“Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu”
Kunci sukses setiap orang-orang ternama berawal dari ketahanan mereka memulai usahanya dari bawah. Mereka menapaki satu persatu tantangan dengan ketahanan yang luar biasa. Fokus pada tujuan membuat mereka bertahan dari setiap kegagalan bahkan penolakan. Kolonel Sanders, pensiunan kolonel dari Kentucky, mengalami penolakan sampai 1009 kali selama menawarkan ayam gorengnya berkeliling dengan mobil bututnya. Bahkan diberikannya gratis asal orang lain mau mencobanya dan memberikan komentar terhadap ayam gorengnya. Siapa yang menyangka bahwa sang pensiunan ini bisa berhasil membangun kerajaan ayam goreng tingkat dunia ? Perusahaannya Kentucky Fried Chicken hampir selalu ada di setiap negara.
Conrad Nicholson Hilton, pemilik 185 hotel Hilton dan 75 lagi hotelnya diluar Amerika, memulai usahanya dengan menyewakan 6 kamar dirumahnya. Setiap malam ia pergi ke statiun mencari dan menjemput orang-orang yang memerlukan penginapan. Dia tanyakan apa yang mereka inginkan untuk sarapan pagi dan bangun jam berapa. Dicatatnya semuanya dan diberikan kepada istri serta anak perempuannya yang melayani semua tamu mereka. Pasti tidak sedikit pula orang-orang yang menolak tawarannya.
Thomas Alfa Edison akhirnya mampu menemukan bola lampu pijar yang bertahan 1500 jam pada percobaannya yang tiada henti dilakukannya. Konon ia baru berhasil pada percobaan yang ke 10.000 ! Bisa dibayangkan kalau orang-orang ternama ini berhenti pada penolakan atau kegagalan yang kesekian kalinya. Setiap kesuksesan dibangun dari sekian banyak kegagalan, kejatuhan dan penolakan. Maka tidak heran kalau orang-orang yang sudah mencapai puncak mudah untuk menjadi sombong, menjadi yang terutama karena apa yang ia lakukan selama sekian lama. Tidak heran kalau mereka memandang orang lain lebih rendah dari diri mereka. Mereka memang terbukti memiliki ketahanan diatas rata-rata. Tetapi justru kesombongan itulah menjadi titik awal kejatuhan para pemimpin dan bahkan perusahaan/organisasi besar.
Setiap pemimpin perlu memperhatikan secara konsisten apa yang diinginkan orang lain dan yang menjadi kunci keberhasilannya. Menjadi berhasil memang sulit, tetapi mempertahankan keberhasilan lebih sulit lagi. Dibutuhkan komitmen yang terus menerus untuk memelihara suatu keberhasilan. Yesus telah menunjukkan melalui kerendahan hatiNya untuk terus menerus melayani orang-orang lain disekitarNya. Seorang pemimpin baru dihargai justru karena ia mau melayani orang-orang yang dipimpinnya. Kehormatan tidak bisa dibeli dengan uang, kehormatan hanya bisa dibangun dengan kerendahan hati untuk setia melayani.
Pernyataan terkenal Mother Theresa mengingatkan kita bahwa kita tidak diciptakan untuk menjadi sukses, tapi diciptakan menjadi setia. Bukan berarti kita tidak boleh menjadi orang yang sukses menurut ukuran dunia, tetapi mempertahankan kesuksesan tidak akan mungkin tanpa dilandasi dengan kesetiaan. Setia pada hal-hal yang kecil, melayani satu sama lain juga tetap setia saat menghadapi saat yang sulit. Kalau saja semua organisasi dan perusahaan besar mengutamakan pelayanan bagi para pelanggannya, kalau saja semua oknum pemerintah daerah mengutamakan pelayanan publik, tidak mustahil suatu saat nanti bangsa Indonesia dikenal dengan keramahannya (lagi).
==============================================================================================
Bacaan Mat 23:1-12
“Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”
September 8, 2009 at 9:24 am
Dear Bunda (all),
Kalau kita bicara sukses, konotasinya adalah memotivasi agar orang mencapai suksesnya. Sukses itu relatif, sukses materi, sukses rohani atau dua-duanya. Tiap orang mempunyai “nilai” sukses masing-masing. Ada yang rasional ada yang tidak, karena sukses artinya mendapatkan kebahagiaan.
Banyak orang “tidak tahan uji” sehingga “tidak sukses”, pembenarannya adalah karena tidak dimilikinya “awareness” dalam diri orang itu.
Orang maunya instan, sekarang bercita-cita, berharap atau berkeinginan, sesaat juga maunya terwujud. Bukan masalah kesabaran, tapi kepatuhan akan “hukum alam” (law of attractions) yang dilanggarnya sehingga “sukses” jadi jauh.
(Lukas11, 9-10)&(II Tes, 3 :10-15).
Sering orang tidak menyadari bahwa “doanya” sudah terkabul, karena visualisasi dalam “doanya” berbeda dengan visualisasi “pengabulan doa” dari Tuhan.
Perbedaan ini terjadi karena orang sudah kehilangan “positive feelings”.
Tuhan adalah sumber dari segala dan apapun yang “positive”
Saya bukan motivator, ini hanya share aja kok bunda….
He…he….
Salam,
Sahabat.