Bacaan Injil Luk (15:3-7)
Sekali peristiwa Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, lalu kehilangan seekor, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau telah menemukannya, ia lalu meletakkannya di atas bahu dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”
UGD: Unit Gawat Darurat
June 11, 2010 | 0 comments
“Bergembiralah bersama dengan daku, sebab dombaku yang hilang telah kutemukan.”
Dalam beberapa kali kejadian saya sempat membawa teman atau kerabat dan keluarga berurusan dengan UGD karena berbagai kejadian. Dengan memperhatikan kelengkapan peralatan medis dan kesigapan para perawat unit gawat darurat (UGD) di berbagai rumah sakit, kita bisa memahami seberapa pentingnya nilai nyawa seorang manusia bagi rumah sakit itu. Ada yang proses birokrasinya panjang dan lama, baru pasien ditolong. Bisa jadi nunggu dokternya luamaaa banget, sampai pasien sudah megap-megap baru datang itu dokter. Sikap perawat juga macam-macam, ada yang santaiiiii terkesan cuek. Tapi ada juga yang sigap langsung melakukan pemeriksaan sesuai SOP, bahkan urusan administrasi belakangan. Yang penting pasien bisa ditolong terlebih dulu.
Bisa dibayangkan kalau kita terbaring sakit, tidak berdaya dan sama sekali tidak produktif. Bukan hanya produktivitas diri terganggu, ritme kehidupan sekeluargapun terganggu, terlepas sang pasien itu kepala keluarga, ibu atau yang berstatus anak sekalipun. Pasti sedih, muram, cemas dan saling memastikan bergiliran menunggu si pasien di rumah sakit… kalau boleh. Apapun dibawa dan disediakan agar si pasien merasa nyaman selama tinggal di rumah sakit.
Itu baru kalau sakit fisik, bagaimana dengan sakit rohani? Apakah kita tidak merawatnya dengan sungguh-sungguh? Tidakkah kesehatan rohani juga sama pentingnya dengan kesehatan badani? Kalau tidak tertolong ….. wah, sudah tidak sempat lagi ada UGD, langsung game over lah.
Marilah kita memelihara kesehatan rohani sama pentingnya dengan kesehatan badani. Jangan sampai dibawa ke UGD, karena memang tidak disediakan khusus untuk UGD penyakit rohani. Yang ada hanyalah kesempatan bertobat, memulihkan diri dan menerima kasih Allah yang menyegarkan jiwa. Setiap jiwa berharga karena telah diijinkan menikmati kehidupan didunia, melalui proses kelahiran yang luar biasa ajaib. Jadi pasti setiap kehidupan manusia memberi arti bagi sesama manusia lainnya, berarti bagi bumi dan kehidupan disekitarnya. Percayalah, masih ada selalu harapan didalam Tuhan.
Maka marilah kita senantiasa menyediakan diri juga bagi saudara, kerabat dan sesama kita yang membutuhkan pertolongan, kita semua diberi tanggungjawab sebagai paramedis bagi mereka yang mengalami kecelakaan rohani, sakit rohani sehingga dibutuhkan perawatan medis di unit UGD yang penuh kasih dan saling mendoakan. Gembala yang baik serupa seperti perawat yang baik yang memperhatikan pasiennya, tidak cuek dan masa bodoh dengan kondisi sang pasien. Tetapi sigap merawat dan menolong selagi si pasien tidak berdaya. Semoga kasih Kristus memampukan kita mencari dan menolong satu domba yang tersesat dan telah dipercayakan kepada kita, karena ada sukacita di Surga bilamana ada seorang manusia bertobat.
===============================================================================================