Kalau kita melihat penampilan para pembawa berita di Televisi, tidak ada yang ‘lecek’ dan kumal. Semua tampil dengan polesan rapih, cantik dan ganteng, tak lupa disertai senyum padahal mereka terkadang harus bersiap dari sejak subuh untuk membaca berita saat kita baru terbangun dari tidur. Pernah suatu kali saya lihat seorang TV presenter sedang meliput kejadian banjir di Ibukota. Presenter perempuan ini sungguh menjiwai liputannya sampai ia disorot dalam keadaan terendam air banjir sampai sepinggang. Dengan keadaan terendam itu (termasuk kameraman) ia mewawancarai warga yang terjebak air di lantai atas rumahnya. Nampak terlihat totalitasnya dalam menjalankan profesinya. Mereka harus pastikan kebenaran berita itu dan mencari tahu segala pernak-pernik untukdisajikan pada para pemirsa. Itulah yang membedakan stasiun TV satu dan lainnya. Apakah kita juga membangun totalitas sebagai pembawa Kabar Sukacita seperti layaknya mereka di dunia sekuler?
Jesus memanggil dan memilih secara khusus, beberapa orang murid untuk menjadi pewarta Kabar Sukacita. Walaupun diantara mereka masih ada yang ragu-ragu, Jesus tetap memilih mereka; Ia tidak pernah salah pilih. Kita bisa membaca dalam Kisah Para Rasul, mereka yang masuk ring-1 tadi dan termasuk yang masih ragu-ragu, setelah dipenuhi Roh Kudus mereka menjadi pembawa Kabar Sukacita yang luar biasa. Mereka berjalan kaki mulai dari Jerusalem, Samaria juga desa dan kota lain disekitarnya. Sekarang kita meneruskan pewartaanNya menjelajah kepelbagai penjuru dunia dengan berbagai cara termasuk menggunakan internet. Dari ruang kerja di rumah bisa merambah kemana-mana. WOW…
Pertanyaannya apakah kita melakukan pewartaan Injil tersebut dengan penuh totalitas? Memang para TV presenter dilatih dan dibayar untuk menjadi profesional dibidangnya. Tapi kita pun harus senantiasa melatih diri serta menyadari bahwa kita pun sudah dibayar lunas; tidak main-main karena telah dibayar dengan cucuran darah Yesus sampai di kayu salib. Tidak ada Kabar Sukacita yang disampaikan dengan muka letih dan lesu, dengan mulut yang penuh kata-kata negatif, dengan perbuatan yang tidak terpuji. Kabar Sukacita hanya dapat diberitakan oleh para murid yang telah mengalami sukacita kebangkitan Paskah, yang telah mengalami dicintai Tuhan. Sehingga mereka bersemangat membagikan cinta dan kesaksian akan kasih Tuhan bagi semua orang. Kalau dulu mereka adalah murid-murid Yesus, diajari berbagai hal dan akhirnya mengalami sukacita dan cinta Tuhan. Maka setelah Jesus bangkit, mereka menganggap semua orang seperti murid mereka yang perlu mengenal cinta Tuhan dan mengalami sukacita yang sama. Para murid berbagi sukacita kebangkitan Paskah dengan pimpinan Roh Kudus.
Dia yang memiliki kuasa di bumi dan di sorga, telah mengutus kita untuk memberitakan cintaNya bagi dunia. Hanya mereka yang sungguh-sungguh mengalami cinta Tuhan dalam kehidupannya, akan siap sedia untuk menjadi saksi Kristus. Tulus dengan kepolosan hati, tanpa polesan. Marilah kita berlomba mengumpulkan pengalaman akan cinta Tuhan untuk dibagikan ke banyak orang. Mewartakan Injil pada akhirnya adalah menceritakan cinta Tuhan dalam kehidupan kita, dalam susah dan senang sesuai dengan janjiNya. Kita sedang menulis Injil kehidupan kita bersamaNya karena Ia menyertai kita sampai akhir jaman. Selamat merayakan Hari Kebangkitan Tuhan !
===================================================================
Bacaan :Matius 28:16-20
Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”