Anak-anak dari Katedral Urakami sedang menyiangi ladang gandum mereka. |
Anak-anak di Paroki Katedral Urakami, Keuskupan Agung Nagasaki, Jepang mempersiapkan Komuni Pertama dengan menanam gandum yang akan dibuat hosti untuk komuni mereka.
Hal ini berawal dari Pastor Sakae Kojima yang pernah berkarya di Paroki Fukue, sekitar 100 kilometer sebelah barat Kota Nagasaki. Idenya yakni menanam gandum untuk hosti komuni dan ditanam di lahan milik sebuah biara terdekat.
Ide itu diwujudkan lagi ketika dia pindah ke Urakami.
“Kegiatan ini mengajarkan anak-anak bahwa yang membuat tanaman itu adalah Allah,” jelas Pastor Kojima, “sekalipun demikian, manusia dapat membantu-Nya dalam kegiatan bertani.”
Reaksi umat ternyata positif ketika dia memperkenalkan praktek yang pernah dilakukan di paroki sebelumnya. “Uskup sebagai penanggungjawab iman serta segenap umat paroki setuju,” katanya bercerita.
Dia memulai proyek itu dengan memberkati ladang dan benih, dan kemudian mengajar anak-anak bagaimana menanam gandum.
Pada tahun pertama, hampir semua biji gandum dimakan habis oleh merpati.
“Keesokan paginya, ada lubang-lubang kecil di mana-mana. Maka hanya sebagian gandum yang tumbuh. Namun, kami toh masih bisa memanen lebih dari 3,5 liter gandum – cukup untuk membuat hosti,” katanya.
“Tahun berikutnya, kami membeli beberapa jala pelindung untuk melindungi benih agar tidak dimakan burung, dan akhirnya gandum-gandum itu bisa bertahan sampai panen.”
Anak-anak menanam gandum di Bukit Salib
Ketika Pastor Kojima menjadi kepala Paroki Katedral Urakami April lalu, dia melanjutkan tradisi budidaya gandum itu. Dia menemukan lahan yang cocok di Jujikayama, atau “Bukit Salib,” 40 menit jalan kaki dari katedral.
Umat Katolik, yang kembali dari pembuangan setelah penganiayaan besar terakhir terhadap umat Kristen di Jepang, membeli bukit itu dan membuatnya menjadi simbol iman mereka dengan mendirikan Salib di sana.
Lahan yang dipilih Pastor Kojima itu telah dibeli dua tahun sebelum oleh gereja untuk membangun tempat parkir, tapi masih tersisa cukup luas untuk proyek budidaya gandum.
November lalu, ia mengajar kelompok pertama anak-anak di paroki barunya itu untuk menabur benih. Pada bulan Januari, ketika tiba saatnya untuk penyiangan, sekitar 70 anak berpartisipasi. Pada pertengahan Maret, bulir pertama mulai muncul, dan pada bulan Mei mungkin sudah bisa panen.
Suster Momoe Kimura, seorang katekis dari Kongregasi Hati Maria Tak Bernoda di Nagasaki, mengatakan: “Ini merupakan pertama kalinya anak-anak menyentuh bulir gandum dengan tangan mereka sendiri. Lucu melihat mereka menatap setiap butir gandum.
“Ketika mereka pertama kali belajar bagaimana menabur, mereka menjatuhkan benih di secara tidak teratur, tetapi segera mereka bisa melakukannya secara teratur. Saya tahu, mereka ingin tanaman itu tumbuh dan karena itu mereka mau melakukan yang terbaik dengan menabur benih secara merata. Kesulitan lain yang biasa mereka hadapi adalah pada saat penyiangan.”
“Seorang anak mengatakan, ‘saya bekerja keras untuk adik perempuanku – dia akan segera menerima Komuni Pertama!’ Menyenangkan!”
Sumber : http://www.cathnews indonesia. com/2010/ 04/15/di- nagasaki- panen-dulu- baru-komuni- pertama/