“Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu”
Sudah H-30 menjelang pesta demokrasi, mulai tampak perang pengaruh lewat berbagai media cetak dan elektronik. Semua ingin menampilkan kesan terbesar dan terbaiknya. Ironisnya apa yang tampak di media tidak terasa di akar rumput. Banyak konstituen juga bertanya-tanya, kita ini disarankan tidak Golput, tapi siapa yang dipilih – lha wong mboten kenal sedaya? Artinya dari sekian ratus caleg terutama tingkat Provinsi dan DPR RI, bisa dihitung dengan jari siapa yang meluangkan waktu bertemu dan tatap muka dengan konstituen.
Ada memang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dalam rangka sosialisasi, tetapi mereka bisa melihat caleg mana yang mau ‘turun’ merendahkan diri melayani bertatap muka dengan konsituen. Masuk keluar jalan desa, naik motor hujan-hujanan bahkan menembus dingin dan gelapnya malam bertemu di rumah penduduk sambil bersila menyeruput teh panas dan keripik singkong. Banyak pertanyaan diajukan tapi juga mereka bisa memahami situasi yang berbeda di Pemilu saat ini.Sayang sekali tidak banyak caleg yang mau ‘turun’ menikmati masa sosialisasi ini untuk mendengar dan bersilaturahmi dengan masyarakat. Masalah menang kalah soal lain, tapi yang penting ‘turun’ dulu laaah…
Demikian juga saat PK4AS mengadakan pertemuan wawan hati para caleg katolik dengan umat katolik berbagai ormas, rupanya sesuai dengan nas Injil ” Banyak yang dipanggil tapi sedikit yang datang”. Kok ya sedikit sekali caleg katolik yang menanggapi kesempatan emas ini ya? Dari 6 caleg DPR RI Jateng I hanya dua orang yang hadir, itupun perempuan semua. Kemana caleg DPR RI yang pria?? Entah saking sibuknya sosialisasi tempat lain, atau ada acara lebih penting, atau malah ‘takut’ dan gak PD bertemu para panelis? Walahualam… Bagaimana mau minta dukungan umat kalau kesempatan yang diberikan pun tidak dimanfaatkan? Bagaimana umat bisa mengenal kalau tidak berani tampil?
Seorang romo mengatakan bahwa masih banyak pemimpin tidak bisa membedakan antara “memangku jabatan” dan “menduduki jabatan”. Perilaku pemimpin yang ‘menduduki jabatan’ akan tampak bahwa pada saat menjabat dia akan memanfaatkan berbagai hal demi kepentingannya malah kalau bisa mengamankan jabatannya dengan berbagai cara. Sedangkan mereka yang ‘memangku jabatan’ adalah merendahkan diri dengan menjunjung (=menggendong) kepercayaan rakyat padanya. Hal ini berlaku sejak dua ribu tahun lalu di tanah kelahiran Yesus dan masih berlaku di pelosok manapun didunia saat ini. Prinsip pemimpin yang melayani pun diajarkan di berbagai sekolah bisnis setingkat Harvard.
Injil hari ini mengingatkan kita bilamana kita dipercaya memimpin sekelompok orang ataupun mengelola suatu karya, inilah kesempatan kita untuk melayani orang lain. Melayani melalui mendengarkan, meluangkan waktu, berdiskusi dan mencari jalan keluar terbaik yang memberikan manfaat kepada banyak orang. Semoga di masa pra paskah ini yang juga menjelang pesta demokrasi, kita kembali mengingat kadar ‘pelayanan’ kita. Lebih ingin melayani daripada dilayani, lebih ingin mendengarkan daripada didengar. Ad Maiorem Dei Gloriam.
=================================================================
Bacaan Mat 23:1-12
“Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid- Nya, kata-Nya: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”