“Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah.
Adakah diantara kita seperti yang ditegur oleh Yesus seperti dalam perikop hari ini? Disatu sisi senang menymbang Gereja dan berderma kepada biarawan/biarawati nya, tetapi menolak untuk memberi bantuan bagi sesama bahkan cenderung memeras tenaga sesamanya, atau senang untuk hal-hal yang infotainment, sehingga terlihat oleh dunia luas segala kebaikan yang diberikan, padahal yang bekerja sebenarnya bukan dirinya seorang, atau kita sedang berbagi tetapi menggunakan uang perusahaan atau uang negara atau uang orang lain, demi kebanggaan pribadi semata.
Hal yang sama pernah saya tanyakan kepada seorang pastor, “Bagaimana romo menyikapi sumbangan yang diberikan oleh seorang pengusaha dalam jumlah besar, tetapi tahu bahwa uang tersebut dari hasil yang tidak baik, misalnya korupsi atau hasil perdagangan narkoba atau pencurian atau hasil usaha maksiat.?” – Pastor tersebut tidak mau menjawab dengan pasti, karena selama ini dia merasa bahwa tidak ada sumbangan yang begitu, kalaupun ada, tentu saja harus disikapi dengan hati-hati. Menurutnya, Gereja juga butuh biaya dan pengusaha tersebut perlu disadarkan, didampingi dan diampuni segala dosanya, lagi pula tiada seorangpun diantara kita yang bebas dari dosa. Saya hanya tertawa mendengar jawaban ini.
Inilah sebab, mengapa Tuhan Yesus memilih lahir di kandang, dan Gereja yang dirintisnya bersifat diaspora atau menyebar, tidak perlu dibangun dengan megah, mewah dan mahal, dengan demikian tidak ada conflict of interest didalamnya, tetapi dalam perkembangannya sesama kita berkompetisi membangun gedung Gereja paling mewah, termegah, terbesar, termahal, tertinggi dan ter…segalanya, sedangkan umat dibiarkan menjadi terpuruk, terpinggirkan dan termiskin.
Ada banyak kegiatan, ada banyak murid Yesus, tetapi semua saling jegal, saling sikut, saling menjatuhkan dan saling membunuh. Tidak ada kebersamaan, semua artifisial, bahkan jauh dari sifat-sifat yang kompak dan bekerja sama. Maka dalam sebuah kesempatan misa yang dipimpin Kardinal, beliau mengatakan dalam homilinya, seandainya semua orang Katolik mau menyumbangkan seluruh hartanya untuk orang miskin dan pergi mengikuti Yesus (Markus 10:21) tentu tidak akan ada lagi orang yang miskin dan melarat. Apalagi hal yang sama dilakukan oleh seluruh orang Kristen, maka kesejahteraan akan terjadi di seluruh dunia.
Hanya sedikit sekali orang kaya yang menguasai hartanya, karena sebagian besar hartalah yang menguasai mereka. Demikian terikatnya dengan perkembangan harta tersebut, mengilhami banyak orang menciptakan alat komunikasi yang super canggih, dengan demikian makin mendekatkan mereka pada hedonisme, tetapi makin menjauhkan kehangatan relasi antar manusia. Maka jangan heran, mendengar kejujuran seorang anak orang kaya yang demikian gembira ketika tahu telepon genggam dan notebook papanya hilang ketika pergi berlibur.[Samsi Darmawan]
================================================================================================
Lukas 11:42 – 46
“Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya. “Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: “Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Tetapi Ia menjawab: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun.