Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
Pesta pernikahan merupakan peristiwa istimewa yang dipersiapkan jauh-jauh hari dalam adat timur. Sehingga kalau ada pernikahan yang tidak dipestakan, selalu saja ada komentar miring didalamnya. Ada yang bilang ‘kecelakaan’ lah atau ‘nikah siri’ lah dan lain sebagainya. Tetapi yang sering kurang dipersiapkan adalah bagaimana mempertahankan perkawinan itu sendiri. Anda bisa melihat banyaknya sidang perceraian di pengadilan agama dan juga daftar tunggu pembatalan pernikahan di Keuskupan setempat. Apa yang dikatakan menjelang pernikahan umumnya para pasangan menyatakan ‘takdir’ Tuhan mempertemukan mereka sebagai kedua sejoli. Tetapi bilamana bulan madu perkawinan sudah habis dan menjadi tawar, maka semudah itu pula dikatakan sudah ‘tidak takdir’ lagi dengan alasan tidak cocok. Halaah…
Mungkin alasan yang paling mendekati bagi para pasangan ini karena mereka mulai tidak melibatkanAllah kembali dalam kehidupan perkawinan mereka, sehingga ‘anggur’ perkawinan yang manis sudah menjadi ‘tawar’ seperti air. Masing-masing ingin menunjukkan egonya, mereka tidak melihat kehadiran Allah dalam pasangan mereka. Mereka tidak melihat bahwa kelebihan pasangan diperlukan untuk menutupi kelemahannya. Demikian juga dimana seharusnya kita menutupi dan melengkapi kelemahan pasangan kita, tetapi yang terjadi adalah mengungkit-ungkit kelemahan pasangan.
Sakramen pernikahan katolik menghadirkan Allah sejak kedua mempelai menyatakan diri saling mengikatkan diri satu dengan yang lain sampai maut memisahkan mereka. Seperti halnya hubungan manusia dengan Allah tidak terpisahkan, demikian juga hal tersebut dinyatakan dalam hubungan antara suami dan istri dalam ikatan pernikahan. Maka diharapkan kedatangan anak-anak yang lahir dalam pernikahan tersebut seharusnya menjadi tanda datangnya Kerajaan Allah yang terkecil yaitu keluarga.
Dalam homili hari ini, kami mendapat kunjungan anak-anak PA Abhimata, anak-anak yang karena berbagai hal tidak mengenal siapa orang tuanya dan bahkan awalnya tidak diharapkan kelahirannya oleh para orang tuanya. Mereka tidak menikmati manisnya anggur kehidupan, tetapi sejak dari bayi sudah merasakan pahitnya kehidupan. Bisa dibayangkan dalamnya luka batin mereka karena ditolak dan tidak diinginkan kehadirannya. Ada 281 anak yang saat ini perlu kasih sayang disana, masing-masing anak membawa kisahnya sendiri. Tidak hanya itu, anak-anak yang merupakan produk keluarga ‘broken home’ pun mengalami traumatik tersendiri. Tetapi satu hal yang pasti, apa yang pahit awalnya toh lambat laun bisa diupayakan menjadi manis karena ada tangan-rangan penuh kasih yang membuat terjadinya mujizat yang mengubahkan kehidupan mereka yang awalnya pahit lambat laun bisa menjadi manis.
Mujizat bisa terjadi karena ada orang-orang yang belum memahami maksud Tuhan, tetapi disaat krisis kehabisan anggur, mereka dengan tulus tanpa protes melakukan apa yang diminta Bunda Maria “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Para pelayan itupun tidak mengerti mengapa 6 tempayan besar tempat air untuk cuci kaki ini harus diisi sampai penuh. Tempayan itu bukan tempat layak untuk menyimpan anggur lah, tempat untuk air pencuci kaki masa dipakai untuk minuman? Tapi mereka taat dan percaya bahwa ujungnya pasti baik kalau Tuhan Yesus sudah terlibat. Dan terjadilah mujizat itu.
Demikianlah dalam setiap keadaan bahkan krisis sekalipun, harus ada orang-orang yang peduli akan situasi dan keadaan. Memilih diam dan belaga ga tau juga mungkin gak berdosa. Tapi kalau memilih peduli dan bertindak dengan iman serta melibatkan Kristus didalamnya, maka jangan heran kalau mujizat pasti terjadi. Anak-anak yang nyaris diaborsi, pun bisa terselamatkan karena ada yang peduli. Demikian pula banyak perkawinan bisa terselamatkan termasuk anak-anak didalamnya bisa terselamatkan dari luka batin yang parah, kalau saja ada yang perduli dan melibatkan Tuhan kembali didalamnya. Intinya: Just Do It, lakukan apa yang Yesus perintahkan kepada kita dengan penuh iman dan penuh kasih serta pengharapan walaupun apa yang tampak dihadapan kita rasanya tidak masuk akal. Semua mungkin terjadi dan dipulihkan, bila Kristus ada didalamnya.
==============================================================================================
Bacaan Injil Yoh 2:1-11
Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan merekapun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu merekapun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu–dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya–ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.