“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apa ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” (Mat 5:13)
Semua perempuan tahu pentingnya garam di dapur, bisa panik mereka kalau tahu garamnya habis atau tidak bisa dipakai lagi. Nelayan tahu persis nilai garam bagi ikan-ikan tangkapannya yang tidak laku terjual. Tanpa garam, maka ikannya menjadi busuk. Setelah diasinkan maka ikan masih bisa disimpan lama dan masih layak jualmenjadi ikan asin. Orang jawa yang biasa berpuasa ‘mutih’ (pantang garam) tahu persis betapa sulitnya jenis puasa ini. Bikin badan lemas tak bertenaga. Di daerah pegunungan apalagi pedalaman yang jauh dari laut, garam adalah benda tidak ternilai harganya. Bahkan di jaman dahulu pernah disebut ‘emas putih’ sebagai alat pembayar. Saking terbiasanya kita dengan kehadiran garam didalam keseharian, kita sering lupa betapa pentingnya garam. We just take it for granted.
Injil hari ini mengingatkan kita bahwa kita ini sangat berharga, sangat bernilai seperti garam bagi dunia. Dunia bisa menjadi tawar tanpa kita. Ada kekuatan ilahi didalam kita yang walaupun sedikit dalam hal jumlah tapi bisa memberi ‘rasa’ pada dunia sekitar kita.
Tantangannya adalah garam itu baru bisa bernilai kalau ia digunakan. Dikeluarkan dari tempat garam, dan mau larut – berkorban bagi sekitarnya. Selama garam tinggal dengan garam, makin lama tidak digunakan bisa lengket karena lembab; bahkan kalau berdekatan dengan kapur, maka ia akan menjadi lapuk, mrongkol dan menjadi rusak. Tidak ada gunanya lagi. Maka sebagai pengikut Kristus, kita yang telah diberi karunia dan kemampuan serta diutus setiap akhir Misa, harus berani keluar menyatakan dan menularkan yang baik bahkan rela berkorban demi kebaikan bagi orang-orang disekitar kita. Kalau hanya ngumpul sesama garam, berkumpul di ‘kalangan sendiri’, maka garam itu belum ada nilainya. Apalagi kalau tidak berani ‘keluar’, takut menyatakan yang baik serta tidak berani berkorban maka pelan tapi pasti ia akan menjadi rusak dan tidak terpakai lagi.
Semoga kita diteguhkan senantiasa untuk berani berkorban dalam menyatakan kebaikan dengan pimpinan Roh Kudus, sehingga hidup kita memberi arti bagi dunia, paling tidak bagi dunia kecil disekitar kita: keluarga, tempat kita bekerja, sekolah dan lingkungan tempat kita tinggal.
===============================================================
Bacaan : Mat 5:13-16
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas
gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”