Aku berkata kepadamu: ”Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. “
Ternyata perihal senior dan junior ini terjadi dimana-mana, dan memang tidak mudah bagi kita yang merasa senior untuk menerima pengajaran atau petuah dari yang junior, maka wajar saja jika jawaban Yesus menjengkelkan kaum Yahudi yang merasa dirinya lebih tua ini, akibatnya lemparan batu menjadi jawaban terakhir.
Sayapun merasakan hal yang sama ketika merasa diri senior sebagai aktivis mahasiswa, akan tersinggung sekali jika digurui oleh mahasiswa junior, karena dikuasai oleh kesombongan Senioritas, akibat lebih lanjut tidak didukungnya aktivitas si mahasiswa junior tersebut dan dimusuhi, padahal kadang-kadang para senior juga tidak tahu dan tidak menguasai bidang yang dikerjakan, hanya saja tidak mau kalah.
Jika mengingat itu semua menjadi lucu, namun ternyata hal tersebut terjadi juga dimana-mana, ada yang ekstrim ada juga yang tidak, misalnya dalam militer, jangan coba-coba seorang kolonel menasehati Jendral, bisa tamat kariernya dan pasti disingkirkan, agak berbeda dalam kehidupan hierarkhi ketidak sukaan itu ditampilkan dengan cara halus, tetapi tetap saja ada ketersinggungan tidak langsung.
Saya sebagai atasan mencoba melawan kondisi kesombongan senioritas ini, dengan menanggalkan batasan dan aturan baku mengenai kepangkatan, namun akibatnya juga tidak baik, karena cenderung terjadi salah paham dan kurang ajar dari junior, akibatnya pekerjaan menjadi terhambat, ternyata memang tidak semua bisa disama-ratakan, tergantung situasi dan waktu, harus proporsional, inipun telah dicontohkan oleh Yesus bagaimana Dia membimbing murid-muridnya. Tetapi jika hal itu benar dan prinsip, maka argumentasi tersebut harus dipertahankan, walaupun dengan resiko yang besar.
Secara teori benar tetapi tidak dalam praktek, sayapun akan berpikir dua kali untuk beradu argumentasi dengan atasan saya jika dia bersikeras akan pendapatnya soal Teknologi Informasi, walaupun itu adalah bidang pekerjaan sejak 24 tahun yang lalu. Namun sebaliknya, saya tidak mau terjebak pada sikap seperti ini terhadap bawahan.
Menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa harus terus belajar pada siapapun dan melatih diri untuk terbuka, rendah hati dan berdoa. Jika tidak, kita akan menjadi tua tanpa pernah menjadi dewasa, karena emosional, menolak ide/kritik/masukan, menyimpan dendam dan selalu siap melembat batu kepada orang lain yang menjengkelkan. Sadarkah kita sikap yang demikian itu hanyalah menumpuk sampah kejahatan dalam diri kita, sehingga pada akhirnya sampah itu menyumbat hidup dan melahirkan penyakit yang sulit disembuhkan.[Samsi Darmawan]
=====================================================================================
Yohanes 8:51-59
Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?”
Jawab Yesus: “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita. ”
Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?”
Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.”
Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.