“Pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat”
Seandainya para murid Yesus saat itu diutus ke Indonesia, maka yang harus dibekali bukan hanya kuasa atas roh-roh jahat, tetapi juga kuasa atas para binatang, karena negeri ini semakin banyak binatang yang berkuasa dan bertikai, mulai dari tikus para pejabat korup, ayam betina untuk pejabat lembaga peradilan, cicak untuk KPK dan buaya untuk POLRI, serta terakhir adalah kerbau, dengan demikian mereka dapat menjadi jinak.
Sebelumnya, dijaman orde baru juga banyak binatang yang menjadi terkenal, seperti kuku-kupu malam untuk perempuan penjual jasa sex, kambing hitam, nyamuk pers (wartawan) kemudian binatang jangkrik ketika dipopulerkan oleh wartawan harian Kompas yang memberi istilah pada komputer rakitan lokal (kelas bawah) dan sebagainya, kesamaan penggunaan istilah binatang-binatang ini pada era orde baru dan sekarang adalah konotasi negatif yang dikesankan.
Bedanya, kalau dulu penguasa memberikan istilah negatif kepada rakyat, sekarang rakyat mengembalikan istilah tersebut kepada penguasa, jadi hal ini wajar terjadi, karena rakyat cepat belajar dan tidak lupa. Maka inipun harap menjadi perhatian yang serius, bukan tidak mungkin, sikap-sikap represif atau kesewenang-wenangan penguasa yang makin sering ditonjolkan ini semakin ditiru oleh rakyat, karena tren kearah tersebut sudah semakin kental, ditandai dengan munculnya kembali milisi (sipil yang berbau militer) berbasis agama atau suku serta gerakan perlawanan rakyat di pedalaman.
Lama kelamaan, negeri ini makin jauh dari keadaban manusia, atau mungkin saja kita memang mesti belajar kearifan dari para binatang yang sungguh cerdas menjaga alam lingkungannya, karena mereka tidak pernah bertikai soal harta kekayaan, soal kedudukan atau kekuasaan, soal politik, soal keluarga, soal agama, soal suku dan golongan, bahkan binatang hanya membunuh disaat harus makan atau mempertahankan diri.
Yesus telah memberi kekuatan pada kita untuk memperbaiki kondisi negri yang sudah carut marut ini, mengutus kita untuk mengembalikan keadaban ini, dengan keharusan kita untuk terbebas dari segala material yang mengikat dan bisa membuat conflict of interest, cukup dengan satu baju, alas kaki dan tongkat. Artinya Yesus mengajar kita untuk memperbaiki mulai dari hal-hal yang sederhana dengan alat-alat yang sederhana tetapi berdasarkan iman yang kuat sehingga menjadi sebuah gerakan moral bersama untuk mengusir segala bentuk kejahatan dan roh-roh jahat tanpa saling menghina atau mengabaikan nilai-nilai keadaban publik, from zero to be hero. [Samsi Darmawan]
===============================================================================================
Bacaan Injil Mrk 6:7-13
“Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.” Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka”