Dalam bilik kekinian yang individualis,
ada desakan untuk menerima universalitas RohMu yang membahana.
Dalam bilik kesinian yang terbelenggu oleh lokalitas pragmatis,
ada tantangan kuat untuk berandai-andai menjelajahi daerah-daerah misi yang belum pernah dikunjungi.
Dalam orientasi pada diri yang picik ibarat ‘katak di dalam tempurung’,
ada desakan kuat untuk segera peduli pada keselamatan ‘domba-domba yang senantiasa siap dibunuh dan ditelan oleh serigala’.
Dalam romantisme kebersamaan yang diwarnai tawa dan ria dan kepulan asap rokok kretek,
ada jeritan di luar sana yang datang dari mulut-mulut massa yang bermimpi tentang keselamatan dan keadilan.
Dalam kepribadian yang dikunci rapat oleh hasrat memuaskan diri yang tidak kenal kata imperatif “cukup”,
ada kata penuh janji, makna dan mantra, yang mesti diberi ruang penuh tanpa sisa dosa dalam diri.
Dalam kebersamaan rasuli, yang ditemani oleh Bunda Maria penuh rahmat sejak terkandung,
ada penantian penuh rasa takut dan gentar untuk menerima Api atau Angin yang siap mengubah citra diri insani.
Dalam kemiskinan dan inferioritas kawanan kecil,
Tuhan Allah, yang enegik dan nakal, mau eksis selalu mendampingi para kekasihNya,
di dalam langkah-lankah peziarahan yang sering tidak menentu oleh liputan kabut kusam mematikan.
Dalam Dia ada daya ilahi dan sekaligus janji-janji tuk dipenuhi;
Dalam Dia ada misteri yang menuntut kesigapan diri untuk menanggapi;
Dalam Dia bukan cuma repetisi, karena ada desakkan kuat untuk segera beraksi.
Dalam Dia sini-kini kan berarti, karena yang ’Akbar’ hadir nyata slalu membumi.
Jakarta, 31 Mei 2009.
H.Wardjito SCJ