Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Dulu ketika bermain saham atau memasang taruhan bola, seorang teman selalu mengingatkan saya, bahwa semuanya itu harus dipikirkan dengan jernih dan tidak boleh melibatkan emosi, karena prinsip saham adalah: “Buy on rumor, sale on fact” – membeli berdasarkan rumor (berita yang tidak jelas) dan jual berdasarkan harga yang nyata. Sedangkan pirinsip taruhan bola adalah: “How deep you need to stop?” – Kamu akan berhenti bertaruh pada kekalahan berapa besar?
Prinsip diatas sungguh lucu bagi saya yang sedang gemar bertaruh, dan menganggap nasehat yang aneh. Namun pada perjalanan selanjutnya keuangan saya semakin terpuruk karena kalah taruhan dan selalu salah prediksi perkembangan saham yang di pilih, tetapi justru saya tidak jera dan membuat tambah bersemangat (baca: emosi) untuk bertaruh lebih besar lagi dengan menggunakan segala sumber dana termasuk berhutang kartu kredit dan bank, hingga akhirnya menyadari kebenaran nasehat teman tersebut.
Sebagai manusia, saya tetap tidak menerima kekalahan tersebut, dengan alasan rajin beribadat Ekaristi, berdoa, novena, rajin dalam pelayanan untuk sesama dan selalu berusaha berbuat baik pada siapapun, tetapi mengapa Tuhan selalu membiarkan nasib buruk yang akrab dengan hidup ini. Ternyata saya lebih menyukai kegelapan daripada terang, dan keserakahan itu membuat hidup menjadi gelap walaupun tampak terang.
Ternyata, Tuhan telah berkali-kali menolong, mengingatkan, berbicara, hadir dalam hidup, tetapi lagi-lagi saya menampik pertolonganNya, tidak percaya ketika diingatkan, tidak peduli ketika Tuhan berbicara dan tidak melihat kehadiranNya dalam kehidupan, hingga saat terakhirpun sebelum segalanya menjadi habis terpuruk, Tuhan tetap menerima pertobatan saya dan benarlah adanya bahwa Tuahn Yesus hadir untuk menyelamatkan dunia, bukan menghakiminya. Ingatlah kegelapan ini dapat dialami oleh teman-teman yang nota benenya adalah orang baik-baik, pelayan kemanusiaan, perwarta firman, para biarawan/biarawati, petugas Gereja dan lain-lain.
Orang yang buta matanya hanya membuat gelap dirinya sendiri, tetapi orang yang buta hatinya akan membuat seluruh dunia menjadi gelap. Maka tugas yang pertama-tama harus kita lakukan adalah membuat hidup ini menjadi terang, bukan hanya tampak luar, tetapi mulai dari hati kita harus dan kemudian mampu menerangi mereka yang hatinya dilanda kegelapan. [Samsi Darmawan]
==================================================================
Bacaan Yoh 3:16-21
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatan nya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatan nya dilakukan dalam Allah.”