The Talk – kalau membacanya pun jarang-jarang…. apalagi menghafal?? Bagaimana bisa Walk- walk kalau Firman Tuhan juga tidak pernah disampaikan dan disebut-sebut (talk-talk)? Bagaimana bisa disebut (talk) kalau kita sendiri tidak tahu apa yang tertulis dalam Firman Tuhan? Jangan-jangan talk-talk OMDO, omong doang… hanya kata kita saja, bukan kata Firman Tuhan.
Kalau saja kita melakukan apa yang difirmankan, dan mengatakan apa yang dituliskan : Walk The Talk – maka kita dapat dikatakan sebagai saksi Kristus yang memberikan teladan bagi orang-orang sekitarnya. Memberikan apa yang dibutuhkan orang lain karena kita mengenal mereka. Bukan hanya dengan perkataan saja, tetapi juga menjawab kebutuhan mereka dengan perbuatan nyata.
Semoga kita semakin bijaksana dan mendisiplinkan diri untuk sesering mungkin menikmati indahnya Firman Tuhan, yang tidak ternilai harganya – yang telah lunas dibayar dengan darah Kristus sendiri agar kita bisa hidup bersamaNya dalam keabadian. Dengan demikian kita menanamkan Firman Tuhan dalam hati sanubari kita, dimulai dengan membaca dan merenungkannya sesering mungkin dengan pimpinan Roh Kudus. Sehingga dengan pimpinanNya kita mampu membedakan yang benar dan baik dihadapan Allah, dan mampu memilih tindakan dan perkataan yang sesuai sebagai pewartaan SabdaNya sepanjang hidup kita.
==============================================================================================
Bacaan Injil Matius 7:6,12-14
“Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”