“Damai sejahtera yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.”
Bila kita sempat ngobrol dengan supir taksi, di pasar dan masyarakat umumnya, yang kita temukan kebanyakan adalah kegelisahan dan kekhawatiran akan semakin sulitnya hidup di Jakarta. Rasa damai dan aman menjadi barang mahal bagi mereka. Yang umum ditemui tawaran uang ‘damai’ dimana-mana, mulai dari urusan tilang menilang, urusan KTP kadaluwarsa, pajak dan bahkan sewa lapak pun ada uang ‘damai’.Kalau mau terus usaha dan tidak mau repot dan terganggu aktivitasnya, ya ‘damai’ aja lah. Belum lagi kalau kita termasuk golongan yang ‘resah’ dengan penampilan, berbagai pilihan tersedia selama kantong tebal. Mau yang cepet langsing, mulus putih. Atau mau berkeringat dulu tapi gengsi tinggi bisa ke klub kebugaran. Ada uang, ada barang. Ada juga anak-anak ABG tidakjarang harus ‘menunduk-nunduk’ bila ketemu seniornya kalau mau ‘damai’ di sekolah. Piiiis.. maaan….Jarang saya bertemu orang yang berkata : saya beryukur dalam menghadapi kesulitan hidup ini. Karena saya tidak sendiri,Tuhan ada bersama saya.
Damai yang ditinggalkan Tuhan Jesus berbeda dengan damai yang ada disekitar kita. Damai yang diwariskan kepada murid-muridNya, membuat para rasul tetap bersemangat dalam pewartaan Injil. Mereka dikejar-kejar untuk dihukum dan dibunuh, mereka terpencar ke kota-kota lain. Tapi dengan suka cita mereka menghadapi resiko pemberitaan Kabar Sukacita. Pasti tidakada muka muram dan ketakutan diwajah mereka, Ada suka cita ada damai sejahtera. Sehingga siapapun berada didekat mereka merasakan suka cita itu. Menjadi pengikut Kristus juga adalah pembawa suka cita, bukan penebar ketakutan dan kegelisahan.
Romo Casianus Teguh SJ adalah romo yang saya lihat selalu punya bahan banyolan. Kalau beliau membawakan homili selalu menimbulkan gelak tawa dengan berbagai joke dan hadiah-hadiah di kantongnya. Saya tanya mengapa romo yang semasa mudanya memang juara lawak se Jogya ini selalu punya ide yang segar. Dia katakan: mbak, menjadi pengikut Jesus itu kan tugasnya menjadi pembawa Kabar Suka cita, masa muka kita menyeramkan? Orang yang bahagia dan senang lebih mudah menerima Kabar Sukacita. Dan memang dalam homili yang sederhana, benang merahnya tetap bia ditangkap umat.
Semoga kita sebagai pembawa Kabar Suka Cita juga selalu siap menjadi penebar damai, sehingga setiap orang disekitar kita merasakan kedamaian itu. Satu hal penting yang perlu kita sadari, Tuhan mencintai kita dan itu lebih dari cukup sebagai jaminan kita menapaki hidup ini dan membagikan rasa damai itu bagi banyak orang. Sehingga saat Imam berkata ” Semoga damai Tuhan besertamu” maka dengan mantap kita mampu menjawab ” Sekarang dan selama-lamanya”
===============================================================
Bacaan : Yoh 14:27-31a
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku”